lomba di GOR. Pak Parno, guru matematika yang akan mengantar menggunakan mobil milik bapak kepala sekolah.Wati berdoa dalam hati saat mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan. Dibacanya teliti dan dijawabnya dengan hati-hati. Setelah selesai, diperiksanya ulang sekali lagi sebelum dikumpulkan.
Pada hari Senin, Wati dan Reni beserta tiga orang murid kelas lain berkumpul di depan ruang guru. Mereka akan mengikutiBeberapa hari kemudian pada saat baris pagi, Wati dipanggil ke depan oleh Pak Parno. "Selamat, Wati, kamu lolos ke putaran final olimpiade. Lusa, Bapak Kepala Sekolah yang akan mendampingi kita ke GOR."
Wati sangat senang. Ia ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada ibu, tapi takut mengecewakannya bila ternyata tidak menang. Karena itu, ia hanya menyimpannya dalam hati. Ia semakin giat belajar. Diam-diam, ia berdoa agar dapat memenangkan olimpiade itu.
Pada hari final lomba, Wati duduk di kursi depan mobil Pak Kepala Sekolah. Pak Parno dan Bu Sukarni ikut mendampingi di kursi belakang. Wati sangat bangga bisa mewakili sekolah. Sebelum masuk ke tempat ujian, ia menyalam bapak dan ibu guru mohon doa restu.
Soal-soal yang diuji cukup sulit, tapi Wati merasa lega telah mengerjakan semuanya dengan baik.
Mereka belum boleh pulang, karena menunggu pengumuman. Semua murid dan guru diberi nasi kotak. Wati sengaja tidak makan, mau dibawanya pulang untuk ibu di rumah. Bu Sukarni yang melihatnya tidak makan, membelikannya somay dan jus alpukat. Wati sangat senang.
"Wati, Bu Karni, ayo, masuk," panggil Pak Parno, "semua peserta sudah disuruh berkumpul."
Mereka masuk ke dalam GOR. Beberapa murid dari sekolah lain ada yang masih memakan jajanan.
"Baiklah, kita langsung umumkan pemenang olimpiade matematika tingkat SD tahun ini," kata pembawa acara yang berdiri di atas panggung. "Untuk juara tiga diperoleh oleh Kerri dari SD Harapan Bangsa."
Terdengar suara riuh tepuk tangan.
"Juara dua jatuh kepada Jonan dari SDN 205."
"Juara satu dimenangkan oleh Watiningsih dari SDN 131."