Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review No Other Choice: Menjadi Manusia dalam Sistem Kapitalisme

10 Oktober 2025   09:25 Diperbarui: 10 Oktober 2025   09:22 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia sedang nggak baik-baik saja, apalagi buat kamu yang barusan menonton karya terbaru Park Chan-wook berjudul "No Other Choice." Meski diadaptasi dari novel bertajuk "The Ax" yang terbit di 1997, film ini sukses menggambarkan tantangan yang dihadapi seluruh masyarakat dunia sekarang. 

PHK massal mengintai. Korporat lebih suka mengandalkan AI yang makin canggih hari demi hari. Nggak seperti pekerja manusia yang banyak menuntut, si akal imitasi ini penurut dan nggak banyak minta. 

Ini jelas mimpi buruk di siang bolong yang cerah. Apalagi buat orang-orang yang usianya nggak lagi muda, seperti Mansu, tokoh utama di film ini. Seperti yang dibilang Radiohead dalam lagunya "No Surprise", kemalangan itu menimpa Mansu tanpa aba-aba, no alarm.  

Semua nasib buruk itu bermula ketika ia dipecat dari perusahaan kertas. Pengabdiannya selama 25 tahun, seakan nggak ada artinya. Perusahaan dengan gampang mendepaknya. Loyalitasnya selama ini hanya dihargai lewat pesangon yang bahkan cuman bertahan selama setahun. 

Apesnya, Mansu yang optimis dapat kerja kembali dalam enam bulan, justru harus menganggur lebih lama. Masa-masa menjadi penganggurannya malah meleset menjadi 13 bulan. 

Di lain sisi waktu terus berjalan. Pesangonnya makin menipis. Tagihan KPR dan ini-itu terus berdatangan.  Hal ini membuat istrinya harus putar otak melakukan perampingan anggaran. 

Mulai dari menyederhanakan menu makanan, berhenti berlangganan Netflix, hingga menitipkan dua anjing mereka yang banyak makan. Bahkan termasuk menjual dua mobil mewah mereka, dan menggantinya dengan satu mobil yang butut. 

Harapan terbit ketika Mansu menemukan lowongan pekerjaan di perusahaan kertas lainnya. Namun hanya satu orang yang akan dipekerjakan. Sedangkan Mansu harus menghadapi dua orang kandidat terkuat. 

Dari sinilah aksi kejahatan ala Mansu yang cenderung komedi dijalankan. Dan "No Other Choice" menjadi afirmasi andalan yang coba ditanamkannya dalam kepala yang memicu aksi nekatnya. 

Pekerjaan sebagai Identitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun