Mohon tunggu...
Mahbubillah
Mahbubillah Mohon Tunggu... Lainnya - ASN pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sukabumi//Penikmat Kopi Susu

Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan --Imam Asy-Syafi'i

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Cinta untuk Anakku

13 Juli 2020   12:55 Diperbarui: 21 Mei 2021   11:17 23239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepucuk surat cinta untuk anakku (unsplash/green chameleon)

Pesantren itu sangat mengasyikkan. Engkau akan bertemu teman baru yang memiliki nasib yang sama denganmu, jauh dari keluarga. Namun yakinlah Nak! Pengalamanmu akan semakin luas. Jiwamu akan semakin teruji. Kesabaranmu akan semakin gigih. Orang yang sukses harus selalu diawali dengan perjuangan.

Nak!

Saat tubuh kami terbaring kaku di ruang tengah rumah, kami hanya ingin kalianlah yang membacakan Al Quran di samping kepala kami. Karena itulah hari terbahagia untuk kami sebagai orangtua. Kami bangga, jika kelak jenazah kami diringi lantunan do'a anak-anak kami sendiri.

Kami Bangga Nak!

Bukankah Baginda Nabi pernah berkata, saat kita semua mati semua amal akan terputus kecuali tiga perkara. Do'amulah salah satunya. Doa Anak Solehah kami. Dengan menjadi santri kami harap kamulah yang mendoakan kami di atas pusara kelak. Karena kalian anak-anak kami yang lebih berhak atas semua dengan ilmu-ilmu yang akan kamu peroleh di pesantren. Jadilah pembela kami kelak di Hari pengadilan Allah.

Baca juga : Implementasi Teori Ekologi dalam Membentuk Karakter Anak di Pondok Pesantren

Nak!

Kami hanya ingin kamu mendoakan kami sepanjang waktumu. Solat Dhuhamu yang akan memberi jalan keluasan rizki kami. Sholat Tahajudmu yang akan membukakan pintu rahmat-Nya untuk kami. Setiap do'a yang kamu panjatkan buat kami, akan menjadi semangat buat kami dalam menjalani sisa hidup kami.

Selamat berproses, Nak!

Selamat berjuang, Nak!

Berbahagialah, Nak!

Tersenyumlah, Nak!

Karena masa depanmu adalah tanggungjawabmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun