Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pesta Kuasa dan Peran Para Nestapa

21 Februari 2019   18:29 Diperbarui: 21 Februari 2019   20:23 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk-pikuk di panggung politik nasional tak sedikitpun memberi pengaruh pada kehidupan orang kecil di bawah. Mereka tetap saja hidup dalam kesederhanaan yang serba kekurangan seperti halnya 5 atau 10 tahun yang lalu.

Hukum alam selalu benar bahwa hanya orang yang punya tenaga lebih yang bisa naik ke puncak bukit dan menikmati semilir angin serta keindahan pemandangannya. Hanya mereka orang pintar, punya akses, punya jaringan, punya pengaruh dan punya nama yang bisa merasakan hasil dari hajatan lima tahunan.

Selain mereka yang tanpa kualitas dan kapasitas hidup seperti di atas, tetap saja tidak ada bedanya sama sekali. Jika lima tahun lalu untuk makan dan membiayai sekolah anak-anaknya, mereka harus berhutang pada tetangganya, sekarang dan besok pun mungkin tetap saja demikian.

***

Siapa dan mengapa kaum papa dan nestapa itu selalu saja ada dan seolah menjadi pelengkap cerita sebuah kekuasaan? Mereka hanyalah ibarat lumpur-lumpur perekat batu-bata untuk membuat piramida kekuasaan. Piramida yang makin tinggi makin mengerucut dan dihuni oleh segelintir manusia yang berkuasa.

Sedangkan, mereka yang merayap naik ke puncaknya teriak-teriak minta dukungan agar suara kaum nestapa bahkan suara orang gila diberikan ke mereka? Ketika suara telah diraih, kemudian mereka akan menganggap suara itu ibarat buih yang akan lenyap begitu saja tanpa ada harganya. Logika mana yang bisa mengiyakan cara yang demikian?

Cermati sekeliling kita. Apakah tiap pergantian rezim di negeri ini, kehidupan tetangga miskin papa, para pengemis yang terlunta, para pemulung yang merana, para fakir miskin tak berdaya, mereka berubah dalam nasib dan kehidupannya? Tidak, mereka tetap saja seperti sediakala.

Jadi, hidup tak semudah seperti janji para calon penguasa. Tidak serta merta dan otomatis pergantian kekuasaan akan mengubah nasib si miskin papa. Hidup penuh dengan intrik yang tidak akan kelar hanya didekati dari sudut pandang dan keterlibatan dalam politik.

***

Tapi, ini semua tidak berarti bahwa orang miskin papa tidak perlu terlibat dalam politik, mereka tetap memiliki hak dan kewajiban politik. Minimal mereka mensodaqohkan satu suara bagi tokoh pilihannya. Peran minimal yang sebenarnya sangat bernilai maksimal bagi sebuah kemenangan para elit penguasa.

Orang lemah tak berdaya itu hanya mampu memberikan suara, tanpa berkuasa menuntut janji-janji para calon penguasa. Mereka tidak punya prinsip transaksi dalam melaksanakan peran politiknya. Mereka hanya sebatas menjalankan ketulusan hatinya untuk menjadi lumpur perekat batu-bata bagi terwujudnya piramida kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun