Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dalam Politik, Tidak Ada Makan Siang yang Gratis

25 Juli 2019   14:18 Diperbarui: 25 Juli 2019   14:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Antara Photo/Puspa Perwitasari)

Ketika pertemuan Jokowi-Prabowo lalu pasca pemilihan presiden, saya angkat topi dan memberikan apresiasi yang tinggi untuk mereka berdua. Terfikir dalam hati, ini adalah iktikad yang baik untuk meredakan ketegangan dan polarisasi di masyarakat bawah.

Secara pribadi, saya kurang menghiraukan aneka opini liar terkait rencana rekonsiliasi. Saya berkeyakinan, bahwa pertemuan 14 Juli itu murni untuk mengurangi pembelahan yang terjadi di masyarakat. Apalagi koalisi di tim TKN juga kurang suka, apabila beberapa partai dari BPN merapat ke Jokowi. Pastinya jatah menteri untuk koalisi BPN akan ikut juga berkurang.

Namun, setelah pertemuan tadi siang antara Prabowo dengan Megawati. Hati kecil berbisik lain, ini bukan hanya sekedar rekonsiliasi yang diuar-uarkan dahulu. Mengapa Prabowo beriya-iya mendatangi rumah Megawati, dalam suasana yang masih diliputi sensitivitas antar pendukung keduanya.

Jangan sampai publik menilai, ini adalah merupakan langkah-langkah ke arah bargaining politik dan kekuasaan. Saya jadi ingat film dokumenter " Sexy Killers" dan pendapat teman diskusi politik.

Apa yang dipaparkan dalam film dokumenter tersebut, pelaku dan pemilik kekayaan di negara kita adalah naga-naga yang berada di 2 kelompok tersebut. Mereka adalah pemain dan pemilik di beberapa tambang, HGU dan beberapa kepentingan di Indonesia.

Sedangkan temanku pernah berkata, jangan terlalu fanatik dengan tokoh atau kelompok politik Indonesia saat ini. Bisa jadi sistem pemilihan presiden lalu, memang direkayasa hanya untuk diikuti oleh 2 kandidat, tepatnya Jokowi - Prabowo.

Jadi apapun hasilnya dalam Pilpres lalu, pemenangnya bukan hanya Jokowi saja, tapi Prabowo juga ikut sebagai pemenangnya. Karena kepentingan yang direncanakan bersama, tetap eksis seperti biasanya.

Jadi pendukung keduanya yang fanatik dan mati-matian membelanya, hanya dimanfaatkan seperti tukang dorong mobil mogok saja. Disaat mobil sudah hidup, mereka akan menekan gigi empat dan meninggalkan tukang dorong semuanya.

Teman diskusiku sempat berbisik,
"Tak ada makan siang yang gratis Bro.., apalagi naga-naganya tidak mengeluarkan mustika yang sedikit untuk melindungi kepentingan masing-masing."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun