Pendidikan kini bukan hanya tentang mencetak siswa berprestasi, tetapi menyiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan global. Kurikulum memiliki peran strategis dalam membentuk arah pembelajaran. Namun, kurikulum di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala  mulai dari kurangnya integrasi teknologi, lemahnya penanaman kemampuan berpikir kritis, hingga belum optimalnya relevansi antara sekolah dan dunia kerja.
     Evaluasi kurikulum adalah proses terencana untuk menilai sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Tanpa evaluasi, kita hanya menebak arah tanpa peta. Evaluasi membantu sekolah memahami apakah proses belajar sudah relevan dengan kebutuhan zaman. Pengembangan kurikulum juga menjadi sarana untuk memperbaiki mutu pendidikan agar tetap relevan dan berdaya guna di masa depan.
     Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara sistematis dengan memperhatikan aspek sosial, budaya, dan teknologi. Kurikulum tidak bisa statis, ia harus tumbuh bersama perkembangan masyarakat. Dengan pendekatan berorientasi peserta didik, guru dapat menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih kontekstual dan menarik, menjadikan sekolah sebagai ruang hidup bagi tumbuhnya ide dan inovasi.
     Kurikulum yang berkelanjutan berarti kurikulum yang terus hidup, bukan sekadar dokumen administratif.  pendidikan berkelanjutan menuntut integrasi nilai keadilan sosial, kesadaran lingkungan, dan etika ekonomi. Artinya, kurikulum masa depan tidak hanya mencetak siswa pintar, tapi juga manusia yang peduli, kreatif, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan sekitar.
     Evaluasi dan pengembangan kurikulum bukanlah proyek jangka pendek. Ia memerlukan sinergi  antara guru, pemerintah, masyarakat, dan dunia kerja. Ketika semua pihak bergerak bersama, kurikulum akan menjadi alat perubahan yang nyata. keberhasilan pendidikan berkelanjutan bergantung pada seberapa serius kita memperlakukan kurikulum sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI