Pada awal bulan ini, Eksekutif GE Aerospace menyatakan, mesin jet militer Tiongkok sudah hampir menutupi  kesenjangan kinerja dengan mitra AS/Barat.
Meskipun mesin produksi dalam negeri Tiongkok dianggap kurang canggih dan memerlukan lebih banyak perbaikan dibandingkan mesin buatan AS, peningkatan kualitas mesin propulsi (penggerak) Tiongkok menggarisbawahi urgensi pengembangan alternatif propulsi generasi berikutnya.
Kualitas mesin turbofan yang diproduksi di Tiongkok sudah mendekati kualitas mesin yang dikembangkan oleh produsen Barat, namun untuk saat ini masih dinilai kurang mumpuni.
Itulah penilaian seorang eksekutif senior di salah satu produsen mesin jet terkemuka di AS, GE Aerospace.
Steve Russell adalah manajer umum unit proyek lanjutan GE, yang dikenal sebagai Edison Works. Divisi ini bertanggung jawab atas pengembangan teknologi propulsi generasi berikutnya, termasuk mesin turbofan siklus adaptif besar yang akan menggerakkan pesawat tempur generasi keenam, dan mesin kecil berbiaya rendah untuk menggerakkan rudal jelajah dan pesawat nirawak.
Banyak dari inovasi tersebut dikembangkan dengan tujuan mempertahankan keunggulan militer AS atas kekuatan Tiongkok yang sedang meningkat.
Berbicara di Institut Mitchell untuk Studi Dirgantara (Institute for Aerospace Studies) di Washington, DC pada 9 September 2025, Russell mengatakan bahwa mesin buatan dalam negeri Tiongkok mampu menutup kesenjangan kinerja dengan pesaingnya dari Amerika, tetapi masih tetap lebih rendah.
"Mereka (Tiongkok) sedang mengejar ketertinggalan dan kita (AS) tahu bahwa mereka pasti masih mencoba meminjam teknologi kita, seperti yang pernah mereka lakukan di masa lalu," kata Russell.
Upaya Tiongkok