Mohon tunggu...
Maifil Eka Putra
Maifil Eka Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis, enterpreneur, social developer

Kita berduka karena bencana yang melanda tanah ibu kita.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Puisi Cinta Pak Tinggal untuk Sang Isteri

9 Maret 2011   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:56 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sambil menyeberangi sepi, Kupanggili namamu, wanitaku Apakah kau tak mendengar? Sebait puisi pembuka dari WS Rendra yang berjudul "Kupanggil Namamu" sangat sesuai dengan apa yang dialami Tinggal, 52 th, yang setia menemani isterinya yang kini terbaring di Ruang Rawat Inap (IRNA) LKC-Dompet Dhuafa (LKC-DD). Tangannya tak henti mengusap rambut sang isteri. Saat ini ia hanya bisa berbicara dengan bahasa cinta, karena sejak  dua minggu lalu Isterinya Yuhani, 51 th, tidak menangkap pembicaraan orang lain dengan baik. "Ia suka berbicara ngelantur dan tak nyambung dengan apa yang kita bicarakan," aku  pria yang akrab dipanggil Pak Tinggal ini. Menurut cerita Pak Tinggal, sejak setahun lalu  isterinya yang sehari-hari berkerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah itu, merasakan perutnya sakit sekali yang disertai keluar darah dari kemaluan dan duburnya. Terang saja kondisi ini membuat Pak Tinggal yang sehari-hari berporfesi sebagai pemulung ini menjadi panik. Ia pun membawa isteri yang telah melahirkan 2 anak perempuannya itu ke Puskesmas yang tidak jauh dari rumahnya di Cipulir. "Dokter di Puskesmas mengatakan isteri saya sakit ambeian dan diberikan obat, " kenang Pak Tinggal Sejak saat itu pula  Pak Tinggal tidak membolehkan isterinya berkerja. Apalagi kedua anak perempuannya Iam, 23 th dan Sukiah, 20 th sudah menikah dan ikut dengan suami mereka. Otomatis tanggungan mereka sebagai orang tua mulai berkurang. Dikarenakan kondisi tubuh yang terus menurun, Yuhani pun memilih apa yang dikatakan suaminya untuk istirahat saja di rumah. Ternyata Istirahat pun tidak mampu menyembuhkan pendarahan Yuhani, bahkan semakin sering terjadi. Yuhani pun akhirnya bolak-balik ke Puskesmas. Setelah beberapa kali ke sana,  penyakit tak kunjung sembuh pihak Puskesmas akhirnya memberi surat pengantar rujukan ke RSCM. Kendatipun surat rujukan itu diterima Pak Tinggal, tapi Ia  tidak pernah membawa isterinya ke sana. Ia tidak siap lahir dan bathin untuk ke RSCM, ia memilih untuk mengobati isterinya ke klinik 24 jam. Setelah 2 kali ke klinik, pendarahan Yuhani tak kunjung berhenti, lagi-lagi Pak Tinggal mendapat surat rujukan untuk membawa  isterinya ke rumah sakit yang lebih baik untuk mengkonsulkan penyakit isterinya itu ke spesialis penyakit dalam. "Sungguh saya nggak berdaya setelah mendengarkan apa yang dikatakan dokter di klinik itu, sementara isteri saya terus saja kencing dan berak darah," tuturnya. Pak Tinggal mengaku tidak punya uang untuk mebawa isterinya berobat lagi. Bahkan untuk biaya ke klinik dan Puskesmas sebelumnya, Ia sudah berupaya mati-matian mengumpulkan uang. Selain dari hasil jerih payah mencari botol air mineral bekas dengan mengais-mengais tong sampah yang tidak memandang malam ataupun siang hari. Alhamdulillah, Pak Tinggal juga dibantu kedua suami anaknya. Itu pun semampu mereka, karena mereka pun masih hidup pas-pasan dan menghidupi pula 3 (tiga) anak mereka. Kondisi ini membuat Pak Tinggal, hampir saja putus asa. Tapi ia segera menepis perasan itu karena melihat wajah isterinya yang kepayahan. Ia tetap tegar  dan menghadapi kondisi itu dengan penuh keikhlasan. Ia berjanji tak akan mengeluh dengan keadaan. Pak Tinggal mengaku sudah biasa dengan keadaan susah. Penderitaan demi penderitaan sudah ia lalui dari semenjak Ia kecil. Mulai dari ditinggal mati ayahnya ketika ia masih kecil sampai Ia meninggalkan kampung halamannya Pamanukan dan menuju di Jakarta di usia remaja. Di Jakarta pun ia harus berkerja keras menjadi tukang becak. Sejak becak dilarang, tahun 1980-an ia pun berkerja serabutan dan berujung menjadi pemulung hingga sekarang. Dari perjalanan hidup seperti itu, penderitaan dan kepahitan hidup baginya sudah hal biasa. Hanya saja kalau penderitaan itu disebabkan isterinya yang sakit, meski tabah menghadapinya tapi rasa cemas tak dapat disembunyikannya. Maklum puluhan tahun Pak Tinggal dan Yuhani selalu bersama menghadapi suka dan duka di "rumah tanpa jendela"  yang sederhana. Di ujung pasrahnya Pak Tinggal bertemu dengan salah seorang kenalannya yang baru pulang berobat dari LKC-DD. Dari cerita kenalan itupun Pak Tinggal bertekad untuk membawa isterinya ke LKC-DD. Akhirnya 23 Nopember 2010, Yuhani dibawa ke LKC-DD di Ciputat. Ia masuk melalui IGD dan selanjutnya diberikan perawatan jalan. Setelah proses kepesertaannya selesai, LKC-DD membawa Yuhani  untuk memeriksakan sakitnya ke spesialis penyakit dalam LKC-DD yang kemudian merujuk ke spesialis kandungan ke RSCM. Dari hasil pemeriksaan di RSCM diketahui Yuhani mengidap penyakit CA Serviks Stadium IV A. Ia pun haru dirawat inap di RSCM karena kondisinya yang menurun. Selama di rawat Inap, Dokter di RSCM tidak melakukan apa-apa terhadap kanker mulut rahimnya itu selain melakukan perbaikan kondisi tubuh pasien. Setelah kondisi Yuhani agak baikan ia pun dibolehkan pulang. Tidak lama Yuhani pulang ke rumah, kondisi tubuhnya kembali melemah, ia pun dilarikan ke LKC-DD dan dirawat di IRNA LKC-DD. Hidung dan Tangan dipasangi slang, untuk pembuangannya pun dipasang kateter. Ia terbaring payah di tempat tidurnya. Dokter LKC-DD dr. Kartika Sari Widuri, membenarkan kondisi pasien Yuhani yang mengidap Kanker Serviks Stadium IV itu. Menurut analisa medis, dicurigai kanker mulut rahim Yuhani sudah menjalar ke jaringan tubuh vital lainnya, tapi belum dapat dilakukan pemeriksaan mendalam karena kondisi tubuh pasien yang lemah. HB darah pasien masuk ke LKC-DD hanya 4 dari normalnya 12 g/dl . Jadi untuk pemulihan diberikan transfusi. "Dalam kondisi ini, kesembuhan dan keajaiban hanya dari Allah SWT. Dari sisi medis tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh tim dokter kecuali hanya membantu penguatan tubuh Yuhani dan ditambah memberikan obat anti nyeri," terang dr. Ruri, panggilan akrab Dokter Umum LKC-DD tersebut. Pak Tinggal menyadari sepenuhnya apa yang dikatakan dokter itu,  tapi ia tetap berharap isterinya sembuh. Mulutnya tak berhenti berdoa dan bahasa tubuhnya melihatkan sayang itu terus mengalir buat isterinya. Tulisan ini juga dimuat di Web LKC

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun