Cerita ini bermula dari sebuah perkuliahan di pertengahan kuliah (semester 4 dan 5). Tidak terpikirkan mendapatkan sebuah mata kuliah yang mewajibkan untuk pembuatan film pendek yang masih ada hubungannya dengan jurusan yang saya ambil. Tapi tugas itu sangat berbanding terbalik dengan kemampuan yang harus dimiliki saat mengambil jurusan itu, very confused with my way.
Tugas pembuatan film pendek beranggotakan 8 orang (kalau tidak salah). Yang kebetulan 8 orang itu memiliki keahliannya masing-masing yang berdampak bagus saat pembagian tugas. Salah satu anggota memberikan sebuah usul skenario mengenai "Penurunan UKT" yang pada awalnya kita (kelompok) menganggapnya sangat menarik melihat tidak terdapatnya sebuah proses yang jelas dalam proses penurunan UKT untuk seorang mahasiswa.
Teman saya yang mengusulkan tersebut untungnya pernah melakukan penurunan UKT dan sangat memahami proses tiap tahapnya tanpa kelompok turun ke lapangan secara langsung, cukup dengan nongkrong dan membicaran project film pendek.
Workshop pertama kita membicarakan mengenai pembagian tugas. Proses tersebut sangat mudah dilalui dapat dilihat dengan anggota sudah memiliki kemampuan masing-masing dan tidak ada yang mempunyai kemampuan yang sama, sebuah nikmat dari Tuhan wkwk. Kebetulan saya mendapat tugas untuk melakukan video editing dan menjadi sebuah director. Tugas video editing dikerjakan oleh dua orang, satunya teman saya yang berasal dari jurusan multimedia yang sangat membantu dalam pembuatan hal-hal tambahan pada video.
Tidak ada masalah yang sangat berarti dalam pembuatan video sampai finishing video. Hanya beberapa masalah mengenai venue, noise, dan pencahayaan. Maklum lah kita bukan dari jurusan yang berfokus pada pembuatan video hehe.
Permasalahan muncul saat proses render video, entah kenapa dan tidak seperti biasanya, proses render tidak berjalan mulus dan selalu gagal di angka 90%. Pada akhirnya kami menurunkan kualitas video tetap HD tetapi HD di smartphone seperti yang diminta oleh dosen kami dengan alasan agar mudah dilihat di smartphonenya haha.
Video kita tampil pertama dan mendapatkan respon yang menggembirakan dari pada audience dan dosen. Tidak hanya isi video yang diluar dugaan mengangkat sesuatu yang tabu di kampus, tetapi sebuah credit title yang sangat mengocok perut karena disana terdapat behind the scene dari seluruh anggota yang harusnya di skip wkwk. Kerja keras, pengorbanan waktu, dll terbayar tuntas sudah video kami mendapatkan nilai A alias sempurna dengan total view di youtube lebih dari 1000 (angka yang cukup fantastis untuk super pemula) dan like juga mencapai angka 1000.
Usut punya usut, ternyata video kami telah sampai di smartphone para petinggi kampus (you know what I mean). Petinggi kampus memberikan instruksi kepada dosen untuk menghapus video yang berkaitan dengan hal-hal tabu (mungkin) salah satunya prosedur penurunan UKT, menggelikan bukan? Harusnya video kami bisa membantu banyak mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai penurunan UKT. Selain itu mengapa skenario kami juga di approve oleh dosen dan kami tekah terlanjur selesai dan mendapatkan viewer dan like melibihi channel youtube jurusan kami.
Pada akhirnya kami juga berbesar hati mengahpus video dari youtube, merelakan video pertama kali yang ditonton lebih dari 1000 orang dan mendapatkan like yang cukup banyak.