Dalam perjalanan hidup tentu ada cerita-cerita menarik yang asyik untuk diulik kembali. Hasil ulikan tersebut syarat kenangan yang berguna untuk menyemangati hidup. Tak ayal manakala dari hasil mengulik, ditemukan sesiapa saja yang telah memberikan kita ketegaran dan kekokohan hati menjemput yang namanya kesuksesan.
Jika kita memilah satu per satu tentang orang yang berjasa, maka sampailah pada satu sosok yang tidak dapat digantikan dengan apa dan siapapun, yaitu Ibu. Kita tahu kasih sayang seorang ibu kepada anaknya begitu besar dan sampai kapanpun. Pantaslah manakala pepatah mengatakan kasih ibu sepanjang masa.
Melukiskan sosok ibu dalam bentuk tulisan tentu tidak akan sepenuhnya memberikan gambaran apa yang telah diberikannya selama ini. Meski begitu, aku akan membagikan cerita bagaimana perjuangan ibu dalam mendidik anak-anaknya, terutama aku pribadi.
Sosok ibu dalam kacamataku
Mengenalnya lebih dalam adalah proses mengenal siapa diriku sebenarnya. Pernyataan tersebut untuk memberikan gambaran bahwa aku turunan genetis ibu. Sebagai anak hasil buah hatinya, bentuk fisik dan sifat memiliki kesamaan. Dari segi fisik, dapat  dilihat beberapa bagian tubuh  memiliki kesamaan dengan ibu.
Sama halnya dengan fisik, sifat-sifat tertentu yang melekat pada diri memiliki kesamaan dengan ibu pula. Jadi, tidak perlu kaget saat ada yang bilang "kok aku, mirip dengan ibu ya?" atau kadang orang lain yang bilang begitu "kamu mirip ibumu". Paling apes bila sifat negatif yang melekat, tak sedikit yang mengatakan " Ibunya begitu, pantas jika anaknya juga begitu". Semoga dijauhkan dari yang terakhir itu.
Penisbahan seperti itu adalah bentuk keserupaan antara anak dan orangtua. Ibu adalah gambaranku atau sebaliknya aku adalah gambaran ibu, meskipun tidak semua aspek saling mencerminkan.
Karena aku adalah anak ibu, tentu ibu menginginkan sesuatu yang lebih baik dan biasanya melebihi dirinya. Ibarat kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tentu ibu menginginkan buah itu memiliki kualitas yang baik.
Dalam upaya menghasilkan kualitas yang lebih baik, kasih sayang ibu ditunjukkan. Mulai dari dalam kandungan sampai pada proses lahiran, doa dan harapan dimunajatkan serta nyawa dipertaruhkan. Aku berpikir bagaimana sakitnya ibu sebagai wadah pengadaan manusia semacam aku dulu.
Aku dapat membayangkan pontang-panting dan keluh kesah ibu setelah melihat kakak dan adikku melahirkan. Jika saja Tuhan tidak memudahkan mungkin saat ini tidak ada keponakan-keponakanku. Sama halnya dengan ibu, atas kuasa Tuhan dengan sifat maha pemurah-Nya aku dilahirkan.
Aku juga tercenung saat melihat peran ibu ketika kakak dan adikku melahirkan. Dalam proses belajar menjadi ibu pasca melahirkan, ibu dengan telaten mengajarkan mereka berdua bagaimana cara menggendong bayi, menyuapi, memandikan, dan membersihkan beraknya.Â