Mohon tunggu...
Mutia Ramadhani
Mutia Ramadhani Mohon Tunggu... Mutia Ramadhani

Certified author, eks-jurnalis ekonomi dan lingkungan, kini berperan sebagai full-time mom sekaligus novelis, blogger, dan content writer. Founder Rimbawan Menulis (Rimbalis) yang aktif mengeksplorasi dunia literasi dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hari Anak Nasional 2025: Generasi Gula dan Negara yang "Terlalu Manis" pada Iklan

24 Juli 2025   08:52 Diperbarui: 14 Agustus 2025   11:26 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perangi obesitas di Hari Anak Nasional 2025 (Foto: Freepik)

Setiap tanggal 23 Juli, kita memperingati Hari Anak Nasional dengan berbagai seremonial, mulai dari pentas seni di sekolah, lomba mewarnai, parade baju adat. 

Akan tetapi, di balik semua keceriaan itu, ada hal penting yang jarang dibahas, yaitu tubuh anak-anak Indonesia semakin "berisi."

Coba kita bandingkan. Anak-anak tahun 80-an dan 90-an rata-rata bertubuh lebih ramping, banyak bergerak, dan lebih sering bermain di luar rumah. Main layangan, lari-larian sore hari, atau bantu orang tua di pasar jadi aktivitas rutin. 

Sementara anak-anak sekarang? Banyak yang sudah tampak "gendut-gendut" sejak balita. Pola makan tinggi gula, minim gerak, dan terlalu banyak waktu dengan gawai membuat perut membulat dan pipi mengembang sebelum waktunya.

Tubuh anak sekarang lebih "berisi" sayangnya bukan karena sehat, tapi karena terlalu banyak gula, terlalu sering terpapar iklan makanan, dan terlalu sedikit kontrol dari kita semua, yaitu orang tua, sekolah, pemerintah.

Gula 'Cinta Pertama' Anak

Akui saja, anak mana zaman sekarang yang bisa menolak minuman berwarna mencolok dengan maskot lucu dan rasa manis menggoda? Gula telah menjadi cinta pertama banyak anak, sejak usia balita. Tak hanya dari permen atau cokelat, tetapi dari makanan yang "disangka sehat" seperti sereal sarapan, susu UHT rasa stroberi, atau minuman teh kemasan.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sekitar 1 dari 5 anak Indonesia usia 5-12 tahun mengalami masalah berat badan. Rinciannya, 10,8% anak tergolong gemuk dan 9,2% sudah masuk kategori obesitas. Artinya, cukup banyak anak yang berat badannya melebihi batas normal untuk usianya.

Data ini mengkhawatirkan karena angka tersebut naik signifikan dibanding tahun 2018 di mana perbandingannya hanya 1 dari tiga anak pada rentang usia sama. Salah satu penyebab utamanya? Ya, betul! Konsumsi gula berlebih.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi gula tambahan tidak lebih dari 25 gram (sekitar 6 sendok teh) per hari untuk anak-anak. Tapi coba cek label minuman kemasan anak-anak populer di minimarket sekarang ini. Satu botol teh manis ukuran 350 ml saja bisa mengandung lebih dari 20 gram gula, hampir menyentuh batas harian hanya dari satu minuman.

Dan ini belum termasuk es krim di siang hari, roti cokelat sepulang sekolah, dan biskuit sambil nonton YouTube.

Iklan yang Tak Pernah Tidur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun