Mohon tunggu...
Magdalena Suster
Magdalena Suster Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar merangkai kata

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aku, Kamu dan Kita adalah Filsuf

31 Januari 2023   07:48 Diperbarui: 1 Februari 2023   09:00 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen pribadi

   Aku, Kamu dan Kita adalah Filsuf 

 

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki keunikan dan keunikan manusia ini tidak dimiliki oleh makhluk hidup yang lainnya. Keunikan yang dimiliki oleh manusia itu ialah kemampuan untuk berpikir. 

Dengan manusia berpikir maka manusia mampu mempertanyakan segala macam yang ada di alam semesta ini. Pertanyaan manusia ini tidak terfokus pada satu objek tetapi segala yang di lihatnya misalnya tumbuhan, hewan dan bahkan dirinya sendiri dia pertanyakan dari mana asal-usul dan mengapa bisa ada.

Para filsuf Yunani mengajukkan asal-usul filsafat dari keheranan. Manusia heran apa itu manusia, dari mana asalnya, mengapa diberi nama manusia, dan kemana manusia itu. Pertanyaan ini tidak mudah untuk menjawab tanpa terlebih dahulu mengerti dan memahami pertanyaan yang diucapkan tersebut. 

Filsuf Rene Descartes mencetuskan tiga macam pemikiran tentang keberadaan manusia. Salah satunya adalah ide. Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna. 

Manusia harus kembali pada refleksi tentang pangalaman hidup manusia itu sendiri, karena pengalaman yang dialami dalam setiap perjalanan hidupnya akan medapat jawaban: apa dan mengapa. 

Kemudian, sampailah pada permenungan kepada Sang Pengada segala sesuatu yakni Tuhan sendiri. Yang mau disampaikan tentang ini tak lain adalah tentang  manusia itu sendiri dan bahwa manusia tidak hadir begitu saja tetapi ada yang mengadakannya yakni Allah.

Seorang anak kecil berumur 3 tahun sedang dalam perjalanan bersama mamanya menuju gereja. Dalam perjalanan anak kecil itu melihat seekor burung terbang, lalu dia bertanya kepada ibunya, apa yang terbang itu, lalu kata ibunya, oh itu burung. 

Anak itu penasaran dengan jawaban ibunya maka si anak bertanya siapa nama burung itu. Ibu tanpa berpikir panjang mengatakan oh, namanya burung itu beo. Si anak lagi-lagi penasaran, dan dia bertanya apa itu beo. 

Lalu ibunya mengatakan burung yang kamu liat itu namanya burung beo. Si anak lagi dan lagi bertanya burung beo dari mana asalnya. Jawab ibunya burung itu berasal dari hutan dan si anak bertanya lagi hutanya dari mana. 

Si ibu kehabisan akal untuk menjelaskan kepada si anak maka ibu itu mengalihkan percakapannya. Pada akhirnya si anak tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya.

Manusia tidak akan mampu memberikan jawaban yang pasti kalau tidak bertitik tolak pada refleksi tentang pengalaman yang dia alami dan siapa yang mengadakan sesuatu itu ada. Inilah persoalan yang dialami manusia. Manusia mencari dan terus mencari jawaban atas pertanyaannya terhadap sesutau. Manusia tidak pernah puas dengan jawaban yang sudah diperolehnya. 

Dari jawaban yang ditemukan oleh manusia itu akan mencul lagi pertanyaan yang baru. Pada hakikatnya manusia dianugerahkan kecakapan, yakni kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dia butuhkan, kemampuan untuk berpikir dan mengetahui tentang kebijaksanaan. 

Kecakapan yang dimiliki oleh manusia itu akan bermanfaat apabila manusia memohon kepada yang empunya kebijaksanaan yakni Allah sendiri. Maka akan dianugerahkan kepada manusia sesuai dengan permintaannya itu. 

Manusia bukan pemilik kebijaksanaan, karena hanya satu pemilik kebijaksanaan yakni Tuhan; dan dikatakan: cukuplah bagi manusia mengetahui dan mempraktekkan dalam hidup dan dengan demikian manusia dapat memilah dengan benar dan tepat apa yang baik dan apa yang tidak baik. Hal ini dapat kita temukan dalam Kitab Suci tentang hikmat atau kebijaksanaan yang diminta oleh raja Salomo. (1 Raja-raja Bab 3:9-12)  tentang Doa Salomo Memohon hikmat.

"Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini? Lalu adalah baik dimata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikin. Jadi berfirmanlah Allah kepadanya, "Oleh karena engkau telah menimta demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau". Maka dengan berkata demikian mau dikatakan bahwa kepada siapa saja Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan, hanya dengan memohon kepada-Nya dan yakin bahwa Tuhan tidak mengingkari janji. Maka dengan demikian manusia memperoleh hikmat dan kemampuan membedakan apa yang baik dan apa yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun