Mohon tunggu...
Mahdhyna Laily Rizqi Aji
Mahdhyna Laily Rizqi Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Hi! salam kenal semua namaku Lili lahir di bulan kemerdekaan yang penuh perjuangan kalau kata ibuku, hehe. Menulis sudah menjadi favoritku sejak aku masih duduk di bangku SD kelas 3. Kegemaranku menulis ini tidak serta merta datang begitu saja, akan tetapi ini semua berkat dari usaha keras ibukku tercinta yang selalu membiasakanku untuk menulis kegiatanku setiap hari di buku diary dan kebiasaan itu terbawa sampai aku menginjak usia di kepala dua. Aku lebih suka menulis sesuatu yang bermakna tersirat, jadi kalian semua bisa mengartikan sendiri ya apa yang aku maksud di setiap tulisan-tulisan yang aku posting. Pada akhirnya selamat membaca :). Big Love LILI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alam dan Nestapa

26 Agustus 2022   18:58 Diperbarui: 26 Agustus 2022   19:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Perjalanan waktu memang terasa begitu panjang. Aku menekuni di satu titik jenuh yang kuangankan akan membawa ku terbang tinggi menuju awan seperti yang sudah-sudah.

  • Lencana merah yang pernah disematkan kepada orang-orang terdahulu membuatku ingin menjadi bagian dari mereka juga. Tatkala malam yang sepi itu menghampiriku tanpa salam aku terkecoh dan berusaha untuk kembali tapi apa daya kakiku ternyata tak begitu kuat untuk bisa menyusuri jejalanan yang terjal ini.

  • Kemenangan yang sudah di depan mata bahkan tak bisa kugapai sambil bernapas. Kurang sedikit lagi tapi gagal. Hanya tinggal kenangan manis, diriku dan dirinya tidak pernah bisa dipertemukan.

  • Dipisahkan oleh semesta memang jauh lebih menyakitkan daripada tanggal karena ketidakmauan. Keringat ku bahkan sudah tidak ada, darah merah itu sudah berganti menjadi putih.

  • Lalu kemanakah diri ini bisa berserah selanjutnya. Merah putih itu akan selalu berkibar di pekarangan rumahku. Menghiasi bangunan yang telah lama dibiarkan kosong seperti hatiku. Gemuruh hati ini terdengar begitu keras, aku ingin merasakan kebebasan yang terlihat begitu manis semanis madu.

  • Lambaian tangan yang biasanya selalu menemani kepergianku bahkan sekarang sudah tidak pernah kutemukan lagi. Duhai kasih dimanapun ragamu terkubur jangan lupakan jika jiwamu selalu ada didada kiri pria lapuk ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun