Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kasus Paku di Betis, Sang Ayah Mengungkap Bukan Safirah Namanya

19 November 2011   11:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dilakukan operasi pertama pengangkatan paku dari kedua betis bocah Safirah Putri (3 tahun), ternyata pihak Kepolisian Kota Parepare, Sulawesi Selatan juga sudah bekerja melakukan penyelidikan kemungkinan adanya unsur kejahatan dalam kasus ini.

[caption id="attachment_143360" align="alignright" width="439" caption="ilustrasi/tumblr.com/google"][/caption]

Menurut Kapolresta Parepare, AKBP M Pratama, penyelidikan dilakukan berdasarkan adanya pengakuan dari tim dokter yang menangani operasi pengangkatan paku pada kedua betis Safirah tanggal 1 Nopember 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau, Kota Parepare, bahwa benda-benda tersebut sengaja dimasukkan dari luar tubuh.

Ahli bedah, Dr. Kamaruddin Said, salah satu dari Tim Dokter RSUD Andi Makkasau yang menangani operasi pengangkatan paku dari betis Safirah, dalam sejumlah penjelasannya kepada pers selalu bersikeras menyatakan sebanyak 24 paku, sebuah potongan besi, dan sebuah patahan jarum suntik yang diangkat pada operasi pertama adalah benda-benda yang masuk atau dimasukkan dari luar tubuh.

Bahkan setelah dilakukan operasi kedua (15/11/2011) mengangkat dua buah paku yang masih tersisa, satu di betis dan satunya di punggung Safirah, Dr. Kamaruddin tampak makin yakin paku dan benda lain di tubuh Safirah sengaja dimasukkan.

‘’Ada bekas luka di punggung beralur sama ke arah paku di dalam tubuh. Demikian juga yang di betis tempat paku, terdapat bagian yang meradang,’’ katanya.

Argumen benda dari luar yang dimasukkan dikuatkan dengan ditemukannya patahan jarum suntik sepanjang 2 cm serta patahan aluminium selain 24 potongan besi yang mirip paku diangkat dari betis Safirah pada operasi pertama.

Setelah operasi kedua (15/11/2011) kepada pers, Kamaruddin makin menguatkan penjelasan bahwa benda-benda yang tadinya dinyatakan hanya mirip paku diyakini adalah benar-benar paku yang sengaja dipotong kembangan kepalanya sehingga memudahkan masuk ke tubuh Safirah. Ditemukannya sejumlah titik alur bekas luka di permukaan kulit tempat bersarangnya paku-paku di tubuh Safirah, menguatkan keyakinan benda-benda dimasukkan dari luar dengan suatu dorongan kecepatan.

Kasus paku bocah Safirah ini mulai mencuat bulan Oktober 2011 lalu, ketika warga sekitar tempat mukimnya di Kelurahan Tiro Sompe Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare merasa iba lantaran adanya semacam besi muncul di betis yang menimbulkan luka bernanah tapi tak juga diperiksakan ke rumah sakit.

Kehebohan mulai terjadi ketika Syarifah Hamsiah, ibu Safirah mengaku dalam enam bulan terakhir sudah ada 3 buah paku mencuat keluar dan selalu menimbulkan luka di betis anaknya tersebut.

Ibu yang masih berusia belia ini, 25 tahun, mengaku selama ini tidak memeriksakan anaknya ke rumah sakit lantaran tidak punya biaya. Juga secara terus terang mengaku sejak tahun 2010 lalu bercerai dengan suaminya di daerah Kabupaten Soppeng. Sejak itulah ia menumpang hidup di rumah keluarganya yang ditinggali sekarang di Kota Parepare.

Namun selama proses pemeriksaan dan dilakukan operasi pertama pengangkatan 26 paku dari tubuh Safirah, tak satupun anggota keluarga yang datang menjenguk Safirah dan ibunya di RSUD Andi Makkasau Parepare, termasuk anggota keluarga dari rumah yang ditinggalinya di Kota Parepare. Ketika ditanya pembezuk, Syafirah beralasan, mereka semua sedang ke luar kota.

Tatkala Gubernur Sulawesi Selatan, H.Syahrul Yasin Limpo bersama rombongan dalam suatu perjalanan kerja, 8 Nopember 2011 (seminggu setelah operasi pertama Safirah) menyempatkan diri membezuk bocah Safirah di RSUD Andi Makkasau. Mulai hari itu juga di RSUD Andi Makkasau terlihat kehadiran Andi Ibrahim (50 tahun) yang mengaku sebagai ayah biologis Safirah.

Kehadiran ayah Safirah tersebut justru membawa cerita baru. Dia mengaku selama ini tidak pernah bercerai dengan isterinya Syarifah. Justru selama lebih setahun lelaki asal Kabupaten Soppeng ini mengaku ditinggal pergi oleh istrinya tersebut dengan membawa anaknya Safirah. Dia, katanya, selama ini berusaha mencari sana-sini tapi tidak ketemu.

‘’Saya tahu ada pihak keluarga yang menyembunyikan mereka berdua selama ini. Tidak mau jika saya bersatu dengan isteri dan anak saya. Saya baru tahu mereka ketika ada berita operasi mengeluarkan paku dari betis Safirah di Parepare,’’ kata Andi Ibrahim kepada sejumlah wartawan yang menemui di RSUD Andi Makkasau. Dia juga memperlihatkan foto dokumentasi buah hatinya tersebut ketika masih berusia setahun.

Menurutnya, ketika anaknya lahir (30 September 2008), bukan bernama Safirah tapi diberi nama Fatma. ‘’Tidak tahu apa maksud dan siapa yang mengganti nama Fatma menjadi Safirah,’’ katanya.

Dokter bedah RSUD Andi Makkasau, Kamaruddin meyakini sudah tidak ada lagi paku atau berupa logam lainnya di dalam tubuh Safirah setelah dilakukan operasi kedua 15 Nopember 2011. Sebelum dilakukan operasi kedua, Safirah sempat dibawa ke Rumah Sakit Regional Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, melakukan foto rontgen dengan menggunakan CT Scan 2 Dimensi. Pasalnya, RSUD Andi Makkasau Parepare yang masih bertype B, belum memiliki alat rontgen atau CT Scan yang mempunyai kemampuan tinggi menditeksi benda-benda yang ada di dalam tubuh manusia.

Andi Ibrahim menyatakan mengutuk keras dan meminta dihukum berat terhadap orang, apabila memang ada orang yang sengaja menusukkan paku ke dalam tubuh anaknya. Sedangkan Syarifah selama proses penanganan hingga dua kali pembedahan terhadap Safirah, berulangkali menyatakan tidak pernah berpisah dengan Safirah, sehingga tidak mungkin ada orang lain yang memasukkan paku-paku itu ke betis anaknya.

Pengakuan-pengakuan lepas dari kedua orang tua Safirah seperti itu, tentu saja juga akan menjadi bahan ekpose ‘Kasus Safirah’ yang menurut rencana akan digelar pihak kepolisian Kota Parepare, Senin, 21 Nopember 2011, dalam kaitan mencari tahu bagaimana proses sesungguhnya dan siapa yang memasukkan paku-paku tersebut ke tubuh bocah Safirah. Ekspose juga akan dilengkapi dengan hasil penyelidikan yang telah dilakukan atas bantuan pihak Kepolisian Kabupaten Soppeng di wilayah Soppeng tempat asal kedua orang tua Safirah.

Tim dokter yang menangani Safirah di RSUD Andi Makkasau, kini pun sedang mengkaji apakah paku-paku tersebut dimasukkan satu per satu atau sekaligus secara bersamaan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun