Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiga Guru Indonesia di Panggung Dunia

6 Oktober 2025   10:03 Diperbarui: 6 Oktober 2025   16:55 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wijaya, Lilam Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2026 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Sepulang dari Bangkok, bara itu tak padam. PGRI Kabupaten Flores Timur segera menggelar webinar bertema "Women Empowerment and Love-Based Leadership" pada 27 September 2025. Empat perempuan inspiratif diundang menjadi pembicara. Pembicara Kunci, Dr. Lailatul Musyarofah, M.Pd. (Ketua Perempuan PGRI Provinsi Jawa Timur. Narasumber, Aplunia Dethan, M.Pd. (Ketua PGRI Kota Kupang), Ribka Rolentiana Kekado, S.Pd., M.Si. (Ketua PGRI Kabupaten Kupang) dan Ariance B. Joru, S.Pd. (Ketua PGRI Cabang Ile Mandiri)

Kegiatan itu disambut positif oleh Direktur Regional EI-AP, Ketua Umum PB PGRI, dan PGRI Provinsi NTT. Webinar tersebut menjadi ruang kolaboratif yang membumikan semangat JTF: kepemimpinan yang berakar pada cinta, keberanian, dan solidaritas.

"JTF memberi kami pandangan baru sekaligus tantangan untuk menjadi pemimpin muda yang visioner dan inovatif," kata Wijaya.

Saya sendiri merasakannya lebih dalam: "Menjadi bagian dari JTF Evaluation Bangkok 2025 adalah kehormatan sekaligus kebanggaan. Forum ini bagaikan bara api yang menyalakan semangat untuk terus bergerak, menghidupkan organisasi, dan memperjuangkan kepentingan guru tanpa henti."

Menjadi Guru Dunia

Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2025 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)
Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2025 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Momentum Hari Guru Sedunia 2025, dengan tema global "Recasting Teaching as a Collaborative Profession" (Menempatkan kembali profesi guru sebagai profesi kolaboratif), terasa sangat selaras dengan perjalanan kami bertiga.

Dunia pendidikan kini menuntut kolaborasi, bukan kompetisi. Tidak ada negara yang bisa membangun sistem pendidikan berkualitas tanpa membangun komunitas guru yang saling belajar, saling mendukung, dan saling menginspirasi.

Dari Tanah Abang ke Bangkok, dari kelas sederhana di Flores Timur hingga forum internasional yang dihadiri peserta dari enam negara, kami membuktikan bahwa guru Indonesia tidak kalah. Kami hadir bukan sebagai penonton, melainkan sebagai pembelajar sejati dan pemimpin perubahan.

Pendidikan tidak pernah berhenti di ruang kelas. Ia hidup dalam semangat para guru yang terus menyalakan api, bahkan ketika dunia berubah cepat. Investasi terbesar dalam pendidikan bukanlah gedung megah atau teknologi mutakhir melainkan guru itu sendiri. Guru yang mau belajar, mau berbagi, dan berani berdiri sejajar di panggung dunia.

Dan di sana, di ruang konferensi EI-AP Bangkok 2025 itu, kami bertiga menyadari satu hal sederhana tapi kuat: menjadi guru berarti terus menyalakan api perubahan, dari kelas kecil di pelosok hingga panggung dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun