Mohon tunggu...
M Alfarizan Ghifari M
M Alfarizan Ghifari M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa S1 Biologi dari Institut Teknologi Bandung. Fokus saya saat ini adalah di bidang ekologi dan manajemen sumber daya hayati. Hobi saya adalah bermain tenis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bandung Panas Ulah Siapa?

19 Oktober 2023   22:58 Diperbarui: 19 Oktober 2023   22:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat ini sedang kita rasakan bagaimana udara di Kota Bandung menjadi panas. Kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai kota yang memiliki hawa sejuk sekarang mungkin sudah tidak bisa dikatakan seperti itu. Pasalnya, pada Bulan Oktober 2023 ini, Kota Bandung sedang berada di suhu yang tinggi-tingginya. Dikutip dari Detik.com, suhu tertinggi di Kota Bandung mencapai 35,6 derajat celsius pada tanggal 8 Oktober 2023. Tingginya suhu udara ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya hujan yang turun. Namun, apabila diamati, terjadi keanehan, dimana biasanya pada bulan Oktober ini sudah memasuki musim penghujan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Isu yang sedang dibicarakan saat ini ialah perubahan iklim. Menurut United Nations, perubahan iklim merupakan perubahan pola jangka panjang cuaca rata-rata di suatu wilayah. Perubahan iklim ini dapat mengacu pada perubahan pola angin, curah hujan, dan variasi suhu. Penyebab utama dari perubahan iklim ialah efek rumah kaca. Pada kondisi normal, gas yang berada pada lapisan atmosfer akan memerangkap panas yang dihasilkan oleh bumi dan seisinya. Peran dari gas yang ada di atmosfer ini cukup penting, karena akan membuat bumi tetap “hangat”. Namun, dengan seiring dengan maju teknologi industri, peningkatan panas dan gas CO2 yang dihasilkan dari permukaan bumi ikut terperangkap oleh gas yang berada di atmosfer.

Terdapat dua penyebab terjadinya perubahan iklim: secara alami dan ulah dari manusia. Perubahan iklim dapat terjadi secara alami karena adanya fenomena vulkanis dan astronomi. Namun, perubahan iklim yang terjadi karena fenomena alami tidak secepat yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Menurut Jeff Turrentine, wartawan dari The Washington Post, menyebutkan bahwa sejak dimulainya revolusi industri, perubahan iklim terjadi lebih cepat daripada sebelumnya. Menurut NASA yang dikutip dari Natural Resource Defense Council, peran alam dalam perubahan iklim masih bisa dirasakan hingga saat ini, namun dampaknya sangat kecil.

Menurut para saintis dan ekologis, manusia memiliki peran yang tinggi dalam peningkatan suhu di permukaan bumi. Gas yang menyebabkan efek rumah kaca berupa karbon dioksida, metana, nitrogen dioksida, dan hydrochlorofluorocarbon (HFC). Menurut Peter Stiling, karbon dioksida tidak mempunyai efek yang kuat terhadap pemanasan global, tetapi jumlahnya yang paling banyak pada atmosfer. Permasalahannya ialah fasilitas alam untuk menyimpan karbon dioksida tersebut diambil alih oleh manusia; seperti hutan dan perairan terbuka.

Terdapat beberapa aktivitas manusia yang dianggap menyumbang karbon dioksida terbesar. Penggunaan transportasi berbahan bakar minyak pribadi turut menyumbang pelepasan gas karbon dioksida ke udara secara masif. Selanjutnya ialah pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Penggunaan batu bara sebagai bahan energi dianggap sebagai dirty enegry karena menyumbang emisi gas rumah kaca; seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida.

Meningkatnya suhu permukaan bumi yang meningkat pesat disebabkan oleh penggunaan energi kotor yang tidak bijak. Maka dari itu, diperlukan suatu usaha untuk mengurangi emisi gas efek rumah kaca ke atmosfer. Penggunaan energi tak terbarukan akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar, maka dari itu, transisi ke energi terbarukan seperti angin dan air sangat disarankan. Selain itu, menggunakan transportasi umum akan mengurangi emisi gas karbon dioksida dari kendaraan pribadi.

Referensi:

Aurellia, A. (2023, October 16). Rekor Suhu Terpanas Bandung Pecah di Bulan Oktober 2023. Detikjabar. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6985131/rekor-suhu-terpanas-bandung-pecah-di-bulan-oktober-2023#:~:text=Badan%20Meteorologi%2C%20Klimatologi%2C%20Geofisika%20(,jauh%20dari%2035%20derajat%20celcius.

Stiling, P. (2011). Ecology: Global Insights and Investigations. http://ci.nii.ac.jp/ncid/BB0732816X

What are the causes of climate change? (2022, September 13). https://www.nrdc.org/stories/what-are-causes-climate-change#industry

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun