Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Virtual Identity dalam Cyber Culture

17 Mei 2016   20:49 Diperbarui: 17 Mei 2016   21:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Latar Belakang

Dalam masyarakat modern ini, dunia digital sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari, dan membudaya ketika berkembangnya teknologi termasuk dalam hal komunikasi tentang ruang media baru “cyberspace”. Hal ini bukan lagi sebuah pilihan tetapi merupakan sebuah keperluan manusia sebagai makhluk sosial untuk menjalin komunikasi antar manusia modern  lainnya dengan bentuk verbal maupun visual yang dibantu oleh keberadaan teknologi dan internet bersifat global yang mampu menembus jarak, tempat dan waktu. Cara hidup yang berbeda, namun tetap pada tataran interaksi antara manusia dengan manusia. melakukan aktivitas-aktivitas didalam cyberspace, yang setiap dari akun saling berinteraksi, bekomunikasi yaitu membangun jaringan, membuat pertemanan, dan pada akhirnya mengekspresikan perasaannya secara virtual dalam proses komunikasi.

Pembahasan

Sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok, setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan beragam yang ukuran kebutuhannya berbeda-beda. Dimulai dari kebutuhan berekspresi serta berbagai kebutuhan lain, seperti halnya kebutuhan untuk diperhatikan/terlihat yang sebenarnya adalah kebutuhan manusia untuk dianggap ada, keber-ada-anya. Maka identitas lahir dengan kepentingan untuk menjadi pemecahan masalah mengenai peran manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam konsep esensialisme yang selama ini digunakan di kehidupan nyata, bahwa identitas dipahami sebagai apa yang melekat apa adanya pada diri kita ketika dilahirkan, dengan demikian keberadaan seseorang sebagai manusia adalah nyata, sehingga identitas merupakan sesuatu yang tetap dan stabil.

Namun identitas di dalam dumia virtual bersifat ambigu. Seseorang dapat menentukan dan membatasi apa yang bisa diketahui orang lain terhadap dirinya. Pengendalian aspek-aspek identitas diri seperti halnya umur, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status perkawinan, dll menjadi pertimbangan masing-masing individu untuk informasi konsumsi publik.

Berbagai kemudahan yang ditawarkan duniacyber memberikan kesempatan bagi setiap pelakucyber untuk menghadirkan atau mempresentasikan dirinya sendiri sebagaimana yang diinginkan. Hal tersebut memberikan opsi lain dalam beridentitas di dunia cyber dengan seringnya dijumpai anonimitas dan multi user.

Anonimitas yang sering disebut identitas palsu (menyamar) adalah dimana seorang pelaku cybermenciptakan citra dan memperesentasikan dirinya secara berbeda di dalam dunia cyber. Berbeda dengan dunia nyata dimana kita tidak bisa memilih dilahirkan sebagai wanita atau pria, berumur berapa, berkulit putit atau hitam dan sebagainya. Selain itu kebebasan berekpresi dan berpendapat secara psikologis membawa berbagai dampak, seperti halnya hilangnya keseganan, ketakutan, dan keterikatan seseorang individu terhadap belenggu sosial yang ada di dunia nyata. Kesempatan ini memungkinkan seorang individu yang didunia nyata tersisih karena pola pikir yang tidak sesuai dengan apa yang dikonstruksikan didalam masyarakat.

Kelebihan yang ditawarkan cyber space didalam virtual identity lainnya iyalah kebebasan dari setiap individu untuk memiliki identitas ganda atau multi user.  Yang disetiap individu bebas memiliki lebih dari satu identitas didalam dunia cyber. Pelaku cyber dengan cepat dan mudah dapat menjadi sosok yang lain ketika berpindah ke identitas yang diinginkan dan dibutuhkannya.

Dalam abad media ini citra adalah segalanya yang sering disebut Budaya citra (image culture), yang dimana setiap individu dapat dilihat dan terlihat karena didalam dunia cyber semua dapat menjadi siapa saja maupun pribadi yang diinginkan .Citra juga dapat dibangun dan dikuatkan melalui citarasa saat bermasyarakat dalam media.

 Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun