Dunia masih berjuang melawan pandemi. Virus semakin merajalela dan menyebar kemana-mana. Belum lagi dampak psikologi, sosial dan ekonomi yang mengancam.Â
Resesi ekonomi tidak terelakkan. Masyarakat mulai frustasi. Tatanan dunia pun berubah. Rasanya setelah begitu banyak hantaman yang terjadi, memperbaikinya pasti tidak akan mudah dan mungkin memerlukan waktu yang lama.
Diperlukan usaha yang keras dan serius untuk bisa keluar dari masalah ini. Diperlukan semangat untuk bisa kembali membangun tatanan dunia. Untuk kembali bangkit dari keterpurukan.
Ulama Muhammad Fethulah Gulen pernah berkata bahwa untuk bisa membangun kembali tatanan, sepatutnya kita bisa melihat kedalam diri kita. Apa yang masih bisa kita perbaiki, apa yang masih bisa kita gunakan kembali, apa yang perlu kita pilih dari yang tersisa sehingga kita tidak terlalu rugi dengan kondisi yang menimpa kita.
Ya, semua itu merepotkan memang. Karena memperbaiki sesuatu yang hancur selalu lebih sulit daripada ketika kita menghancurkannya.
Begitu juga halnya dengan pandemi ini. Tidak mudah untuk bisa memperbaiki keadaan, setelah hantaman yang memporak-porandakan kehidupan kita ini.
Kita perlu bangkit menghadapi situasi ini. Kita harus bisa menghadapinya. Yang bisa kita lakukan adalah dengan memahami pandemi ini secara komprehensif dan holistik.Â
Konsep Demokrasi
Kebangkitan yang kita lakukan harus dimulai dari hal yang paling mendasar. Hal yang paling mendasar adalah kita harus bisa bangkit menata kembali filosofi kehidupan di masyarakat. Yang perlu dilakukan adalah mengedepankan kembali nilai-nilai demokrasi.
Sekilas pandemi dan demokrasi tidak memiliki korelasi. Tetapi jika kita perhatikan lebih mendalam nilai-nilai demokrasi sangat relevan digunakan untuk membangun semangat kebangkitan menghadapi pandemi ini.