Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Guru dengan "Passion"

16 Desember 2018   16:21 Diperbarui: 19 Desember 2018   12:23 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guru: indiatoday.com

Harus diakui, guru, dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu profesi yang paling digemari kalangan anak muda. Indikasinya bisa diamati dengan melihat lonjakan mahasiswa baru pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) diberbagai universitas. Begitu juga dengan menjamurnya institusi pencetak para calon pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan (STKIP) misalnya. 

Peningkatan secara kuantitatif mahasiswa keguruan berikut lembaga kependidikan di Indonesia tidak mengagetkan. Hasil kajian Bank Dunia membuktikan fenomena ini.

Penelitian Bank Dunia pada rentang 2009, 2011, 2012 yang dirilis dalam laporan berjudul Spending More or Spending Better; Improving Education Financing in Indonesia menemukan bahwa program sertifikasi guru oleh pemerintah telah menjadi salah satu magnet bagi kaum muda memilih pendidikan calon guru.

Temuan itu wajar, karena secara ekonomi, profesi guru masa kini sungguh menjanjikan. Selain gaji, pemerintah menyediakan berbagai fasilitas tunjangan untuk meningkatkan kesejahtraan guru, seperti tunjangan sertifikasi dan tunjangan khusus.

 Lantas apakah peningkatan kuantitas calon guru dan lembaga pendidikan saat ini selaras dengan peningkatan secara kualitatif, terutama guru sebagai output LPTK? Benarkah program peningkatan kesejahtraan guru seperti sertifikasi berbanding lurus dengan peningkatan kualitas dan prestasi guru dan siswa? 

Pertanyaan terakhir sudah menemukan jawabannya, dalam laporan yang sama, Head of Human Development Bank Dunia Sektor Indonesia Ma Chu Chang pada pertemuan organisasi guru ASEAN di Denpasar (Kompas.com 18/12/2012), memaparkan sertifikasi tak mengubah praktik mengajar dan tingkah laku guru. Penelitian melibatkan 3.000 guru dan 90.000 siswa di 240 SD dan 120 SMP. 

Dengan kata lain, intervensi bujet pemerintah, berapapun nilainya, sama sekali bukan jaminan untuk peningkatan kualitas layanan pembelajaran di kelas, juga prestasi siswa sebagai out come.  

Mesti ditelusuri jauh kebelakang, sejak rekrutmen calon guru di Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Syarat dan mekanisme penerimaan calon guru, mestinya diperketat, terutama terkait kemampuan kognitif dan karakter calon mahasiswa.

Proses ini penting sebagai filter awal, untuk mendapatkan para calon pendidik unggul yang siap memfasilitasi proses belajar di kelas kelak. 

Tahapan ini penting bagi setiap LPTK, sebagai bentuk tanggung jawab mereka untuk turut menghasilkan guru-guru yang inspiratif dan senantiasa dinantikan di kelas oleh peserta didik. Mengapa harus ada tanggung jawab seperti ini? Bukan rahasia, ada sejumlah LPTK yang overload mahasiswa. 

Lembaga menerima mahasiswa dengan kurang memperhatikan ketersediaan tenaga pengajar, sarana prasarana dan fasilitas lain. Rasio dosen dengan mahasiswa tak berimbang. Ruang kuliah tidak memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun