Opini - Pemerintah semula berkomitmen tidak akan mengimpor gula. Janji itu disampaikan berkali-kali: kita mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Petani tebu senang, pabrik gula nasional percaya diri.
Tapi kini, pemerintah memutuskan impor. Gula mentah dalam jumlah besar segera masuk. Alasannya: cadangan gula nasional harus ditingkatkan.
Ada apa di balik keputusan ini?
Janji Manis yang Berubah
Awalnya, pemerintah yakin produksi gula dalam negeri cukup untuk kebutuhan konsumsi. Target swasembada pun terus didengungkan. Petani diminta semangat menanam, pabrik gula diminta efisien menggiling.
Namun, realitas berkata lain. Produksi gula nasional belum cukup. Banyak kebun tebu yang produktivitasnya menurun. Pabrik gula banyak yang tua, teknologinya ketinggalan zaman. Efisiensi? Jauh dari ideal.
Di atas kertas, produksi gula nasional tahun ini diperkirakan sekitar 2,4 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi nasional hampir 3,2 juta ton. Artinya, ada defisit sekitar 800 ribu ton.
Belum lagi, stok cadangan gula pemerintah hanya 26 ribu ton. Sangat jauh dari aman.
Pemerintah panik.
Lalu, keputusan pun berubah: impor.
Siapa Untung, Siapa Buntung?