Sulit untuk mengubah mindset masyarakat akan label sekolah favorit. Diperlukan kebijakan yang berkesinambungan untuk merealisasikannya.
Jika kita cermati, label sekolah favorit itu tidak selamanya merugikan, tidak selamanya menunjukkan pendidikan yang tidak merata. Baik buruknya pelabelan sekolah favorit di masyarakat sangat tergantung dengan pemahaman masyarakat. Masyarakat harus memaknainya dengan bijak.
Label ini bisa saja berdampak buruk, jika masyarakat justru melakukan praktik yang tidak sehat. Memanfaatkan kekuatan, kekuasan, dan pengaruh untuk memasukkan anaknya ke sekolah favorit. Hal inilah yang perlu diperbaiki.
Sebaliknya, ada juga dampak positifnya. Jika seluruh stakeholder pendidikan, pemerintah, guru, siswa dan orangtua bisa saling bersinergi, maka sangat mungkin satu sekolah favorit akan menelurkan sekolah favorit yang lain.Â
Sekolah yang sudah dilabeli favorit bisa dijadikan sebagai center of excellent yang akan membantu sekolah yang lain. Kata Mas Menteri Nadiem, dibutuhkan guru penggerak dan sekolah penggerak untuk menghadirkan perubahan yang nyata bagi pendidikan Indonesia.
Alhasil, peraturan PPDB itu penting untuk menunjang pemerataan pendidikan dan kenyamanan siswa dalam belajar. Jika pendidikan merata, maka semua sekolah akan menjadi sekolah favorit yang akan memiliki budaya sekolah yang kuat untuk mendidik siswanya.Â
Inilah harapan kita bersama. Siapkah kita menjadi masyarakat penggerak untuk merealisasikannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H