Mohon tunggu...
Viona AyuMahardani
Viona AyuMahardani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Itu Emotional Intelligence?

20 Juni 2022   16:08 Diperbarui: 20 Juni 2022   16:45 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (humanunlimited.com)

Apa Itu Emotional Intelligence?

Kecerdasan emosional( EI) sangat kerap didefinisikan selaku keahlian buat menguasai, memakai, menguasai, mengelola, serta menanggulangi emosi. Orang dengan kecerdasan emosional yang besar bisa mengidentifikasi emosi mereka sendiri serta orang lain, memakai data emosional buat memandu pemikiran serta sikap, membedakan antara perasaan yang berbeda serta berikan label yang pas, serta membiasakan emosi buat menyesuaikan diri dengan area. 

Walaupun sebutan tersebut awal kali timbul pada tahun 1964, sebutan tersebut memperoleh popularitas dalam novel laris Emotional Intelligence tahun 1995, yang ditulis oleh jurnalis sains Daniel Goleman. Goleman mendefinisikan EI selaku serangkaian keahlian serta ciri yang mendesak kinerja kepemimpinan.

Kecerdasan emosional mengacu pada keahlian buat menguasai, mengendalikan, serta mengevaluasi emosi. Sebagian periset menganjurkan kalau kecerdasan emosional bisa dipelajari serta diperkuat, sedangkan yang lain mengklaim itu merupakan ciri bawaan.

Bermacam model sudah dibesarkan buat mengukur EI. Model watak, yang dibesarkan oleh Konstantinos V. Petrides pada tahun 2001, berfokus pada pelaporan diri tentang disposisi sikap serta keahlian yang dialami. Model keahlian, yang dibesarkan oleh Peter Salovey serta John Mayer pada tahun 2004, berfokus pada keahlian orang buat memproses data emosional serta memakainya buat menavigasi area sosial. 

Model asli Goleman saat ini bisa dikira selaku model kombinasi yang mencampurkan apa yang sudah dimodelkan secara terpisah selaku keahlian EI serta watak EI. Riset yang lebih baru sudah berfokus pada pengenalan emosi, yang mengacu pada atribusi kondisi emosional bersumber pada pengamatan isyarat nonverbal visual serta rungu. Tidak hanya itu, riset neurologis sudah berupaya buat mengkarakterisasi mekanisme saraf kecerdasan emosional.

Riset sudah menampilkan kalau orang dengan EI besar mempunyai kesehatan mental, kinerja, serta keahlian kepemimpinan yang lebih baik, walaupun tidak terdapat ikatan karena akibat yang ditunjukkan. 

EI umumnya berhubungan dengan empati sebab mengaitkan orang yang menghubungkan pengalaman individu mereka dengan pengalaman orang lain. Semenjak dipopulerkan dalam sebagian dekade terakhir, tata cara pengembangan EI sudah banyak dicari oleh orang yang mau jadi pemimpin yang lebih efisien.

Kritik sudah berpusat pada apakah EI merupakan kecerdasan yang nyata, serta apakah dia mempunyai validitas bonus atas Intelligence Quotient(IQ) serta identitas karakter 5 Besar. Tetapi, meta- analisis sudah menciptakan kalau dimensi EI tertentu mempunyai sebagian validitas apalagi kala mengendalikan Intelligence Quotient(IQ) serta karakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun