Mohon tunggu...
mafazatun nurul izzah
mafazatun nurul izzah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

pend.islam anak usia dini / UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengembangkan Media Buku untuk Membangun Self Awarennes pada Pendidikan Anak Usia Dini

4 April 2020   23:56 Diperbarui: 5 April 2020   00:00 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada masa anak usia dini, perkembangan sosial emosional menjadi salah satu dimensi yang begitu mempengaruhi kehidupan anak pada masa yang akan datang. Anak mampu mengatur emosi dengan lebih efektif, maka anak akan lebih Tangguh dalan menghadapi keadaan yang menimbulkan stress. Anak juga akan lebih berani menemui orang asing dan menunjukkan sikap ramah, bersahabat, selalu tersenyum. Hal tersebut akan muncul akibat kesadaran diri anak yang telah terbentuk sejak dini.

Kesadaran diri merupakan keterampilan individu untuk mengenali perasaan dan mengetahui alasan merasakan hal tersebut serta pengaruh perilaku individu kepada orang lain. 

Istilah Self-awareness ( kesadaran diri) cenderung pada perhatian individu yang introspektif dan reflektif dalam diri atas pengalamanya, biasanya disebut juga dengan kepekaan. Secara umum kesadaran diri terjadi pada kehudupan sehari-hari. Sebgai contoh kesadran diri yang menunjukkan perasaan negartif dan positif seperti arsa bersalah dan senang.

Lembaga Pendidikan anak usia dini (PAUD) memberikan fasilitas bimbingan yang mencakup semua aspek perkembangan anak termasuk aspek perkembangan sosial emosioanal. 

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan memakai media yang tepat di PAUD akan berpengaruh dalam pembentukan Self-awareness (kesadran diri)  sebagai bagian dari perkembangan emosi anak. Kemampuan dalam mengolah emosi dengan baik pada dirinya dan juga orang lain, menggunakan perasaan-perasaan tersebut dapat mengarahkan pikiran dan tindakan dengan memakai kecerdasan sosial. 

Media yang digunakan pada pembelajaran anak usia dini juga harus standar yang sesuai dengan kebutuhan anak, yang tidak berdampak negatif untuk anak, dan juga sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan dalam mengadaptasi emosi pada individu dan juga orang lain, menggunakan perasaan-perasaan itu dapat memandu pikiran dan tindakan dengan menggunakan kecerdasan sosial.

Salah satu media yang bisa digunakan dalam pembelajarn PAUD adalah buku cerita yang bergambar.  Buku cerita bergambar mampu mempresentasikan tokoh melalui karakter yang cocok dengan tujuan pembelajaran, sehingga berpengaruh pada dampak emosi anak. Beberapa hasil penelitian menggatakan bahwa buku cerita bergambar memberikan manfaat untuk anak antara lain dalam dimensi pengembangan kognitif dan emosional, dan juga konteks sosial yang penting untuk pengembangan literasi.

Media buku cerita bergambar berjalan beriringan dalam menggembangkan kompetensi kognitif dan juga sosial emosinal anak. Pentingnya media buku cerita bergambar dalam pembelajaran PAUD adalah pesan keaksaraan melalui lisan dan tulisan mampu tersampaikan lewat proses visual dan verbal yang terus-menerus akan membangun jalan berfikir anak kepada suatu peristiwa. 

Membentuk persepsi anak terhadap hal yang mereka benci dan disukai, kemudian tampak pada perilaku sosial. cerita dalam buku bergambar mampu memberikan pesan yang berbentuk rangkaian peristiwa yang akan membentuk perilaku anak. Selain itu, integrasi antara perkembangan aspek kognitif dan sosial emosional anak teraplikasikan dalam kehidupan nyata dari gambaran karakter tokoh dan peristiwa melewati buku cerita bergambar.

Selain itu, media buku cerita bergambar juga memiliki kekurangan yaitu ukuran kecil untuk ditunjukkan di forum kelas karena banyaknya murid dan kecilnya ukuran buku cerita membuat anak-anak sulit memahaminya. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan media buku cerita bergambar yang mampu menjangkau keluasaan pandangan anak dan juga anak mampu memahaminya.  

Pembelajaran memakai buku cerita bergambar memebuat anak lebih aktif baik secara verbal maupun fisik. Secara verbal anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah dibaca didalam buku tersebut, anank dapat mengidentifikasi perilaku yang seharusnya dikerjakan dan ditinggalkan. 

Perilaku anak juga diuji dengan melihat perbedaan antara kelompok yang mendapatkan treatment (perlakuan)  menggunakan buku cerita bergambar dengan kelompok yang tidak mendapatkan treatment (kelompok kontrol).

Hal seperti itu tidak terlepas dari peran media buku cerita bergambar yang memeberi rangsangan dalam proses berfikir anak melalui benda konkret. 

Rangsangan yang diberikan guru lewat media buku cerita bergambar mampu ditangkap oleh indera visual anak. Anak akan memproses hasil gambar dan ditambah dengan pembacaan cerita memakai Bahasa verbal guru yang ditangkap oleh indera pendengaranya. Dari situ anak mulai mulai berfikir, mengingat, berimajinasi, mengetahui, dan memepercayai.

Selanjutnya melalui hasil berfikir tadi,  anak mulai memiliki keinginan seperti karakter baik didalam cerita tersebut dan tidak ingin menjadi karakter yang tidak baik. Proses tersebut masuk dalam domain afektif. Anak juga akan merasakan perasaaan sedih, takut, tegang, senang, dll ketika dibacakan cerita. 

Dengan begitu, anak yang telah diberi stimulus melalui buku cerita bergambar yang sesuai dengan lingkungan dan perkemabnagan anak, anak akan lebih mudah dalam membentuk perilakunya. Contohnya ketika anak  menyadari telah memukul temannya dia akan berusaah meminta maaf kepada temanya.

Adapun tahapan-tahapan yang dilalui anak setelah mendengarkan buku cerita bergambar anatara lain: cognitive states, affect desire states, affective states, dan behavioural states. 

Pertama, setelah anak mendengarkan cerita anak akan masuk kedalam proses kognitif, anak akan mendapat hal-hal yang memantik akal untuk berperilaku yang melibatkan kata-kata. Kedua, setelah anak berfikir tentang cerita tersebut, anak memiliki rasa ingin  bisa menjadi peran tokoh didalam cerita tersebut. Ketiga, anak akan menjadi sedih, takut, Bahagia terhadap cerita yang telah didengar. Keempat, perasaan tersebut akan membawa anak untuk bisa berperilaku sesuai dan tidak sesuai dengan hal-hal yang terkait dalam cerita tersebut.

Media buku cerita bergambar juga memiliki kekurangan yaitu ukuran kecil untuk ditunjukkan di forum kelas karena banyaknya murid dan kecilnya ukuran buku cerita membuat anak-anak sulit memahaminya. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan media buku cerita bergambar yang mampu menjangkau keluasaan pandangan anak dan juga anak mampu memahaminya.  

Media buku cerita bergambar yang dikembangkan mampu digunakan dalam pembentukan kesadran diri anak usia dini. Buku cerita bergambar juga efektif dalam membentuk kesadran diri anak usia dini, oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengam media buku cerita bergambar mampu meningkatkan kesadaran diri anak secara signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun