MADURA ADALAH KITA
Siapa Raja Sesungguhnya di Madura?
Madura adalah kita. Adalah ungkapan yang saat ini didengung-dengungkan oleh Said Abdullah mengikuti jargon Jokowi-JK adalah Kita. Itu bis adimaklumi, sebab, Sadi Abdullah adalah Kader PDIP yang saat ini menjabata sebagai Bendahara PDIP Jawa Timur dan juga duduk sebagai Anggota DPR RI Komisi IX dan tak kalah pentingnya, sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran.
Cuma, kita yang dimaksud Said Abdullah apakah kita semua orang Madura atau kita adalah orang terdekatnya Sadi Abdullah dengan mencoba menarik-narik semua orang Madura agar merasa bagian dari Kita-nya Said Abdullah.
Terlepas dari itu, akhir-akhir ini Sumenep mulai ramai karena gendering perang Pilkada Sumenep sudah mulai ditabuh. Dan lagi-lagi Sumenep kembali menikmati kehadiran lembaga Survei Proximinity. Saya sendiri belum tahu siapa pemilik lembaga tersebut, termasuk juga bagaimana cara kerjanya. Cuma yang saya herankan, lembaga survey Proximinity selama ini selalu menempel dengan Said Abdullah. Itu hanya sepengetahuan penulis saja loh. Apa yang terjadi sebenarnya saya tidak tahu pasti, namun, saya memiliki analisa seperti tulisan di bawah ini. Jika memang opini saya berbelok jauh, silahkan diluruskan melalui sharing. Penulis sangat terbuka. Silahkan sharing bisa melalui media sosial atau bisa langsung melalui admin Madura Adalah Kita.
Madura Adalah Kita (Bagian 1)
Lembaga Survei Proximinity, Alat Politik Said Abdullah Terselubung
Lima tahun terakhir ini, Lembaga Survei Proximinity sangat akrab di telinga warga Madura. Sebab, lembaga Survei tersebut menjadi lembaga terdepan dalam melakukan rilis nama-nama bakal calon Bupati di Madura. Tak hanya itu, Lembaga Survei Proximinity juga menjadi lembaga yang melakukan hitung cepat yang hasilnya hampir menyamai perolehan sebenarnya saat Pilakada Sumenep 2010 dan saat Pilkada Pamekasan 2012 lalu.
Satu-satunya kegagalan Proximinity dalam melakukan survey pemilih adalah saat Pemilu Legislatif 2014 lalu. Kala itu, Proximinity merilis hasil survey jika PDIP di Dapil XI diprediksi akan mendapatkan dua kursi DPR RI. Bahkan, sehari setelah pemilihan, optimism proximinity bahwa PDIP akan mendapatkan kursi masih menjadi perbincangan hangat melalui media Koran Madura, Koran yang milik Said Abdullah.
Tak hanya PDIP, PKB di Dapil XI Madura, oleh Proximinity juga prediksi akan mendapatkan dua kursi di DPR RI. Namun, prediksi bahwa PDIP dan PKB akan mendapatkan dua kursi ternyata meleset total.
Proximinity Melekat Dengan Said Abdullah
Entah kebetulan atau memang pangsa pasar Proximinity hanya pada orang-orang tertentu, Proximinity di Madura selama ini selalu melekat dengan Said Abdullah. Politisi PDIP yang saat ini menjadi anggota DPR RI untuk kali ketiganya tersebut selalu menjadi pihak yang diuntungkan oleh Proxminity dalam pembentukan opini publik.
Saat Pemilukada 2010 Sumenep lalu, Said Abdullah menjadi garda terdepan penyokong Busyro Kariem sebagai Calon Bupati Sumenep. Secara bersamaan juga, Proximinity menjadi lembaga Survei yang digandeng untuk menularkan opini bahwa sedari awal bahwa Busyro Kariem adalah pemenangnya.
Ikatan Proximinity dengan Said Abdullah kemudian berlanjut saat Bendahara PDIP tersebut menjadi Calon Wakil Gubernur Jawa Timur berpasangan Bambang DH. Dalam rilis Proximinity, pasangan Said Abdullah dan Bambang DH diprediksi akan menguasai Madura sebagai kantong suaranya. Selain itu, Surabaya dan Pendalungan juga diprediksi sebagai kantong suaranya.
Hasilnya, pasangan Bambang DH – Said Abdullah justru gagal menggapai hasil sebagaimana hasil survey Proximinity. Kegagalan Bambang DH – Said Abdullah juga menjadi sejarah kekalahan pertama kalinya Bambang DH dalam percaturan politik. Sebelumnya, Mantan Walikota dan Mantan Wakil Kota Surabaya tersebut belum pernah gagal dalam percaturan politik di Jawa Timur.
Proximinity Rilis Said Abdullah Bacabup Paling Banyak Dukungan
Genderang perang dalam bursa pencalonan Bupati Sumenep saat ini mulai ditabuh. Sejumlah nama muli bermunculan untuk diprediksi sebagai Bakal Calon Bupati Sumenep. Lag-lagi, Proximinity merilis jika Said Abdullah menjadi tokoh yang sangat diharapkan untuk memimpin Sumenep dalam Pilkada 2015 ini.
Meramaikan gendering perang tersebut, Proximinity merilis hasil Surveinya dengan menempatkan Said Abdullah sebagai unggulan pertama untuk memenangi Pilkada Sumenep dengan porsentase 22 persen. Posisi kedua, Zainal Abidin, kemudian Busyro Kariem dan beberapa tokoh lainnya.
Hasil survey tersebut, “bagi saya sebagai pembaca” menandakan sosok Said Abdullah sangat dibutuhkan di Sumenep. Tak hanya itu, Sosok Sid Abdullah bagi saya juga menjadi sosok yang tak bisa lepas dari Sumenep. Namun, asusmi-asumsi tersebut ternyata gagal berkembang biak di jaringan otak saya.
Sebab, nalar otak saya justru berkembang pada suasana berbeda. Rilis Proximinity tersebut sebagai upaya untuk memperkuat posisi Said Abdullah sebagai Bandar Calon Bupati Sumenep. Dalam pengertian saya, Said Abdullah ingin menunjukkan bahwa setiap Calon Bupati Sumenep kalau ingin jadi harus dapatkan restu dan dukungannya. Jika tidak, jangan berharap.
Bandar Politik Yang Jadi Raja
Bagi saya, itu adalah ancaman yang bisa menghancurkan Sumenep dalam perjalanannya nanti. Sebab, Bandar dalam perjalanan akhirnya, menjadi pihak yang sangat rakus. Bandar bisa meminta jatah untuk memposisikan orang-orangnya dijabatan strategis, Bandar bisa memasang orang-orang terdekatnya dalam jabatan-jabatan strategis.
Tak heran, dalam perjalanannya Pemerintahan Bupati Busyro Kariem, Tiga BUMD Sumenep menjadi tempat bercokolnya orang-orang terdekatnya Said Abdullah. Sebut saja, di PT Sumekar Line, Said mampu memaksa pemerintahanan Busyro Kariem menempatkan Rasul Junaidi sebagai Direkturnya.
Rasul Junaidi, sebelum berkiprah sebagai Direktur Sumekar Line adalah Direktur Stasiun Televisi Madura Chanel milik Said Abdullah. Selain itu, Siturl Arsy dan Taufadi yang juga orang dekat Said Abdullah mereka tempatkan sebagai pengelola PT Sira Usaha Sumenep (PT WUS). Perusahaan yang berisinggungan dangan Minyak dan Gas di Sumenep sukses dikelola orang dekat Said Abdullah.
Apakah sudah selesai? Penulis kemudian mencoba mengangkat nama Mohammad Saleh yang kemudian ditunjuk sebagai Sekretaris Daerah Sumenep. Pria yang saat ini menjadi mantan Sekda tersebut adalah orang tedekat Said Abdullah. Sama-sama memiliki darah Arab dan bahkan memiliki ikatan darah dengan Said Abdullah.
Pamekasan juga tak luput dari peran Said Abdullah. Syafii yang juga diusung oleh PDIP, salah satu Bandar di belakangnya adalah Said Abdullah. Dalam perjalanannya, Syafii harus rela tertekan untuk menempatkan Alwi Beiq sebagai Sekda Pamekasan. Pria keturunan Arab yang sama-sama GOLKAR (Golongan Keturuan Arab) dengan Said Abdullah menjadi penentu kebijakan Pamekasan.
Hasilnya, sejumlah pihak justru merasa tidak puas dengan keberadaan Alwi Beiq sebagai Sekda. Sebab, kinerjanya sangat lamban dan terkesan selalu menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya bisa cepat di realisasikan. Tak heran, dalam dua tahun terakhir kepemimpian Syafii di Pamekasan, serapan anggaran tidak sampai menyentuh 70 persen.
Kondisi tersebut sama seperti yang dialami Sumenep saat masih Mohammad Saleh menjabat sebaga Sekda Sumenep. Banyak proyek-proyek prestisius yang gagal dilaksanakan dan jalan. Bahkan, banyak pembangunan infrastruktur yang mandeg pengerjaannya.
Siapa yang diuntungkan?. Lagi-lagi Said Abdullah sebagai Bandar sangat diuntungkan. Secara moral, Said tidak memiliki beban, sebab, mereka mengusung calon yang bukan separtai dengannya. Said mengusung orang-orang partai yang sudah berkuasa dengan baik di Sumenep dan Pamekasan. Di Pamekasan, Said mendorong orang-orang Partai Demokrat dan PPPsebagai calon. Sementara di Sumenep, Said mendorong orang PKB.
Untuk di Pamekasan, saat ini memang belum dirasakan akibatnya dalam pelaksanaan Pemilu Umum. Sebab, saat Pemilu Umum 2014 lalu, Syafii baru menjabat dalam hitungan detik. Namun, bagi Sumenep sungguh sangat terasa. PDIP saat ini mampu menjadi penguasa parlemen Sumenep dengan menyumbangkan 6 Kursi di DPRD Sumenep. Sementara PKB yang sebelumnya menjadi penguasa, harus puas banyak terkuras habis perolehan kursinya. Pada awalya 25, kemudian turun menjadi 20, turun lagi menjadi 11 dan terakhir saat betul-betul terkunci cengan Bandar Said Abdullah, PKB hanya mampu dulang 7 kursi.
Tulisan ini, sejatinya masih bersambung. Sebelum membaca sambungannya, silahkan Ucapkan Selamat Pada Said Abdullah yang saat ini sudah menjadi raja di Madura.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI