Maka berdasarkan hal tersebut penggunaan konsep wisata hala terhadap kawasan danau toba akan menghilangkan kultur dan adat istiadat secara perlahan lahan. Penggunaan bahasa yang menarik dalam konsep wisata halal, namun dibaliknya malah merusak elemen elemen yang sudah lama tertanam dan diwarisi pada masyarakat dikawasan danau toba.Â
Disisi lain pembangunan dari desa dengan menekankan konsep kearifan lokal sebagai titik tolaknya hanya sebatas pajangan dalam cita cita rejim Kabinet kerja. Disisi lain, peran desa dalam mengembangkan polarisasi desa yang maju dan mendukung perekonomian masyarakata berdasarkan konsep kearifan local termasuk beternak babi akan tidak maksimal lagi. Selain itu wisata kuliner yang bermenukan babi tidak akan dijumpai lagi.
 Seharusnya pembangunan dalam kawaasan danau toba tidak mesti menghilangkan unsur unsur yang sudah terdapat didalamnya dengan bahasa halal, melainkan peningkatan dengan melestarikan dan merawat yang sudah ada dikawasan danau toba tersebut. Disisi lain penggunaan bahasa halal dikawasan danau toba seakan mengaburkan  dan mengesampingkan keberadaan perusahaan-perusahaan perusak danau toba yang sedang beroperasi. Jadi pemerintah harus melakukan peninjauan ulang atas kebijakannya menerapkan konsep wisata halal dikawasan danau toba.Â
Jangan sampai merusak atau menghilngkan kultur atau budaya yang sudah ada. Karena budaya tersebut menjadi cerminan khas oleh setiap masyarakat. Jangan dipaksakan hanya untuk memenuhi nafsu sendiri. Karena tidak semua hal bisa dipaksakan dan disamakan terutama dalam penerapan konsep wisata halal. Karena sampai sekarang pelabelan hala dalam setiap barang/benda masih memiliki tafsir yang berbeda-beda dan ditentukan berdasarkan keinginan pembuat label halal.Â
Tentu hal ini sangat merugikan pihak lain yang dilabeli dengan halal terutama dikawasan danau toba yang mayoritasnya adalah etnis batak. Pemerintah harus memperhatikan lebih cermat lagi terkait dengan konsep wisata halal, karena masyarakat dikawasan danau toba tidak dapat dibodohi dengan gaya bahasa halal dan divermak sedemikian rupa bagaikan bait puisi yang menggunakan gaya bahasa.
Penulis: Ganda M Sihite
Mahasiswa Asal HumbangHasundutan