Mohon tunggu...
Luthfa Arisyi
Luthfa Arisyi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa program studi Jurnalistik di Universitas Padjadjaran yang sekali-sekali suka nulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Akhir Kejayaan Cristiano Ronaldo dan Post Power Syndrome

4 Januari 2023   17:46 Diperbarui: 4 Januari 2023   17:49 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan Ronaldo? Pemain yang dianggap oleh banyak orang sebagai pesepakbola terbaik sepanjang masa ini telah melakukan pekerjaan yang fantastis di dalam lapangan. Sejak ia bergabung ke Manchester United pada musim panas 2003, karirnya terus menanjak dan konsisten. Bersama The Red Devils, Ronaldo menangkan piala dan penghargaan yang terbilang banyak untuk seorang pemain muda, seperti Liga Inggris, Liga Champions, dan beberapa penghargaan individu termasuk Ballon D'Or pertamanya. Puncak kesuksesannya adalah ketika berseragam Real Madrid di mana ia berhasil memenangkan Liga Champions tiga kali berturut-turut dan empat Ballon d'Or lainnya.

Setelah selesai dengan urusannya di Madrid, Ronaldo melanjutkan karirnya ke raksasa Italia, yaitu Juventus. Meskipun tidak berhasil dalam membantu timnya menjuarai Liga Champions, Ronaldo bisa dibilang masih produktif dalam mencetak gol. Tercatat Roanldo berhasil cetak 102 gol selama tiga tahun berseragam Bianconeri. Perjalanan Ronaldo berlanjut ketika ia akhirnya pulang ke 'rumah'. Musim panas 2021 menandakan kembalinya Ronaldo ke Old Trafford dengan biaya sebesar 15 juta euro. Kepulangan Ronaldo tentu saja membuat seluruh penggemar Manchester United senang, apalagi saat itu ia disebut-sebut hampir pindah ke rival sekota, Manchester City. Namun, comeback Ronaldo ke Manchester United ternyata tidak semanis yang dikira.

Pada musim pertamanya bersama setan merah, ia hanya mampu mencetak 24 gol di semua kompetisi yang diikuti. Meskipun angka tersebut terbilang besar dibanding striker Manchester United lainnya, secara individu statistik Ronaldo mulai menurun. Bahkan, sejauh berjalannya musim sekarang, Ronaldo hanya mampu mencetak 3 gol di semua kompetisi. Statistiknya menurun sangat drastis jika dibandingkan dengan musim lalu, apalagi dengan beberapa tahun lalu. Striker berusia 37 tahun itu seperti sudah kehilangan taringnya.

Penurunan yang dialami Ronaldo sebenarnya adalah sesuatu yang wajar di dunia sepakbola. Ketika seorang pemain sudah menginjak usia 30 tahun, kualitas permainannya tidak akan sebaik saat ia masih berusia 20 tahun-an. Menjadi sebuah masalah jika seorang pemain merespons penurunan kualitas yang dialaminya seperti apa yang dilakukan oleh Ronaldo baru-baru ini. Sejak bergulirnya musim 2022/2023, Ronaldo beberapa kali membuat onar di Manchester United dengan meninggalkan lapangan lebih dulu di tengah pertandingan. Terakhir ia meninggalkan stadion ketika Manchester United berhadapan dengan Tottenham beberapa waktu lalu karena menolak dimasukkan sebagai pemain pengganti. Alhasil ia dihukum dengan tidak dibawa ketika pertandingan selanjutnya.

Paling parah adalah baru-baru ini Ronaldo melakukan wawancara tanpa sepengetahuan klub dengan Piers Uncensored. Di dalam wawancara tersebut, ia banyak mengeluarkan pernyataan negatif mengenai klub, pelatih, dan beberapa pemain yang telah pensiun. Paling parah adalah Ronaldo mengeluarkan pernyataan bahwa Erik ten Hag sebagai pelatih Manchester United tidak menghormati dirinya. Menurut Ronaldo, pemain sekelas dirinya tidak seharusnya sering berada di bangku cadangan. Ronaldo juga merasa seharusnya ia tidak perlu dihukum ketika dirinya meninggalkan lapangan lebih dulu ketika sedang berhadapan dengan Rayo Vallecano dan Tottenham. Selain itu, ia juga menganggap bahwa Wayne Rooney mengkritik dirinya karena iri tidak bisa terus bermain di level tertinggi sepertinya.

Banyak orang yang menilai apa yang dilakukan Ronaldo merupakan sesuatu yang sangat tidak bijak mengingat ia masih terikat kontrak dengan Manchester United. Ada istilah medis untuk menjelaskan pola perilaku Ronaldo belakangan ini, yaitu post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan. Post power syndrome adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan tersebut. Perubahan besar ini dapat mengakibatkan timbulnya perasaan bahwa mereka sudah tidak lagi berguna atau bahkan tidak memiliki tujuan hidup lagi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Ronaldo memiliki karir yang sangat gemilang. Banyak rekor yang telah dipecahkan selama ia merumput di lapangan hijau dan bahkan ia juga disebut-sebut sebagai pemain sepak bola terbaik sepanjang masa. Namun, sepertinya usia memang tidak bisa berbohong. Kualitas permainan Ronaldo di atas lapangan menurun drastis. Ia sudah tidak seprima dan sehebat dulu ketika masih berusia 20 tahun, statistiknya berkata demikian. Seharusnya Ronaldo dapat menyikapi masa-masa seperti ini dengan lebih bijak lagi. Dengan kesuksesan karirnya, pemain muda di klub pasti akan melihatnya sebagai role model. Oleh karena itu, Ronaldo seharusnya dapat memberi contoh yang baik di dalam dan di luar lapangan. Apa yang dilakukannya baru-baru ini jelas bukan merupakan contoh yang baik bagaimana seorang pesepak bola bersikap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun