Mohon tunggu...
lya chiiefrans
lya chiiefrans Mohon Tunggu... Hanya manusia biasa yang sedang mencoba berbagi informasi

Orang yang suka menyendiri dan mencoba berinteraksi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Fenomena Banjir di Indonesia: Membaca Data, Menyimak Akar Masalah, dan Menawarkan Solusi

12 September 2025   08:52 Diperbarui: 12 September 2025   09:51 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Beberapa bangunan ambrol tergerus aliran air Tukad Badung akibat hujan berkepanjangan, Sumber: Bali Post

Setiap musim hujan, masyarakat Indonesia kembali dihadapkan pada potensi banjir. Tahun 2024, menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir tercatat sebagai bencana dengan jumlah kasus paling tinggi dibanding jenis bencana lain, mencapai lebih dari seribu kejadian. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa banjir bukan lagi sekadar peristiwa alamiah, melainkan cerminan kompleksitas persoalan tata ruang, perilaku manusia, dan dinamika iklim.

Mengapa Banjir Terjadi?

Secara sederhana, banjir muncul ketika air hujan yang turun tidak dapat diserap tanah atau dialirkan sungai dengan baik, sehingga menggenang dan meluap. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, ada beberapa faktor utama yang saling terkait:

  1. Intensitas hujan ekstrem
    Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan tren meningkatnya hujan lebat dengan durasi singkat selama empat dekade terakhir. Fenomena ini erat kaitannya dengan perubahan iklim global yang mendorong pergeseran pola curah hujan di Indonesia.

  2. Alih fungsi kawasan hijau
    Perubahan hutan, sawah, dan rawa menjadi permukiman atau industri membuat kemampuan tanah menyerap air berkurang. Akibatnya, air hujan lebih cepat mengalir di permukaan dan meningkatkan risiko banjir.

  3. Sungai dangkal dan tersumbat
    Aktivitas manusia seperti pembuangan sampah sembarangan, penebangan liar, dan penambangan pasir memicu sedimentasi. Sungai pun kehilangan kapasitas menampung air dalam jumlah besar.

  4. Drainase perkotaan yang terbatas
    Banyak kota masih menggunakan sistem drainase lama yang kapasitasnya tidak sesuai dengan curah hujan ekstrem saat ini. Akibatnya, genangan cepat terjadi meskipun hujan hanya berlangsung beberapa jam.

 

Data Terkini: Gambaran Situasi Nasional

Buku Data Bencana BNPB 2024 menampilkan bahwa banjir menempati urutan pertama dalam jumlah kejadian bencana. Angkanya melebihi bencana hidrometeorologi lain seperti cuaca ekstrem, tanah longsor, maupun kebakaran hutan. Fakta ini menguatkan bahwa banjir adalah ancaman yang paling konsisten dalam satu tahun kalender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun