Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hari Pers Nasional di Era Disrupsi

9 Februari 2019   21:08 Diperbarui: 9 Februari 2019   21:45 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: parallaximag.gr

Perkembngan teknologi digital dan penetrasi koneksi internet, menjadi satu paket yang disruptif, sepertinya berpengaruh pada perkembangan media massa, baik cetak dan elektronik. 

Dampak cukup signifikan dialami kalangan praktisi media cetak. Sejumlah koran besar mengalami penurunan oplah dari tahun ke tahun. Data Serikat Penerbit Surat Kabar Indonesia tercatat, oplah media harian pada 2008 menunjukan tren kenaikan hingga 2014. Diawali pada 2008, oplah media harian sebesar 7.49 juta, terus meningkat hingga mencapai 9.65 juta pada 2014. Tren penurunan mulai terjadi pada 2015 sebesar 8,79.

Di saat bersamaan, penurunan oplah diikuti dengan penutupan secara parsial maupun total sejumlah media cetak skala nasional. Pada awal 2017 misalnya, Koran Sindo menutup biro-biro daerahnya setelah 11 tahun beroperasi. Kemudian satu persatu, media besar lain juga tumbang, misalnya, Sinar Harapan, majalah HAI, harian Bola milik Kompas Gramedia Group. 

Kisah sedih penutupan juga terjadi pada Tabloid Bola, yang terbit sejak Jumat 1 April 1988, lalu berakhir dengan edisi penutup pada Jumat 26 Oktober 2018.  Harian berbahasa Inggris, Globe dan Indonesia Finance Today,  hingga  harian dengan tiras besar di Jogyakarta, Bernas juga tutup dalam dua tahun terakhir.

Kondisi ini mengingatkan kita pada ramalan Philip Meyer, penulis The Vanishing Newspaper. Menurut Meyer, nadi media cetak akan benar-benar berhenti pada  2040.

Selain jalan penutupan, koran-koran versi cetak juga harus melakukan transformasi ke platform online, menyesuaikan dengan preferensi pembaca dalam memilih sajian informasi.

Namun, dengan platform online, bukan berarti media-media mapan bebas dari tantangan dan persaingan. Banyak media online (portal berita) lahir bak cendawan dimusim hujan. Kelahiran banyak media online tidak berbanding lurus dengan kualitas konten dan ketaatan pada kaidah jurnalistik. 

Selain portal berita online, platform blog juga menjadi media alternatif penyaji informasi. Sejumlah media besar  turut mengembangkan platform ini dengan sasaran para penulis dari kalangan masyarakat umum. 

Artinya, pilihan sumber informasi dengan basis online bagi publik menjadi sangat beragam. 

Lantas, apakah matinya sejumlah media cetak itu sepenuhnya dipengaruhi lahirnya media online yang masif? Melihat perilaku pengguna internet di Indonesia, sulit menemukan jawabannya. Sampai dengan tahun 2016,menurut survey seperti dirilis kompas.com, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 129,2 juta orang. 

Akan tetapi dari sisi tujuan menggunakan internet, jumlah terbanyak justru didominasi oleh platform media sosial yaitu sebesar  97,4%, hiburan 96,8%, dan membaca berita sejumlah 96,4%, sisanya 93,8% untuk membaca konten pendidikan, 93,1% kepentingan komersial dan 91,6% mengakses layanan publik. Jumlah ini bisa saja meningkat pada 2017, dengan jumlah pengguna internet mencapai 145 juta di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun