Mohon tunggu...
Mohammad Adrianto Sukarso
Mohammad Adrianto Sukarso Mohon Tunggu... Lainnya - Apapun Yang Menurut Saya Menarik

Lulusan prodi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta yang sekarang sudah mendapat pekerjaan di bidang menulis. Masih berharap punya tekad untuk menulis lebih bebas di platform ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Saksi Bisu Kehangatan Benua Antartika

17 Juni 2021   18:30 Diperbarui: 17 Juni 2021   18:27 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi benua Antartika di periode Jura, oleh pelukis James McKay (Sumber: bbc.com/news) 

Benua Antartika dikenal sebagai benua dengan iklim ekstrem. Sehari-harinya, suhu di Antartika berkisar di antara -29.4 celsius hingga -25.8 celcius Dengan iklim seperti itu, sulit bagi hewan maupun tumbuhan untuk bertahan hidup di Antartika. Terhitung hanya beberapa family dari hewan tertentu yang bisa beradaptasi dengan keadaan ekstrem Antartika, seperti Anjing Laut, Penguin, atau Paus Orca. Tentunya hewan-hewan tersebut memiliki ciri khusus yang membuat mereka mampu bertahan hidup di suhu dingin.

Berbeda dengan keadaan sekarang, benua Antartika dahulu merupakan benua yang hangat. Tidak ada salju maupun bongkahan es menyelimuti datarannya. Pohon-pohon dan semak belukar tumbuh dengan normal. Sungai mengalir dengan lancar. Lingkungan seperti ini merupakan kondisi yang ideal bagi berbagai jenis hewan, baik itu mamalia, reptil, amfibi, hingga aves. Peneliti mengemukakan, situasi di Antartika di masa lalu serupa dengan ekosistem hutan hujan di Amerika Selatan.

Dari mana peneliti mengetahui kondisi lingkungan Antartika di masa lampau? Jawabannya adalah peninggalan-peninggalan fosil purbakala. Berdasarkan dari jenis fosil yang ditemukan, mereka dapat membuat analisa serta rekonstruksi terhadap kehidupan jaman purba. Mulai dari bentuk mahkluk hidup, periode mereka hidup, hingga gaya hidup. Dari fosil juga, mereka dapat memperkirakan lanskap Antartika di masa pra-sejarah.

Untuk menemukan fosil-fosil tersebut, paleontolog serta peneliti harus bekerja lebih keras. Antartika merupakan benua yang diselimuti oleh salju. Sebelum mereka bisa menggali lapisan tanah untuk mencari fosil, para ilmuwan harus terlebih dahulu menggali lapisan salju. Ketebalannya sendiri bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 1 km. Ini tentunya memperlambat kinerja mereka, dibandingkan saat mereka mencari fosil di lokasi berbatuan pada umumnya. Selain itu, beberapa peneliti mengklaim bahwa mereka lebih sulit beradaptasi ketimbang cuaca dingin ketimbang suhu panas.

Kerja keras mereka membuahkan hasil bagi kemajuan ilmu paleontologi. Beberapa fosil mahkluk hidup dari berbagai era ditemukan, serta membuktikan fakta bahwa Antartika pernah merupakan dataran hijau yang hangat. Salah satu fosil pertama yang ditemukan di Antartika adalah Crylophosaurus. Dinosaurus ini merupakan karnivora yang hidup di periode Jura awal, yakni sekitar 175 juta tahun yang lalu. Setelah itu, mulai bermunculan fosil-fosil dinosaurus lain, seperti Glacialisaurus dan Trinisaura. 

Kendati demikian, Crylophosaurus bukanlah fosil tertua yang pernah ditemukan di Antartika. Fosil mahkluk sejarah paling tua yang pernah ditemukan di Antartika adalah fosil Lystosaurus. Dinosaurus ini merupakan reptil yang hidup di era Trias awal, yakni sekitar 250 juta tahun yang lalu. Penemuan fosil hewan ini membenarkan fakta bahwa daratan di Bumi pernah menyatu, dan membentuk benua super "Pangaea". Benua tersebut memisahkan diri, menjadi benua-benua seperti yang kita ketahui sekarang.

Ada juga spesies yang sebelumnya sudah pernah diketahui, kembali ditemukan di Antartika, seperti Iguanodon dan Ankylosaurus. Ini mengindikasikan bahwa dinosaurus bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tidak hanya dinosaurus, jenis reptil air seperti Plesiosaurus, dan reptil terbang macam Pterodactyl juga sempat ditemukan di Antartika. Terdapat pula fosil tanaman-tanaman pohon maupun semak belukar yang berhasil terawetkan oleh sejarah.

Namun, seperti yang kita ketahui, Dinosaurus punah sekitar 65 juta tahun yang lalu. Faktor kepunahan reptil raksasa tersebut masih diperdebatkan. Salah satu faktor yang cukup populer ialah penurunan suhu permukaan akibat letusan gunung berapi. Suhu dingin bukanlah iklim yang cocok bagi lingkungan hidup reptil. Ini disebabkan, karena reptil tidak mampu memproduksi panas tubuh, sehingga memperlukan bantuan suhu dari luar untuk meregulasi suhu badan mereka. Dinosaurus tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan seperti ini, dan perlahan punah. 

Antartika sendiri diperkirakan mengalami perubahan suhu ekstrem pada 32 juta tahun yang lalu. Benua yang pernah menjadi lahan bermain reptil raksasa ini, perlahan ditutupi oleh salju dan es di seluruh penjuru lokasinya. Beruntung terdapat sejumlah "saksi bisu", kian menjadi bukti bahwa benua yang dikenal sebagai benua es ini, pernah menunjukan kehangatannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun