Siang kemarin, aku memakan durian. Asal durian itu dari om-ku dan isterinya, dapat memberi adiknya sebelum ke rumah. Memang kemari nada acara masak-masak untuk haul kakek, yang ke-4.
Durian itu gak besar juga, amat mungil. Cuma wanginya itu menyengat sekali. Sebenarnya dari awal agak ragu untuk menyicip karena sama durian aku tuh punya riwayat yang kurang mengenakan. Sejak itu, setiap melihat, mencium dan mencoba yang berbau durian agak hati-hati.
Kemarin aku pun nyicip, namanya nyicip ya, gak sampai satu buah. Enak sih rasanya. Pulen sih. Cuma gak enak dan pulen setelah beberapa jam kemudian. Ceritanya, se jam setelah itu aku tidur dan alhamdulillah merem. Bernafas dan cukup nyenyak.
Setelah bangun, perut mulai terasa tak enak. Kayak diubek-ubek. Mual-mual banget. Aku curiga, apa bulan ini sudah datang bulan? Hem, bulan yang mana ya.
Tentu aku gak berpikir lagi ngidam, sebab aku laki-laki yang insya allah menjaga kesucian. Jadi aneh, kalau sampai ngidam dan dicurigai ... oh tidak, jangan sampai.
Pasti ini, gara-gara mencicipi durian kecil itu. Rasanya enak, pulen dan kenyal sih, tapi efeknya bikin sore kemarin aku lemas, lelah dan terbaring meringik macam anak kecil tak diberi jajan.
Tentu saja, aku tidak lapor Emak, lapor polisi, apalagi lapor pak RT. Bagiku, ini murni kecerobohan. Aku hanya lapor pada ia, perempuan manis yang kemudian disuruh makan durian lagi, ia panik dan aku pun tidak mau. Aku yang sakit, ia yang jengkel. Aku yang sakit ia yang resah, tapi aku suka orangnya dan perhatiannya.
Semua pun memang dihadapi dengan wajah tertunduk, kan mual. Di sela rasa maul itu, aku pun berpikir, apa yang harus akau salahkan, durian? Durian kan hanya benda, tidak pula meminta aku memakannya pun menyentuhnya. Meletakan kesalahannya hanya padanya itu bentuk kezaliman yang nyata.
Aku pun berpikir, apa ini salahku karena tadi ngamuk ke ponakan yang ngambek terus mengacak-ngacak lantas naik pitam. Padahal Cuma disuruh makan durian, malah ngambek. Terus karena jengkel dan naik pitam, aku nyicip itu durian. Hasilnya aku mual, apa ini bentuk azab seperti di film Indosiar?
Setelah ini, aku berpikir lagi kalau mau makan durian. Jangankan banyak, nyicip saja bermasalah. Benar kata orang, tak usah mencari masalah, masalah akan datang tanpa kamu mau, ingin dan harapkan. Pesannya satu, hadapi masalah itu sesulit apapun karena seperti durian yang aku icip, seenak apa pun durian dia tak akan dipandang spesial bagi mereka yang tidak suka. (**)