Mohon tunggu...
Maelline Dina Ariska
Maelline Dina Ariska Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis di Rahma.id, omong omong.com dengan tema parenting, dan juga penulis beberapa buku antologi, mahasiswi psikologi di salah satu universitas swasta,

Seorang mahasiswi yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan dan kegiatan sosial, juga cukup aktif dalam menulis di media baca online maupun event antologi. Juga seorang mahasiswi yang memiliki cita-cita sebagai penulis buku solo. Selain itu juga ia memiliki cita-cita sebagai tenaga ahli profesional yang saat ini ia sedang menjalani dengan menempuh pendidikan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empati dan Permasalahan Sosial Ekonomi

22 Februari 2024   10:21 Diperbarui: 26 Februari 2024   20:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbicara perihal empati. Apa yang tergambar di dalam pikiran kita? Sebagai warga Negara yang terbiasa dengan berbagai hal dikaitkan dengan empati dan simpati, gotong royong, dan juga penuh akan kekeluargaan.

Mungkin ketika ditanya gambaran empati yang ada di dalam pikiran kita saat pertama kali diucapkan adalah kita merasakan apa yang dirasakah oleh seseorang entah itu orang yang kita kenal, memiliki hubungan darah dengan kita, atau bahkan hanya sekedar orang yang kita lihat tanpa sengaja di suatu tempat atau dimedia masa.

Empati yang kita miliki memang tidak salah, namun terkadang kita terlalu mengedepankan rasa empati hingga menimbulkan suatu masalah bagi diri kita sendiri.

Di situasi tertentu kita mengaitkan empati kita dengan  masalah sosial ekonomi yang ada di lingkungan sekitar kita. Salah satu kondisi yang sering kita jumpai adalah masalah "kemiskinan".

Banyak dari kita ketika melihat tuna daksa yang memohon belas kasihan di jalanan atau penjual yang biasa berjualan di lampu merah atau bahkan di bahu jalan kemudian kita menempatkan rasa empati dan membeli dengan tujuan ingin membantu kondisi ekonomi penjual tersebut.

Namun, terkadang rasa empati kita justru dapat membawa petaka bagi diri kita sendiri. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Padahal di satu sisi niat kita baik. Kita ingin membatu seseorang yang kita anggap kurang beruntung dibandingkan dengan diri kita.

Namun, terkadang dengan anggapan tersebut dapat mendekatkan diri kepada masalah yang tidak kita duga-duga bahwa dengan niat baik akan mendapatkan masalah.

Terkadang kita berinisiatif untuk memotret atau membuat video dengan orang-orang yang nasibnya kita anggap kurang beruntung kemudian mem-viralkan dimedia sosial yang kita miliki dengan harapan banyak yang melihat kemudian memberikan bantuan untuk orang tersebut.

Namun, apakah hal tersebut dapat dibenarkan? Atau, justru hal itu malah salah?

Tentu saja setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing. Lalu, mengapa ada orang yang menyatakan bahwa hal tersebut salah? Bukankah membantu orang yang ada di sekitar kita adalah hal baik dan terpuji?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun