Ceritanya, setelah KH. Suja'i pulang dari Pesantren Demangan, beliau mendirikan pesantren di daerahnya, namun sampai beberapa lamanya pesantren yang didirikannya tak jua kunjung berkembang. Segera beliau sowan kembali kepada Syaikhona Cholil, bermaksud minta barakah supaya pesantrennya segera berkembang,
Baca juga : Review Buku "Gila Baca Apa Ulama"
Namun sebelum KH. Suja'i menyampaikan maksud kedatangannya, Syaichona Cholil langsung dawuh, " Kamu pergi ke Ciwedus, belajar lagi dan ngalap barakah kepada Shobari. "
Setelah itu, KH. Ahmad Shobari kedatangan santri-santri lain sampai kemudian mendirikan pesantren yang dalam waktu singkat berkembang pesat dan menjadi salah satu pesantren terbesar di daerah Kuningan dan sekitarnya.
Cicit Syaikhona Cholil Bertemu Cicit KH.Ahmad Shobari
Takdir mempertemukan kembali hubungan guru dan murid ini, tapi dalam bentuk silaturrahim dzuriyahnya, yaitu para cicit-cicitnya. Cicit Syaikhona Cholil Bangkalan, yaitu RKH. Fakhirillah Aschal pengasuh Pondok Pesantren Demangan Bangkalan, sedangkan Cicit KH. Ahmad Shobari adalah Wawan Syakir Darmawan.
Pertemuan tanpa perencanaan ini terjadi, saat RKH. Fakhrillah Aschal mengadakan safari gema selawat di Malaysia, pada bulan Rabiul Awwal yang lalu. Secara kebetulan Mandiri Sejahtera Cargo, perusahan yang dimiliki oleh Wawan Syakir Darmawan mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Rupanya pihak panitia Maulid, mengundang RKH. Fakhrillah Aschal untuk mengisi acara selawat dalam acara tersebut. Akhirnya, disebabkan berkah acara Maulid, kedua cicit ulama besar ini bertemu dan bersilaturrahim.
Kemudian keduanya sepakat untuk bertemu kembali pada acara ziarah Wali Sanga ke Sunan Gunung Jati. Setelah itu baru singgah ke Maqbarah KH. Ahmad Shobari di Ciwedus desa Timbang Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Rupanya hubungan kyai dan santrinya bukan hanya sekedar kegiatan belajar dan mengajar saja, Namun hubungan diantara keduanya menyangkut hubungan batin keduanya. Begitu indah dan barokahnya, hubungan tersebut terus dipertahankan sampai anak cucunya.