Mohon tunggu...
Lya Fransiska
Lya Fransiska Mohon Tunggu... Hanya manusia biasa yang sedang mencoba berbagi informasi

Orang yang suka menyendiri dan mencoba berinteraksi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harmoni Hidup Lewat Tri Hita Karana: Dari Arsitektur Hingga Pendidikan SMP

28 September 2025   07:12 Diperbarui: 28 September 2025   13:17 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah oleh siswa dan guru--- Sumber: Dokumentasi Pribadi (2025)

Pembuka: Menemukan Harmoni di Tengah Bisingnya Zaman --- Pelajaran dari Tri Hita Karana 

Pernahkah kita merasa hidup terasa riuh, padat, dan melelahkan? Gedung-gedung tinggi menjulang, aktivitas kota tak pernah berhenti, ditambah rutinitas sekolah yang serba formal. Di tengah kepadatan itu, kita sering lupa bahwa ketenangan bisa ditemukan dalam kearifan lokal. Bali memiliki satu filosofi indah yang diwariskan sejak lama: Tri Hita Karana (THK), ajaran harmoni yang menuntun manusia pada keseimbangan.

Filosofi ini sederhana tapi mendalam: menjaga harmoni dengan Tuhan (parhyangan), dengan sesama manusia (pawongan), dan dengan alam (palemahan). Pertanyaannya, bagaimana konsep ini bisa diterapkan dalam kehidupan modern, khususnya di tata ruang perkotaan dan dunia pendidikan SMP?

Mind Mapping Implementasi Tri Hita Karana dalam Arsitektur dan Pendidikan di SMP 
Mind Mapping Implementasi Tri Hita Karana dalam Arsitektur dan Pendidikan di SMP 

THK dalam Arsitektur dan Tata Ruang

Arsitektur yang Penuh Filosofi

Arsitektur tradisional Bali tidak hanya menonjolkan keindahan, tetapi juga menyimpan makna filosofis. Konsep Tri Mandala---yang membagi ruang menjadi area suci (utama mandala), area sosial (madya mandala), dan area fungsional (nista mandala)---selalu menjadi pedoman dalam membangun rumah maupun pura. Susunan ini membuat bangunan bukan sekadar tempat beraktivitas, tetapi wadah yang menyatukan spiritualitas, kebersamaan, dan kelestarian alam (Komang Adi & Perdana, 2015).

Realita Modern dan Tantangannya

Sayangnya, prinsip ini mulai terkikis di kawasan perkotaan. Penelitian di Denpasar (Sarjana, 2023) menunjukkan bahwa perumahan modern sering meniadakan ruang hijau dan zona sakral demi alasan efisiensi lahan. Bahkan di Singaraja, meskipun pola tradisional masih bertahan, modernisasi perlahan mengubah fungsi dan makna ruang (Undiksha, 2015).

Apa Kabar Arsitektur Sekolah SMP?

Nilai-nilai Tri Hita Karana sesungguhnya dapat menjadi inspirasi dalam merancang bangunan sekolah, khususnya di jenjang SMP. Penerapannya bisa terlihat dalam:

  • Parhyangan (hubungan dengan Tuhan): keberadaan musala, pura kecil, atau ruang doa di area sekolah memberi kesempatan siswa melakukan refleksi spiritual.
  • Pawongan (hubungan dengan sesama manusia): aula, lapangan, dan ruang terbuka menjadi pusat interaksi sosial, tempat siswa membangun solidaritas dan gotong royong.
  • Palemahan (hubungan dengan alam): taman sekolah, kebun kecil, ventilasi alami, serta ruang terbuka hijau mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan.

Bayangkan sebuah SMP yang menata kelas dengan pencahayaan alami, memiliki koridor terbuka yang sejuk, aula multifungsi untuk kegiatan bersama, serta taman hijau sebagai paru-paru sekolah. Sekolah semacam ini bukan hanya mendukung pembelajaran akademis, tetapi juga menjadi ruang hidup yang membentuk karakter siswa selaras dengan filosofi Tri Hita Karana.

Contoh Nyata Arsitektur Sekolah SMP Berbasis THK di Bali

  1. SMP Negeri 1 Sukasada (Buleleng)
    Sekolah ini dikenal sebagai salah satu sekolah rujukan digital, tetapi menariknya juga tetap menjaga kearifan lokal. Tata ruang sekolah memadukan fasilitas modern dengan ruang terbuka hijau. Area lapangan dan taman sekolah digunakan sebagai pusat interaksi sosial (pawongan), sementara ruang doa tetap disediakan bagi siswa yang ingin beribadah (parhyangan). Keberadaan pepohonan rindang dan taman kecil di sekitar kelas juga menjadi perwujudan palemahan.

  2. SMP Negeri 1 Ubud (Gianyar)
    Berdasarkan penelitian (Education Journal, 2022), SMP ini menerapkan program eko-sekolah yang berorientasi pada lingkungan. Bangunan sekolah didesain dengan ventilasi silang, halaman terbuka, dan ruang hijau yang luas. Taman sekolah tidak hanya memperindah suasana, tetapi juga dimanfaatkan sebagai media belajar IPA, sehingga siswa dapat langsung memahami konsep palemahan melalui praktik nyata.

  3. SMP Bali Island School (Denpasar)
    Sekolah internasional ini mengadaptasi filosofi lokal dalam desain ruangnya. Selain menyediakan student center sebagai ruang interaksi (pawongan), sekolah juga memiliki area refleksi dan ruang doa (parhyangan). Bangunan kelas menggunakan banyak elemen kayu dan terbuka ke arah taman, sehingga tercipta suasana alami yang mendukung pembelajaran berwawasan lingkungan (palemahan).

THK dalam Pendidikan

Lebih dari Sekadar Nilai Akademis

Pendidikan hari ini sering terjebak pada angka-angka rapor. Padahal, inti sekolah adalah membentuk manusia yang utuh. Inilah titik masuk Tri Hita Karana. Penelitian Putra, Suja, & Arnyana (2025) menegaskan bahwa nilai THK bisa dijadikan "DNA" sekolah---mulai dari kurikulum, budaya sekolah, hingga cara guru mendidik.

Praktik Nyata di Lapangan

Beberapa sekolah di Bali sudah membuktikannya:

  1. Di kelas -- Nilai THK diintegrasikan ke pelajaran. Saat belajar ekosistem di IPA, siswa tidak hanya tahu rantai makanan, tapi juga sadar pentingnya menjaga keseimbangan alam (palemahan).
  2. Di luar kelas -- Ekstrakurikuler seperti kerja bakti, penghijauan, hingga gotong royong jadi ajang nyata mempraktikkan pawongan sekaligus palemahan (Mahadewa Journal, 2022).
  3. Manajemen sekolah -- Kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan berbasis THK mampu membangun iklim harmonis antara guru, siswa, dan masyarakat. Dampaknya? Mutu sekolah meningkat (Putra et al., 2025).
  4. Lingkungan sekolah -- SMPN 1 Ubud punya program ekoskolah: menanam pohon, memilah sampah, dan menjaga kebun sekolah. Bukti kecil bahwa palemahan bukan teori, tapi aksi nyata (Education Journal, 2022).

Tantangan yang Harus Dijawab

Namun jalan tidak selalu mulus. Guru sering bingung bagaimana memasukkan nilai lokal ke kurikulum nasional. Lahan sekolah sempit, dana terbatas, bahkan sebagian orang tua masih menganggap pendidikan itu hanya soal akademik. Padahal, karakter dan harmoni jauh lebih penting untuk masa depan.

Jalan Keluar: Harmoni Bisa Didesain

Solusinya? Mulai dari hal kecil:

  • Pelatihan guru agar terbiasa mengaitkan pelajaran dengan nilai THK.
  • Menyusun modul khusus tentang harmoni hidup untuk siswa SMP.
  • Mengajak siswa merancang dan merawat taman sekolah, sehingga mereka belajar mencintai alam lewat pengalaman langsung.
  • Membangun komunitas peduli lingkungan di sekolah.Dengan cara ini, sekolah menjadi lebih dari sekadar ruang akademis---ia menjadi ruang hidup yang mengajarkan keseimbangan.

Penutup

Tri Hita Karana adalah pengingat bahwa kebahagiaan bukan hanya soal prestasi atau gedung megah, tapi tentang hubungan yang harmonis: dengan Tuhan, manusia, dan alam. Dalam arsitektur, ia menata ruang agar penuh makna. Dalam pendidikan SMP, ia membentuk karakter generasi muda agar bijak, peduli, dan berdaya.

Bayangkan jika setiap sekolah menerapkan THK: ada ruang doa yang menenangkan, lapangan yang mempererat persahabatan, dan taman hijau yang menyejukkan. Anak-anak kita akan tumbuh bukan hanya pintar, tapi juga bijak. Bukankah itu tujuan sejati pendidikan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun