Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Repotnya Berkawan tapi Harus Menjaga Jarak

17 Januari 2021   17:42 Diperbarui: 17 Januari 2021   17:43 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bercakap sambil menjaga jarak (doc.pribadi)

Menjalin interaksi sosial dalam menjalani kehidupan ini adalah kebutuhan setiap individu. Sebagai makhluk sosial kita memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain baik itu keluarga, tetangga ataupun teman. Semandiri-mandirinya seseorang dia pasti membutuhkan orang lain.

Dalam situasi normal tentu sudah terbiasa kita melihat anak kita berkumpul bersama teman-temannya. Bermain bola bersama di lapangan. Tertawa bersama di depan rumah kala mereka dengan riang asyik bercanda sembari akrab berangkulan.

Di masa pandemi ini semua aktivitas seolah di reset ulang. Di format dalam bentuk baru hingga kedekatan fisik seolah berubah jadi tabu dan berbahaya. Bahkan berkumpul bersama dengan banyak teman menjadi pelanggaran berat yang dapat beresiko melanggar hukum.

Aktivitas anak-anakku sehari-sehari masih belum berubah sejak awal pandemi. Kegiatan bersekolah masih dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh. Mulai dari belajar, mengerjakan pr dan ulangan. Komunikasi dengan guru hanya dilakukan melalui whatsapp.

Dengan teman-teman sekolah juga sudah jarang sekali kulihat anakku berhubungan. Sesekali mungkin ada satu dua temannya yang menanyakan kabar dan kondisi kesehatan terutama ketika anakku sempat di isolasi di rumah singgah dinsos karena Covid sebelumnya.

Jika dipikir-pikir kasihan juga anakku. Pasti ia merasa bosan luar biasa. Kerinduannya untuk bermain bersama pasti sulit untuk ditahan. Di umur-umur seperti dia memang umumnya masih senang-senangnya bermain dan bergerak bebas.

Sebelumnya anakku masih bisa bermain bersama teman-teman walaupun terbatas di lingkungan dekat rumah. Karena kebetulan perumahanku juga menutup beberapa akses keluar masuk demi mengurangi dampak penyebaran virus Corona.

Sejak tertular virus kemarin aku memang masih melarangnya untuk keluar rumah. Aktivitas pengajian anakku juga terhenti. Tapi aku tetap mewajibkannya untuk menyetorkan kewajiban khatamannya untuk membaca Al Qur'an 1 Juz per hari kepada Pak Ustadz melalui group whatsappnya.

Menonton tayangan televisi menjadi salah satu hiburannya. Bermain game online melalui gawai terpaksa juga tidak bisa dihindari. Sarana ini menjadi salah satu hiburannya untuk dapat melepas kerinduannya bermain bersama teman-temannya. Mereka dapat saling bercakap-cakap dan terkadang bercanda dan tertawa bersama.

Penyebaran virus Corona memang kian meningkat di lingkungan kami. Hal ini juga membuat banyak keluarga di sekitar rumah membatasi ruang gerak mereka. Mulai jarang yang terlihat keluar rumah, berkumpul dan mengobrol jika memang tidak perlu sekali.

Anak-anak di lingkunganku mulai banyak yang dilarang keluar rumah. Sehingga sudah jadi pemandangan umum jika terlihat anak-anak saling bercakap dan bercanda dari balik pagar rumah masing-masing. Mereka terkadang saling teriak memanggil untuk berbincang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun