Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media dan co-PR -- Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta dan Para Ormas-nya

17 Mei 2025   01:15 Diperbarui: 21 Mei 2025   00:01 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta dan wajah baru Ormas. (Ilustrasi/Mahar P)


Saya tidak tahu sejak kapan kata "ormas" terdengar seperti ancaman. Padahal di masa lalu, ormas adalah kumpulan warga yang semangat. Gotong royong. Bersih-bersih kampung. Jaga ronda. Tapi di Jakarta hari ini, kadang cukup satu rompi ormas untuk membuat pedagang kaki lima minggir. Atau petugas pemda ragu melangkah.

Maka saya angkat topi ketika membaca surat edaran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta pekan ini. Isinya tidak muluk-muluk: ajakan kepada ormas untuk tidak jadi bagian dari masalah. Tapi bagian dari solusi. Tanggal 15 Mei 2025, surat itu diteken oleh Muhammad Matsani, Kepala Bakesbangpol DKI Jakarta.

Bahasanya rapi. Resmi. Tapi maksudnya jelas: "Kami butuh Anda ikut jaga Jakarta."

Surat edaran itu keluar setelah dua kali rapat penting di Kementerian Dalam Negeri. Salah satunya dipimpin langsung oleh Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum. Pemerintah pusat rupanya sedang serius memberantas premanisme yang dibungkus baju ormas. Yang kadang hanya menunggu proyek jalan, lalu datang menagih jatah keamanan. Atau menyebut diri "penjaga lingkungan", tapi justru membuat pengusaha ketakutan berinvestasi.

Ada tiga permintaan Bakesbangpol ke para ormas. Pertama: dukung upaya pemberantasan premanisme dan ormas bermasalah. Kedua: jangan saling menutupi. Tegur rekan sendiri kalau ada yang mulai melenceng. Ketiga: bantu ciptakan suasana yang aman dan nyaman. Biar pembangunan lancar. Biar lapangan kerja tumbuh.

Pesannya sederhana: Jakarta ini rumah kita. Jangan dibakar dari dalam.

Saya membayangkan betapa pentingnya surat ini bagi UMKM di pinggir jalan. Juga bagi investor yang sedang menimbang buka pabrik di Cakung atau gudang logistik di Marunda. Mereka butuh kepastian hukum. Tapi lebih dari itu, mereka butuh ketenangan dari gangguan tak kasat mata: pungli dan intimidasi.

Pemerintah tentu tidak bisa kerja sendiri. Maka surat ini --- meskipun hanya selembar kertas --- bisa jadi awal dari revolusi kecil. Andai ormas-ormas mau kembali ke ruh asalnya: jadi pagar sosial, bukan pemalak sosial.

Akan efektifkah surat ini?

Itu urusan nanti. Tapi saya percaya, niat baik itu menular. Tinggal siapa yang memulainya.

---

Penulis adalah jurnalis, kolumnis, penggiat ormas

Baca juga: "Diratakan"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun