Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuhan di Balik Tirai

25 April 2020   19:01 Diperbarui: 25 April 2020   19:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bali.tribunnews.com

"Boleh aku pinjam jaketmu?" tanya Wayan.

Sambil menghindari pengawasan sekuriti, Wayan mengendap-endap menuju halaman samping apartemen dan menaiki tangga darurat yang ada disana. Sialnya, jalan pintas itu tertutup. Jendela itu terkunci rapat. Wayan lalu turun dan berjalan melewati pintu utama apartemen. Tanpa Wayan sadari, dua pasang mata sedang mengamatinya dari balik tirai.

***

"Maaf, ada yang bisa saya bantu mas ?"

"Saya hendak mengantar pesanan makanan untuk seorang nenek di kamar nomor 17. Ia ingin saya sendiri yang mengantarnya. Karena ia pelanggan tetap saya." Wayan membohongi sekuriti itu.

"Tunggu dulu mas. Saya harus memastikan jaket dan pembungkus makanan ini steril."

Ketika sekuriti hendak mengambil hand sanitizer spray di pos satpam, Wayan cepat-cepat mengambil hand sanitizer spray miliknya.

"Pak, tidak perlu repot-repot." ucap Wayan sambil menyemprotkan botol berisi cairan anti bakteri itu ke jaket dan pembungkus makanannya.

Ni Luh yang merasa jengkel karena ulah Ida Bagus semalam, bergegas bangkit dari ranjangnya saat mendengar bel berbunyi. Ia berpikir bahwa Ida Bagus telah pulang. Ternyata pikirannya meleset. Dari balik lubang intip pintu kamar, ia melihat seorang lelaki bermasker memakai jaket hijau. Ni Luh diam mematung. Ia merasa tidak pernah memesan makanan lewat jasa online. Namun, lelaki itu terus-menerus membunyikan bel pintu kamarnya.

"Iya, sebentar..." jawab Ni Luh dari balik pintu.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Wayan, ia mendorong sekuat tenaga saat Ni Luh mulai membuka pintu kamarnya. Ni Luh terjatuh. Wayan mengunci pintu dari dalam. Lalu ia menyeret tubuh Ni Luh kedalam kamarnya. Melemparnya ke ranjang. Kini Wayan dengan jelas bisa melihat wajah si pembunuh. Wajah orang yang telah mengirim cetik Badung kepada adiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun