"Kejujuran yang Menyelamatkan Jiwa: Kisah Syekh Abdul Qadir dan Cahaya di Jalan Baghdad"
 "Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan menampakkan kebenaran melalui dirinya."(Hikmah sufi)
Pendahuluan: Kejujuran yang Melebur Takdir
Dalam dunia yang kian penuh tipu daya, kejujuran seperti permata yang terpendam di dasar lumpur. Namun dalam hikayat para wali, kejujuran bukan sekadar akhlak, tapi jalan suci menuju ridha Ilahi. Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jilani, seorang pemuda dalam perjalanan menuntut ilmu ke Baghdad, menyuguhkan kepada kita pelajaran abadi: bahwa dalam kejujuran ada daya yang mampu menggetarkan langit dan menggugah hati manusia yang paling keras sekalipun.
Sebuah Perjalanan, Ujian Datang di Tengah Jalan
Abdul Qadir kecil, masih remaja, dititipkan oleh ibunya untuk menuntut ilmu ke Baghdad. Sebelum berangkat, ibunya menjahitkan 40 dinar emas ke dalam lapisan bajunya dan berpesan:
"Wahai anakku, jangan sekali-kali berdusta, walau dalam keadaan genting sekalipun."
Ia pun berangkat dengan karavan kafilah menuju Baghdad. Namun di tengah perjalanan, rombongan itu disergap oleh sekelompok perampok bersenjata. Semua barang diambil, semua orang diancam. Saat tiba giliran Abdul Qadir, seorang perampok yang menggeledahnya bertanya:
"Apa kau membawa sesuatu yang berharga?"
Anak muda itu menjawab tenang, "Ya. Aku membawa 40 dinar emas yang dijahit di bajuku oleh ibuku."
Perampok itu tertawa mengejek dan menyeretnya ke pemimpin mereka. Tapi saat pemimpin perampok mendengar pengakuan itu, ia tertegun dan bertanya:
 "Mengapa kau jujur, padahal bisa saja kau diam atau berbohong untuk menyelamatkan uangmu?"