Mohon tunggu...
M Nurrohim
M Nurrohim Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

mahasiswa ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PANDEMI : ANCAMAN PADA KESEHATAN MENTAL MANUSIA

17 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 17 Januari 2021   00:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             

Menurut WHO, sehat mental dapat didefinisikan ketika kondisi individu berada dalam keadaan sejahtera, mengenal potensi diri, dan mampu menghadapi tekanan sehari-hari, serta mampu berkontribusi di lngkungan sosialnya. Kesehatan mentaal juga dapat diartikan sebagai sebuah kondisi saat individu bebas dari segala gejala gangguan mental. Sama dengan kesehatan fisik, kesehatan mental pun sama pentingnya. Di masa pandemi Covid-19, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei tentang kesehatan mental yang dilakukan melalui daring atau dalam jaringan. Hasil survei membuktikan bahwa rasa cemas dialami oleh sebanyak 63% responden. Serta, sebanyak 66% responden mengalami depresi.

Di masa pandemi ini, kegiatan yang cenderung hanya dilakukan di rumah, aktivitas yang terbatas, serta beban kebutuhan ekonomi dan pendidikan yang berubah drastis, membuat banyak orang merasa tercekik oleh keadaan. Selain itu, adanya ketakutan terserang Covid-19 pun menjadi penyebabnya. Dari sisi ekonomi yang berubah krisis saat pandemi, memicu adanbya perasaan putus asa, tidak adanya kepastiaan, dan rasa tidak berharga memicu manusia untuk bunuh diri. Sebuah kasus, seperti di Jerman, Mentri Keuangan melakukan bunuh diri pada akhir Maret tahun 2020.

 Adanya rasa stres dan trauma pada tenaga kesehatan. Kesehatan mental pada tim garda terdepan ini dipicu karena jumlah pasien Covid-19 yang terus meningkat, rasa lelah, trauma melihat pasien Covid-19, perasaan tidak berdaya, dan adanya diskriminasi dari sebagian masyarakat. Divisi Penelitian Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) pada April sampai Mei 2020 menunjukan ada lebih dari separuh tenaga kesehatan mengalami kecemasan dan depresi. Bahkan ada yang berpikir untuk mengambil tindakan bunuh diri (Kompas, 4 Agustus 2020:1). Sebuah contoh kasus diskriminasi yang terjadi pada tenaga kesehatan, yang dikutip dari detikcom, seorang perawat diusir dari kosannya.

 Ancaman dari menurunnya kesehatan mental manusia sangat perlu diatasi atau dicegah. Sebab, sangat berpengaruh pada manusia dalam menjalani kehidupannya. Melalui self healing, upaya untuk tetap sehat mental dapat dilakukan. Self healing ini terbagi ke dalam beberapa komponen, yaitu Mindfullness, Guided Imagery, Self Talk, dan Expressive Writing. Mindfulness adalah saat kondisi pikiran, perasaan, dan tubuh manusia mengembara pada masa lalu dan tidak men-judge mental. Guided Imagery yakni cara memejamkan mata lalu membayangkan suatu hak yang dapat menyenangkan individu. Pada Self Talk, ialah proses berbicara dengan diri sendiri. isi pembicaraan positif yang diberikan pada diri sendiri dapat membantu manusia menjaga kesehatan mentalnya, karena kualitas emosi dan perasaan dipengaruhi oleh ini. Ada pun Exspressive Writing yang merupakan bentuk merefleksikan pikiran dan perasaan yang dialami manusia selama pandemi ke dalam bentuk tulisan. Melalui pendekatan spiritualisme, menerapkan hidup sehat, menghindari berita hoaks terkait Covid-19 juga bisa menjadi cara untuk manusia tetap peduli dan menjaga kesehatan mentalnya.

"Ini akan berdampak besar pada kesehatan mental," kata James.

“Ini mungkin pukulan terbesar bagi kesehatan mental sejak Perang Dunia II. Itu tidak berhenti ketika virus terkendali dan hanya ada sedikit orang di rumah sakit. Anda harus menghadapi konsekuensi jangka panjang,” imbuhnya.

Selain takut terinfeksi atau membuat orang yang dicintai rentan jatuh sakit, menderita penyakit parah dapat memicu masalah kesehatan mental. Sekitar seperlima orang yang menerima ventilasi mekanis selama musim semi mengalami gangguan stres pascatrauma. Sementara itu, kelompok lainnya menghadapi reaksi kesedihan yang kompleks setelah kehilangan orang yang dicintai karena virus, seringkali tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal secara langsung. Potensi masalah kesehatan mental yang muncul akibat dampak covid-19 yang panjang juga merupakan kekhawatiran yang sangat nyata. Ketidakpastian atas pekerjaan, perumahan dan kesulitan ekonomi yang lebih luas di masa depan hanya akan menambah beban.

“Kita perlu mendukung sektor sukarela, badan amal, yang membantu mereka keluar rumah untuk bersosialisasi dan terlibat dalam aktivitas yang bermakna. Kami tahu bahwa ketika Anda bertambah tua, jika Anda kehilangan koneksi sebentar, Anda bisa menyerah, tandasnya.

PENULIS : M. Nurrohim & Dicky Setiawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun