Mohon tunggu...
Luthfi Husnika
Luthfi Husnika Mohon Tunggu... -

Dari Sebuah Perspektif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Iran Road to "Middle Eastern Hegemony"

9 Desember 2017   10:12 Diperbarui: 9 Desember 2017   11:12 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Iran merupakan salah satu negara kawasan Timur Tengah yang tidak lepas dari konflik kawasan maupun internasional, seperti pertentangan antara Iran dengan Amerika Serikat dan negara-negara di dunia perkara pengembangan nuklir. Iran merupakan negara dengan potensi minyak bumi yang besar. Program pengembangan nuklir Iran sendiri dimulai sejak Januari 2006 dan terus menuai kontroversi.

Sejak dikembangkannya program nuklir Iran, dunia menjadi khawatir dan mulai mengubah pandangannya terhadap Iran yang dinilai akan muncul sebagai negara besar. Dengan hancurnya kekuatan Irak yang sebelumnya merupakan pesaing kuat Iran di Timur Tengah, maka saat ini Iran mempunyai peluang besar untuk mendominasi kawasan Teluk Persia maupun Timur Tengah (Rahigh-Aghsan & Jakobsen, 2010).

Pada awalnya, kekuatan terbesar kawasan berada di tangan Irak selaku negara dengan kekuatan besar masa pemerintahan Rezim Saddam Husein. Namun, keadaan berbalik ketika Rezim tersebut diruntuhkan saat invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Kondisi domestik Irak kacau balau dan Irak kehilangan tokoh hegemon yang mampu menstabilkan keadaannya kembali.

Posisi kekosongan kekuasaan di kawasan pasca runtuhnya kekuatan Irak ini kemudian dimanfaatkan oeh Iran untuk maju meenjadi salah satu kandidat negara terkuat kawasan, salah satunya dengan pengembangan kapabilitas nuklir.Akan tetapi, yang terjadi adalah program nuklir Iran ini dianggap sebagai sumber sumber ancaman yang akan menimbulkan efek domino, terutama penggunannya yang ditujukan untuk melawan Israel sebagai sesame negara kawasan yang mengembangkan nuklir (Rahigh-Aghsan & Jakobsen, 2010). Disisi lain, pengembangan nuklir Iran ini di klaim sebagai upaya mewujudkan kemanan nasional negara Iran sendiri.

Secara garis besar, terdapat dua alasan utama mengapa Iran dengan keukeuh tetap menjalankan program pengembangan nuklirnya. Alasan pertama adalah ideologi yang di pegang oleh Iran yakni Syi'ah ingin disebar luaskan dalam rangka melebarkan sayap kekuatan di wilayah Timur Tengah lain dengan menjadikan Iran sebagai pemimpin seluruh umat beragama Islam di dunia (Rahigh-Aghsan & Jakobsen, 2010). Alasan kedua dari program pengembangan nuklir Iran adalah karena rasa insecurity terhadap pasukan Amerika Serikat yang berada di sepanjang Jazirah Arab. Rasa tidak aman ini muncul bukan tanpa alasan.

Hal tersebut terjadi di karenakan respon Amerika Serikat yang dinilai membahayakan bagi negara kawasan Timur Tengah dan Iran khususnya. Beberapa hal yang menimbulkan rasa tidak aman bagi Iran adalah melihat adanya Perang Irak-Iran tahun 1980-an, Sikap Amerika Serikat saat peristiwa 9/11, serta invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 (Bowman, 2008). Karena berbagai pertimbangan itulah kemudian Iran dengan bersi keras tetap mengembangkan program nuklir.

Pada kenyataannya, program nuklir Iran ini mendatangkan ancaman bagi stabilitas kemanan kawasan Timur Tengah dan Amerika Serikat beserta sekutunya, Israel. Amerika Serikat khawatir program nuklir Iran akan menimbulkan munculnya nuclear domino effect dan memicu perlombaan kekuatan pasukan bersenjata. Hal tersebut dinilai masuk akal karna apabila Iran mengembangkan senjata nuklir maka pesaingnya seperti Arab Saudi juga akan mengembangkan nuklir. Arab Saudi sebagai negara sekutu Amerika Serikat yang juga merupakan negara dengan posisi paling dekat dengan Iran merasakan kekhawatiran yang sama dengan Amerika Serikat atas program nuklir Iran tersebut.

Arab Saudi mendesak Amerika Serikat agar mengambil tindakan tegas kepada Iran agar menghentikan program nuklirnya. Namun Iran berusaha mempertahankan kebijakannya karena dengan pengembangan nuklir tersebut akan menjadikan Iran memiliki nilai bargaining position yang tinggi diantara negara-negara lain terutama dalam kawasan Timur Tengah sendiri. Dengan begitu, Iran mendapat tempat yang cukup tinggi dan tidak akan dipandang sebelah mata oleh negara lain (Hadian & Hormozi, 2011).

Melihat kondisi yang demikian dimana Iran tetap ingin mempertahankan program nuklirnya dengan alasan keamanan nasional ditambah rasa insecurityterhadap posisinya di kawasan, menjadi hal yang sulit untuk memaksa Iran menghentikan paksa program nuklir. Kebijakan yang dapat diambil adalah dengan mengajak Iran agar bertindak kooperatif dengan bergabung dalam NPT dan mematuhi peraturan IAEA dalam pengembangan program nuklir. Iran diberi izin untuk mengembangkan nuklir namun hanya dalam kasus tertentu seperti kebutuhan pembangkit listrik, penelitian yang tidak berkaitan dengan militer, serta hal yang berkaitan dengan urgensi medis. Dalam perjanjian tersebut harus diberikan keterangan yang jelas terkait apa saja konsekuensi yang akan didapatkan oleh Iran apabila melanggar, terutama bila menyalahgunakan program nuklirnya.

Resolusi yang menyatakan dengan tegas terkait larangan pembuatan persenjataan nuklir baik senjata kimia dan biologi yang sifatnya dapat menjadi senjata pemusnah masal harus dibuat. Larangan tersebut kemudian harus juga dipatuhi oleh setiap negara yang memiliki persenjataan nuklir agar setiap pihak merasakan keadilan dan dapat berlaku kooperatif. Resolusi tersebut dapat terwujud jika setiap negara dapat bekerjasama mewujudkannya. Tidak hanya Iran yang harus menghentikan program nuklir selain penggunaan tertentu, namun juga semua negara. Hal tersebut dilakukan agar tidak muncul rasa insecuritybagi setiap negara yang tidak memiliki nuklir dan tidak mendorong negara-negara tersebut mengembangkannya.

Refrensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun