Mohon tunggu...
luthfiyatul azimah
luthfiyatul azimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Tetep semangat sampai titik dimana kesuksesan itu ada dan seterusnya..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perilaku Agresi dan Kekerasan pada Anak Usia Dini

9 November 2022   16:55 Diperbarui: 9 November 2022   17:04 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perilaku agresi adalah perilaku di mana seorang individu dengan sengaja menyebabkan kerugian fisik atau psikologis kepada orang lain. Definisi tersebut mencakup banyak perilaku yang berbeda. Dalam bahasa Inggris, ada ratusan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan yang termasuk dalam definisi agresif. Istilah agresi digunakan untuk menggambarkan perilaku siswa, suatu bentuk menyakiti secara fisik makhluk lain secara otomatis mental. Salah satu bentuk emosi anak adalah kemarahan, yang diekspresikan melalui agresi. Hal tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa berkelahi adalah suatu bentuk kemarahan yang diekspresikan dalam tindakan yang disengaja untuk menyebabkan cedera pada orang lain dan mengarah pada konsekuensi yang serius. 

Penyebab dari sikap agresi sangatlah beragam, tidak hanya ditimbulkan lantaran adanya dorongan berdasarkan pada diri, tetapi ditentukan jua sang kognisi dan faktor lingkungan dimana anak menyelidiki konduite serangan melalui pengamatan & pengalaman. Pengaruh terbesar konduite militan anak dari berdasarkan famili, khususnya famili berdasarkan kelas sosial ekonomi bawah, sebagai akibatnya mempunyai resiko yg akbar buat menyebabkan gangguan sosial emosi berupa konduite militan dalam anak. Perilaku agresif pada anak prasekolah disebabkan oleh anak-anak yang terisolasi dan menarik diri dari interaksi sosial, yang bereaksi berlebihan terhadap ejekan atau sesuatu yang mereka anggap memalukan dan tidak adil. Selain itu, perilaku agresif pada anak-anak prasekolah adalah satu-satunya cara mereka dapat mengetahui bagaimana memecahkan masalah.

Faktor penyebab perilaku agresif pada anak prasekolah adalah kemarahan, frustrasi, keberadaan yang tidak diakui, ego masih besar, tidak mengetahui konsekuensi dari tindakan mereka, belajar untuk eksis, cinta perlu melihat sebab dan akibat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku agresif pada anak antara lain contoh dari lingkungan, seperti orang tua, film bertema kekerasan yang ditonton anak, hubungan hubungan orang tua-anak, menggunakan yang disebut kata-kata provokatif atau kata-kata berupa ejekan teman bermain anak-anak.

Dampak dari perilaku agresif pada anak prasekolah adalah mereka menjadi tidak populer dengan teman sebayanya, mereka dijauhi oleh teman sebayanya, dan kemudian mereka tidak bermain sesuai aturan. Selain itu anak menjadi kurang mandiri, hal ini disebabkan sikap orang tua yang selalu memperlakukan anak sebagai anak kecil yang tidak bisa mandiri anak tidak mampu mengungkapkan apa yang diinginkan atau tidak diinginkan dan terpaksa harus melakukan tindakan agresif.

Orang tua mempunyai peran tertentu dalam tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak hanya sebagai pemimpin tetapi juga guru pertama, pembimbing, guru, pendukung dan panutan bagi anak-anaknya. Anak-anak adalah perwujudan cinta orang tua mereka dan orang tua adalah pelindung mereka. Dengan memiliki anak mengubah banyak hal dalam hidup orang tua, dan pada akhirnya suka tidak suka, suka tidak suka, orang tua harus rela menjadi orang tua yang harus mempersiapkan anaknya agar cukup mampu. . masa depan mereka hidup dengan baik.

Orang tua juga harus siap dengan tanggung jawab mendidik, membesarkan anak, dan memberikan kasih sayang yang cukup agar anaknya tumbuh menjadi orang dewasa yang bermoral, sehat, dan cerdas. Anak-anak adalah belahanjiwa yang baik, citra dan cerminan masa depan, milik keluarga, agama, bangsa dan negara. Anak-anak adalah hadiah terindah, hadiah harus dididik dengan cinta dan perhatian. Namun, banyak orang tua kandung dan orang tua angkat yang tidak menjaga titipannya, tetapi sebaliknya malah menyiksa anak tersebut. Kekerasan terhadap anak masih banyak terjadi di masyarakat, mulai dari kasus kekerasan hingga pembunuhan, bullying dan bentuk kejahatan lainnya yang berdampak negatif pada psikis anak. Seorang anak harus dididik lebih lanjut dan didukung oleh kasih sayang keluarga agar jiwanya tidak terganggu. Hal ini terjadi karena banyak orang tua yang menganggap bahwa kekerasan terhadap anak adalah hal yang wajar. Mereka berpendapat bahwa kekerasan adalah bagian dari pendisiplinan anak. Mereka lupa bahwa orang tua memiliki tanggung jawab utama untuk mengejar kebahagiaan, untuk perbaikan, kelangsungan hidup dan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar mengenali bahwa aturan berlaku, sadar atau tidak, untuk menyakiti atau menyakiti anak-anak, dalam bentuk agresi fisik atau emosional.

Kekerasan terhadap anak meliputi segala bentuk penderitaan fisik atau mental, pelecehan seksual, perdagangan, penelantaran, eksploitasi yang mengakibatkan kerugian/kerugian aktual atau potensial yang tersembunyi terhadap kesehatan, kelangsungan hidup, perkembangan atau martabat anak, dilakukan dalam kerangka hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Kekerasan terhadap anak bisa terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk dalam ketika pada tempat tinggal , pada loka bermain bahkan pada sekolah.Padahal sekolah adalah loka dimana anak mendapat pendidikan moral, etika & akademik, bahkan sebagai tempat tinggal ke 2 bagi anak.Namun, kenyataannya justru pada Sebagian sekolah terjadi masalah kekerasan. Baik yg dilakukan sang sahabat sepermainan, senior, pengajar atau penjaga kebersihan sekolah.

Kesadaran orang tua akan dampak negatif hukuman kekerasan masih rendah, yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang kekerasan, adanya tradisi kekerasan, dan masalah psikologis. Namun, secara umum, orang tua percaya bahwa kekerasan adalah satu-satunya solusi untuk membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Sementara itu, cara yang lebih baik untuk membesarkan dan mendidik anak adalah dengan mengganti hukuman dengan konsekuensi. Karena dengan konsekuensi, anak-anak dapat belajar memperbaiki kesalahan dengan kesadaran mereka sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun