Ruang Interactive Center (IC) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) UIN Sunan Kalijaga tampak penuh sesak oleh mahasiswa dan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, khususnya angkatan 2024. Sejak pagi, mereka tampak antusias, bahkan saling berlomba datang lebih awal demi bisa mendapatkan meja---karena tempat duduk di ruangan itu cukup terbatas. Ada apakah gerangan?
Biasanya, kuliah umum digelar di awal semester, menjadi pembuka sebelum mahasiswa mulai menyelami mata kuliah yang akan dijalani. Namun, kali ini sedikit berbeda. Kuliah umum justru diadakan di akhir semester, tepat beberapa hari sebelum para mahasiswa memasuki masa libur panjang. Kejadian ini terbilang unik, terlebih karena informasi acara baru diumumkan oleh Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, Alip Kunandar, S.Sos., M.Si., hanya lima hari sebelum hari pelakasaan.
Menariknya, kuliah umum kali ini tidak hanya berisi penyampaian materi seperti biasanya. Acara ini juga dirangkai dengan sesi apresiasi karya---khususnya karya musik video atau video klip yang merupakan hasil tugas besar mata kuliah dari semester sebelumnya. Meski terkesan mendadak, kehadiran acara ini disambut meriah oleh seluruh mahasiswa, karena menjadi ruang untuk menampilkan hasil kerja keras mereka di semester satu kemarin.
Selasa (10/06/2024) kemarin, acara ini digelar dengan mengusung tajuk "Pokoknya Bikin Film". Kali ini sebagai pembicara dalam kuliah umum adalah seorang alumni Ilmu Komunikasi angkatan 2009 yang kini telah berkarier sebagai pekerja kreatif di industri film dan musik video. Ia adalah Mulia Alif---sosok yang ikut terlibat dalam proses kreatif pembuatan video klip Sal Priadi berjudul Gala Bunga Matahari. Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri, karena memberikan gambaran nyata bahwa alumni dari jurusan ini bisa melangkah jauh di industri yang penuh persaingan.
Sejak awal sesi dimulai, suasana sudah terasa berbeda. Tidak seperti kuliah umum kebanyakan yang biasanya berlangsung formal dan kaku, kali ini justru terasa seperti forum santai yang akrab. Mulia Alif membawakan materinya dengan gaya yang ringan dan terbuka, membagikan pengalamannya dengan bahasa yang mudah dipahami dan dekat dengan dunia mahasiswa.
Ia tidak hanya bercerita soal perjalanan kariernya, tapi juga banyak membagikan cerita di balik layar proses produksi, suka dukanya bekerja di industri kreatif, hingga bagaimana tetap bertahan dan berkembang meskipun latar belakangnya bukan dari perfilman secara langsung.
"Dulu pertama kali terjun langsung di dunia produksi juga gitu, aku sebut angel (an-jel) diketawain ternyata penyebutannya angel (ang-gel). Juga, pertama kali masuk ke dunia produksi bener-bener beda sama apa yang diajarkan di kampus, jadi sedikit demi sedikit juga belajar dan adaptasi dari para senior juga." Ungkapnya dalam salah satu sesi pertanyaan.
Kalimat-kalimat seperti ini mungkin terdengar sederhana, tapi justru di sanalah letak kejujurannya. Ia tidak berbicara sebagai sosok yang sudah 'sukses' dan jauh dari realitas, melainkan sebagai seseorang yang pernah berada di posisi kami---bingung, salah sebut istilah teknis, dan belajar dari nol. Cerita-cerita itu membuat mahasiswa merasa tidak sendirian dalam kebingungannya, bahwa semua orang pernah salah, dan itu bagian dari proses belajar.
Banyak dari yang disampaikan justru terasa seperti nasihat ringan, tapi membekas. Beberapa peserta bahkan terlihat mencatat poin-poin penting yang dari penjelasannya. Seperti ketika ia menekankan pentingnya percaya pada ide sendiri, meskipun terasa belum sempurna. Atau saat ia bilang bahwa karya yang bagus itu bukan karena alatnya mahal, tapi karena dikerjakan dengan konsisten dan sepenuh hati.