Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tjiptadinata Effendi adalah Penulis Teladan

10 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   06:42 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sulit terlupakan. Kala itu. Di sebuah booth komunitas "Kutu Buku". Saya mendapatkan kenangan manis. Saya termasuk satu diantara orang-orang yang mendapatkan hadiah buku berjudul "Sehangat Mentari Pagi". 

Merupakan sebuah kehormatan. Buku itu langsung diberikan oleh penulisnya sendiri, Tjiptadinata Effendi. Sebuah nama yang tak asing di jagad raya Kompasiana. Terima kasih, Pak Effendi. Begitu saya sering menyebut Beliau.

Hadiah itu diberikan saat event Kompasianival 2015 berlangsung di Mall Gandaria City, Jakarta. Event Kopdar terbesar Kompasiana itu dihelat pada tanggal 12-13 Desember 2015. Kala itu, Kompasiana masih mengusung motto "Sharing and Connecting" dan iklannya belum "sehangat" saat ini.

Satu hal yang tak terlupakan, Beliau dengan senang hati menorehkan tanda tangannya di buku itu disertai pesan tertulis "Teruntuk Saudaraku, Yunus M. Terima kasih atas persahabatan yang tulus".  

Tanda tangan dan tulisan Pak Tjiptadinata Effendi di Buku
Tanda tangan dan tulisan Pak Tjiptadinata Effendi di Buku
Buku terbitan Peniti Media (2015) tersebut masih saya simpan sampai sekarang. Bagi saya, moment itu begitu bermakna. Beliau menyebarkan pesan betapa pentingnya persahabatan yang tulus. "Jleb". kalimat sederhana itu tembus di hati.

Tidak itu saja, buku "Sehangat Mentari Pagi" menebarkan pesan-pesan moral yang bersifat universal. Pesan-pesan itu diangkat dari pengalaman riil dirinya selama "melakoni" kehidupan atau bergaul dengan orang-orang dari beragam latar belakang.

Dari tulisan-tulisannya yang bertebaran di Kompasiana, ada narasi tentang dirinya saat jatuh. Saat bangkit dari keterpurukan. Saat tinggal di Jakarta dan Australia. Ada saat-saat menikmati perjalanan keliling dunia. Pun ada saat-saat sebagai suami yang disayang isterinya, dan orang tua yang disayang oleh anak-anaknya, dan masih banyak lagi.

Kisah-kisah itu Beliau tulis apa adanya. Mayoritas obyek tulisannya adalah membicarakan tentang dirinya. Tentang pengalaman yang Beliau "lakoni". Obyeknya bukan membicarakan tentang orang lain yang ia tidak tahu.

Dalam pandangan saya, apa yang ia tulis mengandung pelajaran-pelajaran hidup yang jarang ditemukan di sekolah-sekolah formal. Pelajaran-pelajaran kehidupan semacam itulah yang berusaha Beliau komunikasikan kepada halayak.

Sungguh pun begitu, tulisan pria kelahiran Padang, 21 Mei 1943 itu sangat jauh dari kesan menggurui. Pun bukan seperti isi khutbah yang digemakan dari atas bukit. Tulisannya bermanfaat sebagai "obat jiwa" bagi dirinya dan orang lain.

Hemat saya, begitulah gambaran umum dari tulisan-tulisan Beliau yang terekam di Kompasiana. Hingga saat artikel ini ditulis, Kompasianer of the Year 2014 itu telah menghasilkan 5.266 artikel dan telah dibaca oleh 5.505.318 viewer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun