Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Kerusuhan Charlottesville, Virginia-Menguak Perpolitikan AS

13 September 2017   14:34 Diperbarui: 14 September 2017   07:38 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.aljazeera.com

Pada 12 Agustus 2017, terjadi bentrok antara supremasis (supremacists) dengan kontra-demontran, dan sebuah mobil yang dikemudikan oleh seorang pemuda ultra kanan menumbruk kerumunan demontran anti-rasis dan anti-fasis.

Peritiwanya terjadi di Charlottesville, kota di Virginia, AS. Dua jam setelah protester dari nasionalis dan kontra-demontran terjadi saling menyerang, dengan botol air, pukulan, dan semprotan air lada, kemudian sebuah mobil yang dikendari seorang muda ultra kanan menabrakan ke kerumunan demontran. Yang mengakibat seorang wanita umur 32 tewas dan 19 orang lainnya luka-luka.

Sumber: www.aljazeera.com
Sumber: www.aljazeera.com
Pada hari Jumat 11 Agustus 2017, ratusan orang berjalan melalui Universitas Virginia untuk memprotes penghancuran patung pro-perbudakan Konfederasi Robert E. Lee dari sebuah taman. Sebenarnya ini bukanlah protes yang pertama kalinya terjadi.

Setelah DPRD Charlottesville menyetujui pembongkaran patung tersebut pada awal tahun ini, pemimpin nasionalis kulit putih telah memprotes keputusan tersebut beberapa kali. Pada bulan Mei, pemimpin nasionalis kulit putih Richard Spencer tiba di patung tersebut untuk melakukan demonstrasi malam hari dengan para pendukungnya. Sebulan kemudian, hampir 50 anggota kelompok Ku Klux Klan yang berbasis di North Carolina melakukan perjalanan ke Charlottesville untuk sebuah demonstrasi, di mana mereka disambut oleh ratusan pemrotes.

Tapi apa yang berbeda kali ini dari demonstrasi sebelumnya adalah banyaknya jumlah pemrotes dan propaganda Nazi yang terbuka. Pada Jumat malam, para pemrotes yang membawa obor dapat mendengar teriakan slogan seperti " blood and soil/darah dan tanah", "Anda tidak akan menggantikan kita," dan "Yahudi tidak akan menggantikan kita." Ideologi Nazi "Blut und Boden (blood and soil/darah dan tanah)" berarti bahwa identitas etnis hanya didasarkan pada garis darah dan wilayah di mana seseorang tinggal, yang telah menjadi titik temu bagi kaum nasionalis kulit putih yang takut akan adanya "pembersihan etnis Amerika".

Parade 'Sayap Kanan Bersatu' Pada Hari Sabtu

Protes hari Jumat menjadi pendahuluan untuk demonstrasi "Sayap Kanan Bersatu" pada hari Sabtu di kaum nasionalis kulit putih turun ke jalan-jalan Charlottesville untuk tidak hanya melakukan demonstrasi menentang pembongkaran patung tersebut tetapi juga mendorong kembali "iklim anti-kulit putih". Richard Spencer mengatakan kepada AP bahwa Monumen Konfederasi adalah "sebuah metafora untuk sesuatu yang jauh lebih besar, dan itu adalah pewarisan kaum kulit putih dan de-legitimasi orang kulit putih di negara ini dan di seluruh dunia."

Di antara para pemrotes, beberapa di antaranya mempersenjatai diri dengan senjata berat dan membawa bendera Nazi. Banyak peserta terlihat membawa senjata api, tongkat dan perisai dan beberapa memakai helm. Para pemrotes juga melengkapi diri dengan tongkat, helm dan perisai.

Dua jam kemudian, pemrotes nasionalis dan kontra-demonstran saling menyerang. Kemudian, sebuah mobil menabrak pemrotes dan menewaskan seorang wanita berusia 32 tahun dan melukai setidaknya 20 lainnya. Visual dari adegan menunjukkan mayat yang terlempar ke udara saat kendaraan tersebut menabrak ke kerumunan orang. Tersangka berusia 20 tahun, James Alex Fields, ditangkap dan dikenai tuduhan pembunuhan tingkat dua, tiga tuduhan melukai, dan satu hit-and-run.

Trump memberi reaksi atas peristiwa ini dengan menyatakan: "Kami mengutuk dengan cara yang paling keras dari tampilan mengerikan dari kebencian, kefanatikan dan kekerasan di banyak sisi, di banyak sisi. Sudah lama sekali di negara kita. Bukan Donald Trump, bukan Barack Obama, ini sudah berlangsung lama sekali."

David Duke, Mantan pemimpin  KKK (Ku Klux Klan) memberi pernyataan: "Kami bertekad untuk membawa negara kami kembali. Kami akan memenuhi janji Donald Trump, dan karena itulah kami memilih Donald Trump, karena dia bilang dia akan membawa negara kami kembali."

Trump mengatakan: "Saya akan mengatakan sesuatu kepada Anda, saya mengikuti dan memperhatikan  mereka dengan sangat dekat, jauh lebih dekat daripada yang Anda lihat di sana. Dan Anda memiliki kelompok di satu sisi yang buruk, dan Anda memiliki kelompok di sisi lain yang juga sangat kejam. Dan tidak ada yang mau mengatakannya, tapi saya akan mengatakannya sekarang juga."

Sudah sebulan sejak kekerasan meletus di Charlottesville, Virginia. Ini adalah krisis paling parah di AS sejak Donald Trump menjabat. Isu rasial selalu berakar kuat di AS, dan kejadian ini merobek "luka lama" sekali lagi.

Beberapa media dunia luar telah menganalisis hal ini, dengan mengatakan bahwa "dosa asli" yang mengintensifkan masalah rasial sekali lagi membuat kebingungan politik AS saat ini.

Pada 26 Agustus 2017, saat wawancara dengan Fox News, Menlu AS Rex Tillerson mengeluarkan batasan pemisah yang jelas antara dirinya dan ucapan Trump pada pertengahan Agustus tentang kekerasan sayap kanan yang terjadi di Charlottesville, Virginia---dia tidak membela Komentar Trump

Ketika ditanya apakah dia menarik batas antara dirinya dan Presiden Trump, Tillerson tidak menyangkalnya. Yang dia katakan bahwa minggu lalu dia sudah membuat pendapatnya mengenai masalah ini dengan jelas saat pidato di Departemen Luar Negeri.

Menurut laporan dari "Der Standard," Tillerson telah beralih dari yang awalnya masih melakukan pengekangan, kini menunjukkan dengan lebih jelas dan terang-terangan dalam kata-katanya mungkin karena dia tahu sekarang Trump tidak menyukainya.

Menurut situs Axios Media, ketika membahas isu-isu tertentu, presiden AS sering terjadi banyak perbedaan pendapat dengan Tillerson berkali-kali.

Para analis dunia luar menganggap hal ini mencerminkan perpecahan di dunia politikan AS. Dunia perpolitikan AS terbagi tidak berdasarkan kiri atau kanan, namun sebenarnya terdiri dari establisment dan anti-establishment. Rex  Tillerson adalah mantan kepala Exxon Mobile, dan bertanggung jawab atas ratusan ribu orang. Dia adalah anggota standar establishment, dan berbicara dengan cara yang sangat stabil dan standar sesuai dengan nilai arus utama/main stream.

Ketika menyangkut masalah rasial, Tillerson menyesuaikan diri dengan pandangan arus utama. Jadi, dia agak menjauhkan diri dari presiden non-establishment. Trump adalah tokoh non-establishment klasik. Dia membenci establishment. Dia percaya bahwa dirinya mewakili orang awam, jadi dia cukup berterus terang lurus  kedepan dan berbeda saat dia berbicara.

Jadi, di satu sisi, Tillerson telah menunjukkan perpecahan antara kelompok politik kelas atas Amerika Serikat, bahwa mereka tidak dibagi hanya dengan kiri atau kanan, atau hitam atau putih - ini adalah konflik antara establishment dan anti-establishment.

Pada tahun 1944, seorang cendikiawan Swedia terkenal Karl Gunnar Myrdal menerbitkan bukunya "An American Dilemma," di mana dia menunjukkan bahwa dilema Amerika adalah konflik kredo Amerika dan ketidaksetaraan realitas, dan bahwa pemerintah federal harus memimpin dalam menyelesaikan konflik semacam ini.  Sayangnya, 70 tahun kemudian, hingga saat ini, AS masih belum menyelesaikan dilema ini. (*)

Sebuah lembaga analis dan pengamat Amerika, tahun lalu ketika menganalisis pemilihan presiden AS, mereka sering menyebutkan bahwa AS sebenarnya berada dalam keadaan perpecahan. Beberapa ilmuwan Amerika mengatakan bahwa sekarang ini adalah "( divided states of Americans) negara Amerika yang terpecah," bukan Amerika Serikat. Begitulah pandangan mereka saat pemilu tahun lalu.

Hillary Clinton terutama mengandalkan aliansi wanita minoritas, gay, dan pemerhati lingkungan, sementara Trump terutama mengandalkan orang kulit putih kerah biru. Dan hasilnya orang kulit putih kerah biru yang diandalkannya mengalahkan aliansi yang diandalkan Clinton, sehingga sampai batas tertentu, Republikan dan Demokrat menggunakan isu rasial semacam ini dalam kampanye. Hal ini dianggapnya suatu tren buruknya.

AS seharusnya tidak menggunakan isu yang bisa menyebabkan terbelah semacam ini, yang dapat memperluas lebih ke arah perpecahan bangsa seperti ini, mereka seharusnya justru harus mrngupayakan memperbaiki pelan-pelan perpecahan ini. Dalam suasana politik semacam ini, suara rasisme, anti-imigrasi, anti perdagangan bebas, anti-imigrasi, dan anti-multikulturalisme secara politis adalah salah.

Banyak analis yang melihat bahwa Trump sebenarnya tidak senang dengan "political correctness" semacam ini dalam hatinya dapat dikatakan bahwa dia memiliki semacam simpati untuk supremasi kulit putih, jadi ketika dia mengkritik mereka tidak melakukannya dengan keras, tapi mengkritik kedua belah pihak, dengan megatakan bahwa mereka berdua bertanggung jawab, tapi kami tahu bahwa masyarakat AS memiliki nilai arus utama. Nilai-nilai arus utama ini adalah anti rasisme, dan menentang diskriminasi rasial, supremasi kulit putih, KKK, dan neo-Nazi.

Dan aspek lain, pada saat ini di pemerintahan AS ada sejumlah anggota "alt-right," mereka ini yang menambah buruk pemikiran supremasi kulit putih.

Orang-orang yang mengidentifikasi dengan Alt Right menganggap mainstream atau golongan konservatif tradisional terlalu lemah dan impoten, terutama karena mereka tidak cukup mendukung rasisme dan anti-Semitisme. Alt Right sering meremehkan gerakan konservatif dengan menggunakan istilah penghinaan "cuckservative," yang dipopulerkan pada tahun 2015. Istilah "cuckservative," kombinasi "konservatif" dan "cuckold," digunakan oleh supremasi kulit putih untuk menggambarkan seorang konservatif Kristen kulit putih yang mempromosikan kepentingan orang-orang Yahudi dan non-kulit putih dibandingkan orang kulit putih.

Namun, reaksi buruk semacam ini tidak hanya mempengaruhi AS saja.

Pada 24 Agustus 2017, Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB (CERD/ the UN's Committee on the Elimination of Racial Discrimination), yang bertanggung jawab untuk menentang diskriminasi rasial, mengeluarkan sebuah "peringatan" resmi mengenai situasi saat ini di AS.

Apabila di suatu negara memiliki kemungkinan terjadinya konflik internal, PBB akan mengeluarkan peringatan ke negara ini dengan tindakan langka ini.

Analis pikir peringatan dari PBB terutama karena AS sangat berpengaruh. Karena jika orang Amerika membiarkan rasisme semacam ini di negara mereka tanpa mngontrolnya, masyarakat akan menjadi semakin ekstrim, karena AS adalah pemimpin global yang bisa ditiru banyak negara lain. Banyak negara Eropa yang meniru AS, dan jika itu terjadi, dunia akan berada dalam masalah besar dan terjadi kekacauan.

Protes di Virginia tampaknya di AS telah membuka tutup yang dapat menyebabkan gelombang yang sedianya dapat menghapus memori Perang Saudara di seluruh AS. Yang pernah terjadi sebagai perang terbesar dalam sejarah Amerika, Perang Sipil Amerika (Utara dan Selatan) berakhir dengan kemenangan Pihak Utara.

Namun, sudah lebih dari 150 tahun Perang Saudara/Sipil Amerika berakhir, namun ingatan tentang sisi yang kalah masih mengganggu dan bahkan membagi AS. Beberapa orang mengatakan bahwa gerakan penghapusan itu seperti "pembersihan historis", sementara yang lain percaya bahwa itu adalah "membawa keteraturan dari kekacauan." ("bringing order out of chaos.")

Seorang sejarawan pernah berkata, "Kita tidak hilang dari masa lalu, tapi masa lalu selalu melekat pada kita." Untuk menemukan jawaban atas masalah rasial, kita harus melihat kembali sejarah Amerika.

Pada saat awal Perang Saudara Amerika, militer Union mengalami serangkaian kekalahan. Untuk menyatukan orang-orang untuk berperang melawan pemilik budak di selatan Amerika, pada 22 September 1862, Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan " Emancipation Proclamation/Proklamasi Emansipasi," yang mengatakan, "Pada hari pertama bulan Januari, pada tahun 1863, semua orang yang dipenjara sebagai budak dalam keadaan apapun atau negara bagian yang ditunjuk, orang-orang yang kemudian akan melakukan pemberontakan melawan Amerika Serikat, maka kemudian selanjutnya, sejak saat itu, dan selamanya bebas." ("That on the first day of January, in 1863, all persons held as slaves within any state or designated part of state, the people whereof shall then be in rebellion against the United States, shall be then, thenceforward, and forever free.")

Untuk merekrut lebih banyak tentara, Lincoln juga menekankan, "Dan saya selanjutnya menyatakan dan memberitahukan, bahwa orang-orang seperti itu memiliki kondisi yang sesuai, akan diterima dalam angkatan bersenjata Amerika Serikat ke dalam benteng garnisun, posisi, stasiun, dan tempat-tempat lain, dan untuk kendaraan manusia dari segala jenis layanan tersebut." ("And I further declare and make known, that such persons of suitable condition, will be received into the armed service of the United States to garrison forts, positions, stations, and other places, and to man vessels of all sorts in said service.")

Meskipun proklamasi hanya berlaku untuk negara-negara yang memisahkan diri dari pemerintah, dan tidak melibatkan sistem perbudakan di negara-negara yang berbatasan, hal ini secara mendasar mengubah sifat perang, dan "Proklamasi Emansipasi" menjadi bendera kemajuan dalam masyarakat Amerika.

Setelah perang sipil berakhir, amandemen ke-13 terhadap konstitusi AS, yang disahkan pada tahun 1865, secara resmi menghapuskan perbudakan di seluruh negara. "Proklamasi Emansipasi" yang dikeluarkan Presiden Lincoln selama perang sipil merupakan tindakan yang hebat.

Tapi semua orang tahu bahwa ketika Presiden Lincoln membuat "Proklamasi Emansipasi," tujuannya adalah untuk mempertahankan Union. Kenyataannya, masyarakat arus utama AS kulit putih sedikit jijik dengan perbudakan, tapi mereka tidak memiliki kehendak politik yang sangat bersikeras, dan ini yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru. Pada saat perang saudara berakhir, utara sebenarnya cukup toleran terhadap pemilik budak Selatan, dan hal itu mengakibatkan banyak orang yang ikut dalam perang dan mendorong pemisahan negara tidak dihukum sebagaimana mestinya. Salah satu dari orang-orang ini adalah Jenderal dari Selatan Robert E. Lee, yang terlibat dalam perang sipil sebagai panglima perang.

Pat Buchanan mengatakan: "Namun bagi para militan yang masih ada sekarang, nama Lee membangkitkan kebencian dan lolongan kasar 'rasis dan pengkhianat.' Sebuah keributan telah terjadi untuk melindungi semua patung dirinya dan semua tugu tentara Konfederasi dan negarawan ditarik dari taman-taman dan dimasukkan ke dalam museum atau dibuang ke tumpukan sampah."

Bagi Pat Buchanan, yang pernah menjadi penasihat senior presiden AS Richard Nixon, Gerald Ford, dan Ronald Reagan, mengatakan ini tidak mengejutkan. Dia adalah seorang konservatif yang terkenal, dan kakek buyutnya bertempur untuk Selatan selama Perang Saudara Amerika. Ucapannya mencerminkan pendapat sebagian orang Amerika. Seperti yang apa dikatakan oleh  beberapa ilmuwan bahwa Perang Saudara Amerika membentuk sebuah konsensus yang jelas, namun konsensus ini baru-baru ini terganggu karena elit liberal mencoba untuk mengevaluasi kembali sejarah.

Bagi mereka yang mendukung penurunan dan pembongkaran patung, gagasan tersebut tidak akurat, karena menurut mereka, tugu peringatan ini selalu menjadi "totem" supremasi kulit putih., itu bukanlah warisan umum.

Tentu saja, Lincoln merasa bahwa setelah perang saudara, Utara dan Selatan harus melakukan rekonsiliasi, maka dia mengizinkan di banyak tempat untuk didirikan patung Robert E. Lee, bahkan di Washington DC.  Hal ini dilakukan untuk menghibur orang-orang Selatan, untuk memberi tahu mereka bahwa mereka seharusnya melupakan dendam, dan mereka ingin membentuk Union baru. Tapi banyak supremasi kulit putih melihat patung Robert E. Lee sebagai kumpulan memori, sisa-sisa, atau peringatan Selatan selama Perang Sipil, Utara dan Selatan masa lalu, dan itu banyak kalangan yang menganggapnya salah.

Bagi pihak yang mendukung pembongkaran patung percaya bahwa Robert E. Lee adalah pemimpin separatis Selatan dan mewakili pemilik budak selatan dan penindasan rasial. Banyak orang yang menentang penghapusan patung-patung Lee percaya bahwa alasan mendasar tentara Konfederasi Selatan yang berperang dalam perang sipil bukanlah untuk mempertahankan sistem perbudakan, namun mendapatkan lebih banyak hak lokal, dan karena adanya perbedaan interpretasi mereka terhadap gagasan konstitusi AS.

Pada 15 Agustus lalu, Presiden AS Trump mengungkapkan ketidak-senangannya tentang menghapusan patung Robert E. Lee pada konferensi pers. Trump megatakan: Anda memiliki orang-orang dalam kelompok yang memprotes diturunkannya patung-patung itu, kepada mereka, patung yang sangat penting, dan penggantian nama sebuah taman dari Robert E. Lee menjadi nama lain. Apakah mereka itu tidak termasuk dalam daftar nasional? George Washington adalah pemilik budak. Apakah George Washington adalah pemilik budak? Jadi apakah George Washington sekarang akan kehilangan statusnya? Apakah kita akan juga membongkanya ... Maaf, apakah kita akan membongkarnya, apakah kita akan membongkar patung George Washington? Bagaimana dengan Thomas Jefferson? Apa pendapatmu tentang Thomas Jefferson? Kamu menyukai dia? Oke bagus. Apakah kita akan menurunkan patung itu? Karena dia adalah pemilik budak besar. Sekarang kita akan menurunkan patungnya. Jadi apa yang kamu tahu? Kamu akan merubah sejarah dan merubah budaya Anda.

Analis memang memperkirakan untuk batas-batas tertentu Trump akan mengambil sikap ini. Salah satunya adalah karena dasar sosial yang dimilikinya - orang-orang ini adalah orang kulit putih berkerah biru, yang diantaranya banyak yang masih menginginkan supremasi kulit putih. Jadi Trump masih ingin memperkuat basisnya, dan tidak mau menyinggung perasaan mereka. Itulah mengapa dia mengambil sikap ini. Dia menyukai jalur independen yang unik dan unik dari para politisi AS.

Rasisme dan ekstremisme ras tidak pernah benar-benar pudar dari sejarah AS. Perang saudara mengakhiri perbudakan, gerakan hak-hak sipil tahun 1960 memberi hak yang sama untuk semua ras, dan tindakan afirmatif (menyetujui) bahkan memberi keuntungan tertentu pada kaum minoritas, fenomena diskriminasi rasial ini dalam kehidupan mereka, sebagaimana yang dirancang oleh kelas atas, masih lazim.

Dari indeks dapat terlihat, seperti tingkat kejahatan, tingkat pendidikan, dan proporsi kemiskinan, kita dapat melihat bahwa persamaan ras yang sesungguhnya masih jauh. Juga, isu rasisme saat ini tidak sesederhana kasus orang kulit putih yang melakukan diskriminasi terhadap orang kulit hitam.

Rasialisme Yang Berkembang

Populasi Latin dan Asia meningkat, dan "diskriminasi berbalik (reverse discrimination)" meningkat, menyebabkan masalah rasial menjadi lebih kompleks, dan "luka" terus dibuka. Jadi, apa alasan mendasar kenapa isu rasial begitu sulit untuk diberantas begitu lama?

Ada sebuah film yang menang Oscar tahun 2006---"Crash," yang bisa mencerminkan tentang diskriminasi ras di AS. Film ini menggambarkan beberapa cerita tentang diskriminasi rasial yang disebabkan oleh kecelakaan mobil biasa. Di masyarakat AS saat ini, tidak terlalu jarang petugas penegakan hukum masih tetap memiliki sifat berprasangka rasial.

Ini kisah dari Joe Arpaio, yang berusia 85 tahun, lahir di Springfield, Massachusetts. Setelah menyelesaikan karirnya di bidang militer, dia menjadi sheriff Maricopa County pada tahun 1993, dia terpilih kembali lima kali sampai dia meninggalkan jabatannya pada bulan November tahun lalu.

Karena tindakan hukuman luar biasa yang dilakukan oleh Arpaio terhadap imigran ilegal, terutama terhadap orang Latin Amerika Selatan, dia disebut "Sheriff Terkeras Amerika." Pada tahun 1933, dia menciptakan sebuah "penjara tenda" karena penjara yang ada sudah padat, dan menggunakannya untuk menampung imigran ilegal. Media mengungkapkan bahwa di tempat ini dikenal sebagai kamp konsentrasi, tahanan harus bertahan di bawah panasnya gurun, dengan hanya diberi dua kali makanan menjijikkan per hari. Mereka juga dipaksa mengenakan seragam penjara bergaris hitam dan putih tua dan dirantai menjadi kelompok kerja.

Sumber: www.theguardian.com
Sumber: www.theguardian.com
Laporan mengatakan bahwa kantor Arpaio menggunakan metode perbuatan rasial untuk menangkap imigran tanpa identifikasi. Menyetop pengendara orang Latin empat sampai sembilan kali lebih banyak dibanding dengan menyetop pengedara ras lain dalam razia. Dia juga menjadi tokoh penting dalam politik AS ketika untuk masalah anti-imigrasi

Pada tahun 2011, Departemen Kehakiman AS menuduhnya melakukan diskriminasi ras terhadap imigran, dan memerintahkannya untuk tidak menangkap orang berdasarkan kecurigaan bahwa mereka adalah imigran ilegal, namun dengan berani dia mengabaikan perintah ini.

Pada bulan Juli tahun ini, pengadilan men-vonis dia bersalah karena menghina hukum tahun 2011, dan menghukumnya enam bulan penjara.

Pada 27 Agustus 2017, Presiden Amerika Serikat Trump menggunakan kekuasaannya untuk memberikan pengampunan untuk pertama kalinya, dan mengumumkan bahwa dia mengampuni Joe Arpaio, yang dipandang oleh kekuatan sayap kanan anti-imigran sebagai pahlawan. Tapi tindakan Trump dengan cepat dikutuk.

Media luar negeri menganalisis bahwa tindakan Trump selama periode ini tidak kondusif untuk menyelesaikan isu sensitif konflik rasial.

Kita seharusnya melihat resolusi masalah rasial sebagai sebuah proses. Proses resolusi ini merupakan proses yang relatif panjang. Akan sulit bagi kita untuk memprediksi kapan mereka dapat sepenuhnya terselesaikan. Dan ketika masalah lama terpecahkan, masalah baru akan terus muncul. Isu rasial dan masalah imigran berhubungan erat.

Populasi Kulit Putih Yang Menurun

Beberapa komentator mengatakan bahwa dalam kerusuhan Charlottesville, pemrotes rasis dan ras kulit putih meneriakkan yel-yel seperti "membawa kembali Amerika!" Dan "Anda tidak akan menggantikan kita!" Kemarahan dan kegusaran yang dirasakan orang kulit putih terhadap populasi mereka yang menurun, dan kemungkinan mereka menjadi minoritas di masa depan yang tidak begitu lma lagi. Orang kulit putih belum sepenuhnya siap mental untuk perubahan dalam struktur kependudukan mereka.

Berdasarkan sensus pada  tahun 1980, orang kulit putih terdiri lebih dari 80% populasi Amerika. Sensus tahun 2010 menunjukkan bahwa populasi kulit putih menurun menjadi 63%, dan diperkirakan akan lebih rendah dari 50% sekitar 2043.

AS dulu adalah masyarakat berpenduduk kulit putih dengan lebih dari 85% populasi. Selain itu, orang kulit putih tidak hanya memiliki jumlah yang besar, mereka sangat kompetitif. Tapi kini tidak seperti itu lagi. Kecenderungan populasi saat ini tidak menguntungkan orang kulit putih, karena jumlah mereka turun dari 85% menjadi 63%.

Orang muda, terutama bayi di bawah lima tahun/balita, orang kulit putih pasti minoritas, jadi mereka sangat takut akan masa depan, dengan jumlahnya yang menurun, dan daya saing mereka akan menjadi lebih buruk. Pekerjaan unggulan seperti di industri teknologi dan industri keuangan, akan cendrung ke Asia, terutama orang Tionghoa dan India, sehingga daya saing mereka menurun dan mereka tidak memiliki jumlah yang dominan lagi, jadi mereka merasa tidak aman. Karena mereka merasa lebih tidak aman, maka toleransi mereka cendrung akan berkurang.

Selain itu ada aspek lain, "New Great Migration" telah memperburuk ketegangan rasial. Migrasi Besar Baru dimulai dengan reformasi imigrasi 1965. Pada akhir 1990an dan awal 2000an, populasi asing meningkat, mencapai 43,3 juta pada tahun 2015, terhitung 13,5% dari total populasi AS. Jika anak-anak imigran yang lahir di AS dimasukan, jumlah total 84,3 juta orang, yang merupakan 27% populasi AS.

Beberapa ahli mengatakan bahwa isu terbesar yang dibawa oleh New Great Migration telah menjadi perselisihan mengenai identitas nasional.

Apakah Amerika masih satu negara Amerika Serikat, atau sudah berubah Amerika Terpecah? Orang kulit putih yang tumbuh dan besar di AS khawatir apakah imigran akan mencuri pekerjaan mereka, menekan tingkat gaji, menyebabkan pengangguran, dan membebani kesejahteraan pendidikan, medis, dan sosial.

Penelitian telah menunjukkan bahwa dana yang dihabiskan pemerintah AS untuk imigran lebih besar daripada manfaat ekonomi yang diciptakan oleh imigran. Hal semacam ini dipengaruhi oleh sentimen publik yang menyebabkan kemarahan orang kulit putih Amerika karena kehilangan pekerjaan mereka, hal ini menemukan target dengan imigran.

Penyebab Utama Penurunan Ekonomi

Isu rasial telah terpapar dengan tajam. Ini semua terkait erat dengan penurunan ekonomi AS saat ini, menyusutnya kelas menengah AS, dan kehidupan orang-orang kulit putih kerah biru yang memburuk.

Sejak tahun 1970an, ekonomi AS telah naik turun dengan tidak merata. Tahun lalu, koefisien Gini untuk pendapatan keluarga Amerika mencapai 0,45, jauh lebih tinggi dari batas peringatan 0.4, dan juga yang tertinggi di negara-negara maju. (Koefisien Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam karyanya, "Variabilit e mutabilit." Koefisien ini biasanya digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Koefisiennya adalah antara 0, di mana setiap orang mendapatkan yang sama = 1, di mana satu orang mendapatkan semua uangnya)

Orang kulit hitam di AS masih memiliki status ekonomi dan sosial yang lemah, dan kaum biru-putih mengalami kesulitan memperbaiki keadaan mereka karena pendapatan mereka mengalami stagnasi, dan kesenjangan dan ketidak-stabilan pekerjaan meningkat, memperburuk sentimen kepada luar negeri dan kecenderungan rasis, sehingga mempersubur untuk kebangkitan para supremasi kulit putih dipikirannya.

Pada 17 September 2011, pemrotes " Occupy Wall Street" yang mewakili kepentingan akar rumput muncul di Manhattan's Zuccotti Park di AS untuk sementara waktu. Selama dua bulan, mereka memprotes fakta bahwa orang terkaya 1% dari Amerika memiliki kekayaan yang sama dengan 99% sisanya.

Pada saat itu, pemandangan dari "Occupy Wall Street Movement" diset pada ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat Amerika. Slogan mereka adalah "Kami adalah 99%! 15 dari populasi memiliki sebagian besar kekayaan, sementara kondisi kehidupan 99% belum membaik."

Jadi, masalah yang menonjol karena ekonomi AS dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi penyusutan kelas menengah . Kita tahu bahwa ini telah menjadi semacam lingkaran sosiologi AS selama bertahun-tahun---bahwa terjadi berkurangnnya kelas mengangah di masyarakat AS. Hal itu dapat diumpamakan seperti biji buah kurma kecil di kedua ujung dan besar/gemuk di tengahnya.

Kelas yang benar-benar kaya adalah minoritas (minim), dan yang benar-benar miskin adalah minoritas, sekitar 10%, atau paling banyak 15%.  Jadi, 80% atau lebih di tengahnya adalah yang disebut "kelas menengah." Tentu saja kelas menengah juga memiliki kelas atas dan bawah. Jadi, dalam beberapa tahun ini, kelas menengah AS telah menyusut. Beberapa dari mereka telah pindah ke atas dan menjadi bagian dari kelas kaya, dan lebih banyak dari mereka telah turun ke kelas yang miskin.

Orang-orang kelas menengah ini, terutama orang kulit putih kerah biru telah melihat status sosial mereka menurun. Seiring status sosial mereka menurun, hal itu menyebabkan mereka tidak senang dengan masyarakat, dan mereka mungkin menemukan berbagai kompensasi untuk melampiaskan kemarahan mereka, termasuk masalah rasial.

Penurunan ekonomi secara serius telah menjadi akar permasalahan rasial. Dan pada tahun 2008, ketika Obama menjadi presiden orang Afrika-Amerika pertama, dia menjadi harapan orang Afrika-Amerika. Tetapi ternyata setelah masa jabatan delapan tahun Obama berakhir, situasi untuk orang Afrika-Amerika belum membaik, tingkat pengangguran mereka dua kali lipat dari orang kulit putih, dan 25% orang Afrika-Amerika hidup di bawah garis kemiskinan.

Berberapa analis berpendapat bahwa alasan AS memilih Obama bukan karena masalah rasial, terutama karena kelas menengah, dan masyarakat utama AS tidak mempercayai politisi tradisional, dan berpikir untuk  dalam negeri, mereka menghadapi krisis ekonomi, dan internasional, mereka dikritik oleh semua orang. Mereka merasa ada masalah dengan bagaimana negara ini harus dijalankan, jadi mereka tidak mempercayai politisi yang diwakili oleh pria paruh baya orang kulit putih. Maka mereka memutuskan untuk menemukan wajah baru untuk mencoba berbagai hal. Ini adalah suatu bentuk reformasi Amerika.

Tentu saja, ada hasil tambahan yang di harapkan rakyat AS bahwa dengan presiden kulit hitam pertama, mereka mungkin bisa menetralkan konflik rasial yang telah ada selama bertahun-tahun. Tapi sepertinya itu tidak berpengaruh banyak.

Untuk batas-batas tertentu, pemerintahan Obama justru memperburuk konflik rasial. Orang kulit hitam lebih kecewa, dan orang kulit putih merasa tidak berhutang apa-apa pada mereka, karena masyarakat kulit putih dan arus utama merasa bersalah, tapi setelah mereka merasa tidak berutang apa pun, mereka akan meneriakkan tuntutan mereka. Satu sisi akan lebih kecewa karena adanya tuntutan lebih. Jadi sampai batas tertentu, pemerintahannya justru memperburuk masalah.

Beberapa ilmuwan telah menyadari bahwa insiden Charlottesville yang mengejutkan seperti timbulnya gerakan orang  kulit putih dan rasis yang berlangsung 100 tahun yang lalu. Pertama-tama, karena adanya resesi ekonomi dan masalah lapangan kerja, untuk menenangkan keluarga kelas menengah AS yang berpenghasilan rata-rata tahunan dan pekerjaan mengalami stagnasi selama 20 tahun, dan yang menyertainya adalah peningkatan imigran asing, dan perubahan warna kulit penduduk AS yang cepat. . Ini adalah alasan mendasar terjadinya konflik rasial.

Beberapa analis luar cendrung berpikir kini AS perlu lebih banyak memperhatikan kepentingan pada konflik rasial yang makin memburuk, karena ini mencerminkan keretakan besar dalam masyarakat Amerika, dan keretakan besar ini adalah tantangan mendasar bagi pemerintahan nasional AS, terutama demokrasi politik. Kita harus jelas - konflik sosial ini tidak diciptakan oleh Trump. Itu punya alasan tersendiri.

Jadi konflik ini akan tetap ada, meskipun adanya penggantian presiden AS lainnya, namun cara-cara yang diungkapkan sendiri memiliki perbedaan yang tidak kentara. Tapi AS menghadapi keretakan sosial yang dalam, dan konflik ini akan tetap ada di sana tidak peduli siapa pun presidennya.

Meskipun Obama menjadi presiden Afrika-Amerika pertama dalam sejarah AS, dan berada di Gedung Putih selama delapan tahun, isu-isu rasial tetap belum terpecahkan. Setelah Trump menjabat, konflik rasial dan oposisi menjadi sulit dikendalikan. Pemerintah AS harus menyadari bahwa jika tidak berupaya menyelesaikan konflik rasial, bekas-bekas sejarah rasial, dan akumulasi diskriminasi rasial akan berkembang biak, dan oposisi dan konflik rasial akan mungkin menggulingkan AS. (Dan kita juga telah merasakan bagaimana akibat berkepanjangan dengan kerusuhan 1998).

Rasisme bukanlah sebuah isu yang terisolasi tersediri,  sejarah dan ekonomi keduanya sangat saling mempengaruhinya. Mungkin hanya dengan mengelolanya dengan benar dan baik, mengendalikannya, dan mempromosikan pembangunan ekonomi, sosial, serta pendidikan yang akan secara bertahap memudarkannya, atau setidaknya AS harus mencegah tragedi lain seperti insiden Charlottesville untuk tidak terjadi lagi..

Sumber Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri

http://www.aljazeera.com/news/2017/08/charlottesville-attack-170813081045115.html

blob:http://players.brightcove.net/bb0f3565-ce3a-4070-a3b6-91f3146c2779

http://indianexpress.com/article/what-is/what-is-the-charlottesville-incident-virginia-protest-us-racism-donald-trump-4798763/

http://indianexpress.com/article/what-is/what-is-the-charlottesville-incident-virginia-protest-us-racism-donald-trump-4798763/

(*)https://books.google.co.id/books?id=s3f8AgAAQBAJ&pg=PA177&lpg=PA177&dq=Swedish+scholar+Karl+Gunnar+Myrdal&source=bl&ots=6qYIi_EIU2&sig=Kxstilb22B_XugvyzUaSa3peON8&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjD2bPi1p_WAhUIhbwKHfXeAPoQ6AEIQzAC#v=onepage&q=Swedish%20scholar%20Karl%20Gunnar%20Myrdal&f=false

The Foundation_ A Great American Secret; How Private Wealth is Changing the ... - Joel L. Fleishman - Google Buku

https://www.adl.org/education/resources/backgrounders/alt-right-a-primer-about-the-new-white-supremacy

https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2017/08/16/the-alt-right-is-just-another-word-for-white-supremacy-study-finds/?utm_term=.9d9d31dbe5ee

https://www.voaindonesia.com/a/trump-ampuni-mantan-sherrif-arizona-joe-arpaio/4002421.html

https://www.theguardian.com/commentisfree/2012/jun/27/joe-arpaio-maricopa-county-king-cruel

https://www.youtube.com/watch?v=P54sP0Nlngg


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun