Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ruang Publik Ramah Sosial di Taman Kota Malang

3 Oktober 2015   00:20 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan ketika umat Muslim menjalankan Shalat Idul Fitri 2015 lalu di masjid Jamik itu mencapai ribuan orang, para jama’ah perempuan membentangkan sajadah di halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus, yang lokasinya hanya 100 meter dari lokasi masjid jamik [10]. Pengurus Gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Yohanes Kristiawan sebagaimana diwartakan BBC Indonesia tersebut (17/07/2015), mengaku menyiapkan halaman gereja untuk ibadah shalat Ied sejak pukul 05.00 WIB. Pintu gerbang gereja dibuka lebar untuk umat muslim. Kejadian itu merupakan suatu pemandangan yang sangat menyejukkan hati.

[caption caption="Suasana Shalat Iedul Fitri di Halaman Gereja/Foto Dokumen BBC Indonesia.com"]

[/caption]

Di seberang jalan lainnya, terdapat ikon bangunan penyangga ekonomi daerah, seperti Kantor Pos, Mitra Plaza, Sarinah Plaza, Bank Indonesia, Gedung Digital Longue (DiLo) Telkom, dll. Untuk yang disebut terakhir, DiLo berfungsi sebagai tempat meeting atau diskusi. Lokasi DiLo berada di Jalan Basuki Rachmat, dekat jembatan Kayu Tangan, sekitar 100 m dari Alun Alun, Taman Kota Malang. DiLo dapat diakses secara cuma-cuma sebagai tempat pertemuan atau diskusi bagi sejumlah komunitas yang tumbuh subur di kota Malang.

Ada ruang kecil dengan satu meja bundar dikitrai 15 kursi di DiLo. Untuk ruang yang agak besar tersedia 30 kursi. Bangunannya bernuansa minimalis, sangat nyaman sebagai ruang diskusi. Bulan lalu (21/08/2015), saya bersama komunitas penulis Bloger Kompasianer Malang (Bolang), sempat menikmati layanan free DiLo. Hal ini menunjukkan, bahwa ruang publik yang ramah secara sosial dan ekonomi telah diimplementasikan di Kota ini.

[caption caption="Digital Longue (DiLo), Ruang Publik Bebas Akses Untuk Diskusi/Foto Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Secara geo-sosio ekonomi, kota dengan ketinggian antara 440-667 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata antara 180– 25,10 celcius itu, nyaman sebagai tempat studi, bisnis jasa, atau sekedar untuk rekreasi keluarga. Karena itu Malang Raya dikenal sebagai kota pendidikan, destinasi wisata dan industri jasa (tribina cita). Positioningnya yang strategis itu, menjadi daya pikat tersendiri bagi para tamu untuk menginap di Malang. Baik karena alasan kerja, studi, berbisnis, maupun sekedar berkunjung menikmati kesejukan garden city.


Implikasinya, di Kota Malang tumbuh subur sejumlah tempat penginapan seperti apartemen, hotel, villa, guest house, home stay dan sejenisnya. Untuk mendukung kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) di masa depan, kiranya perlu disediakan ruang publik yang ramah terhadap para pecinta backpacker, pelancong yang suka menggendong tas besar untuk menghemat beaya perjalanan dan suka mengambil foto-foto di area publik yang menjadi ikon suatu kota.

Pesona Taman Kunang-Kunang dan Hutan Kota

Sepulang dari mengunjungi Taman Kota Malang (25/09/2015), perjalan ke rumah melewati jalan Jakarta. Saya sempat berhenti sejenak di Hutan Kota yang terletak di Jalan itu, tidak jauh dari rumah saya yang jaraknya hanya sekitar 2,5 km. Di tengah jalan kembar sepanjang jalan Jakarta, tumbuh pepohonan besar yang menghijau, itulah yang dinamakan Hutan Kota yang tetap dipertahankan selama ini. Pepohonan di area itu, selain berfungsi sebagai lahan resapan air dan kelestarian lingkungan, berfungsi pula sebagai penarik minat habitat burung-burung dan kunang-kunang untuk datang. Sebagai penanda, di hutan kota inilah dibangun “Taman Kunang Kunang”.

Saat menjelang petang tiba, saya melihat kerlap kerlip cahaya lampu nan indah. Lampu-lampu itu hidup mati secara bergantian, seolah bagaikan “kunang-kunang”. Namun jangan dibayangkan, bahwa di sana ada arboratorium atau sejenis rumah kaca yang melekat pada taman, berisi varietas tertentu yang langka.

[caption caption="Taman Kunang Kunang di Hutan Kota Jalan Jakarta Kota Malang/Foto Dokumen Pribadi"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun