Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berbagi Sekaligus Merekatkan Komunitas Bolang di Kampung Sinau

2 September 2016   07:51 Diperbarui: 2 September 2016   15:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bolang Saat Mengunjungi Lokasi Kampung Sinau/Dok. Pribadi

Kampung dunia saat ini tak lagi terasing seperti gambaran kisah “Robinson Crusoe”, sebuah novel legendaris besutan Daniel Defoe yang pertama kali terbit pada 25 April 1719. Namun bukan berarti, manusia era kekinian bebas dari perasaan hidup terasing di tengah menjamurnya komunitas yang didukung media sosial. Nah, saat sebuah komunitas menghadapi kebekuan kelompok, apa yang sepatutnya dilakukan?

Salah satu caranya, sebuah komunitas perlu melakukan jalan-jalan ke sejumlah destinasi unik yang jarang/belum pernah kita kunjungi. Mungkin ini relevan dengan teori hierarki kebutuhan ala Abraham Maslow. Bahwa manusia itu selain butuh makan-minum (kebutuhan fisiologis), ia juga butuh rasa aman, rasa memiliki dan kasih sayang, penghargaan serta aktualisasi diri.

Komunitas Bolang saat berkunjung ke Kampung Sinau/Dok. Bolang
Komunitas Bolang saat berkunjung ke Kampung Sinau/Dok. Bolang
Berikut pengalaman kami bersama komunitas Bolang selama mengunjungi Kampung Sinau di pinggiran Kota Malang, Gubuk Tengah Sawah milik Pak Rahman, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di belakang perumahan mewah Araya pada Sabtu lalu (27/8). Namun tulisan ini hanya memfokuskan pada Kampung Sinau. Berdasarkan pantuan kami kala itu, setidaknya ada lima keunikan yang ada di komunitas Kampung Sinau, yaitu:

1. Pintu Gerbang Bambu Berlogo Kampung Sinau
Kami menuju ke Kampung Sinau melalui “Gang Singo”, artinya “Gang Singa”. Patung singa di pertigaan jalan raya ini menjadi penanda jalan masuk menuju lokasi Kampung Sinau. Sekitar 500 m dari tempat ini, kami memasuki pintu gapura bambu yang di atasnya terpajang logo bulat bertuliskan "Kampung Sinau". Komunitas ini merupakan pegiat literasi, seni dan budaya. Lokasinya berada di Jalan Untung Sudiro, RT 04/RW 04, Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.

Pintu Masuk ke Pusat Lokasi Kampung Sinau di RT 04/RW 04 Cemorokandang, Kedunkandang, Malang/Dok. Pribadi
Pintu Masuk ke Pusat Lokasi Kampung Sinau di RT 04/RW 04 Cemorokandang, Kedunkandang, Malang/Dok. Pribadi
2. Lukisan Mural di Sepanjang Gang Masuk Kampung Sinau
Sepanjang gang menuju lokasi dari pintu gapura bambu itu, kami mendapatkan suguhan pemandangan aneka lukisan mural yang indah. Mural adalah cara melukis di atas media yang permukaannya luas dan bersifat permanen, seperti di dinding bangunan, tembok rumah atau jembatan. Tertulis di salah satu lukisan mural, teks inspiratif bernada memotivasi anak: “Tampillah Biar Keren”. Menurut saya, ini keren banget!

Lukisan Mural di Dinding Rumah Penduduk Menuju Kampung Sinau/Dok. Pribadi
Lukisan Mural di Dinding Rumah Penduduk Menuju Kampung Sinau/Dok. Pribadi
Lukisan Mural dengan Teks Inspiratif:
Lukisan Mural dengan Teks Inspiratif:
3. Keunikan Volunteer, Pengurus dan Anak-anak Kampung Sinau
Menurut pengakuan Mansur, pemilik nama lengkap Muhamad Toha Mansur Albadawi selaku Ketua Karang Taruna dan penggerak Komunitas "Kampung Sinau" kepada kami, jumlah pendaftar yang berminat menjadi relawan Kampung Sinau mencapai 600 orang, namun yang pernah mengajar hanya sekitar 200-an. Para pendaftar volunteer itu umumnya berasal dari para mahasiswa. 

Mas Mansur (Berkaos Abu-abu, No. 3 dari Kiri Gambar) foto bersama Bolang di rumahnya/Dok. Pribadi
Mas Mansur (Berkaos Abu-abu, No. 3 dari Kiri Gambar) foto bersama Bolang di rumahnya/Dok. Pribadi
Bolang Foto Bersama di Depan Mural Saat Berkunjung ke Kampung Sinau/Dok. Bolang
Bolang Foto Bersama di Depan Mural Saat Berkunjung ke Kampung Sinau/Dok. Bolang
Ia menambahkan, pengurusnya yang aktif ada 3-4 orang, sedangkan jumlah peserta didiknya 'ndak ngitung'. Anak-anak yang aktif datang kira-kira 10 sampai 15 anak. Ketika saya tanya, “Kok pendaftarnya sebanyak itu, tapi yang kembali cukup sedikit, mengapa?” Sambil tersenyum dia menjawab, “Mungkin mereka ke sini hanya untuk selfie-selfie saja”. Hehe, harap maklum... kwek kwek!

Kala itu, kami sempat bertemu dengan salah seorang relawan bernama Yashinta. Dia sedang menemani Laila, siswa kelas III SD dan teman-temannya beraktivitas di Kampung Sinau. Volunteer itu adalah seorang mahasiswi semester V jurusan Biologi asal sebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang. Menurut pengakuannya saat saya tanya, dia membebaskan diri setidaknya satu hari dalam seminggu dari kesibukannya di kampus hanya untuk pergi ke Kampung Sinau.

Yashinta (relawati) Saat Menemani Anak-Anak Beraktivitas di Kampung Sinau/Dok. Pribadi
Yashinta (relawati) Saat Menemani Anak-Anak Beraktivitas di Kampung Sinau/Dok. Pribadi
Relawati bernama Yashinta Sedang Menemani Anak-Anak Beraktivitas di Kampung Sinau/Dok. Pribadi
Relawati bernama Yashinta Sedang Menemani Anak-Anak Beraktivitas di Kampung Sinau/Dok. Pribadi
“Saya seharian tak mikirkan soal materi kuliah, saya merasa nyaman berada di sini. Aktivitas Kampung Sinau berlangsung setiap hari Sabtu dan Minggu, pukul 8 – 11 WIB, kadang-kadang antara pukul 9 – 12 WIB,” demikian tutur Yashita sambil tersenyum ramah kepada kami.

4. Aktivitas Bimbel, Kreasi Seni dan Budaya
Kampung Sinau menyediakan layanan Bimbingan Belajar (Bimbel) gratis. Anak-anak dapat belajar dan bebas bermain di tempat ini, bebas datang dan pulang kapan saja. Selain belajar mata pelajaran sekolah, ada kegiatan seni dan budaya seperti belajar melukis, membatik, dan bermain musik.

Aktivitas Anak-Anak di Kampung Sinau, Belajar dan Bebas Bermain/Dok. Pribadi
Aktivitas Anak-Anak di Kampung Sinau, Belajar dan Bebas Bermain/Dok. Pribadi
Menurut Mansur, “Untuk Bimbel peminatnya sedikit. Tapi kalau yang belajar seni, peminatnya banyak. Di sini kan untuk belajar dan senang-senang, demikian tutur Mansur”. Dia menegaskan, “Saya ini bukan pendiri Kampung Sinau, tetapi saya hanya pendorong....”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun