Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biarkan Virus Corona Menguji Karakter Siswa, Kita yang Menilai!

7 April 2020   21:32 Diperbarui: 8 April 2020   01:36 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa di warnet | Sumber : metropolitan.id

Hadirnya virus corona di Indonesia sejak bulan Februari lalu hingga sekarang tidak hanya mendatangkan ujian di bidang kesehatan, tetapi juga ujian pendidikan karakter. Pada masa pandemi virus corona saat ini karakter siswa diuji apakah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau hanya sebatas di sekolah saja.

Lebih dari tiga minggu kebijakan belajar dari rumah diterapkan sejak tanggal 16 Maret lalu. Suka duka pembelajaran di rumah menggunakan media daring sedikit banyak telah kita rasakan. Termasuk juga karakter siswa dapat kita nilai saat pembelajaran daring berlangsung.

Menyimak beberapa berita yang muncul belakangan ini seiring dengan kebijakan belajar dari rumah memang sungguh mengecewakan. Masa diterapkannya kebijakan belajar dari rumah tidak digunakan sebagaimana mestinya. Siswa justru memanfaatkan momen belajar dari rumah untuk keluyuran ke mall, main di warnet, main PlayStation, dan nongkrong di cafe-cafe.

Kasus lebih mengejutkan lagi di masa pandemi virus corona, masih terdapat siswa yang melakukan tawuran. Dikutip dari kompas.com, aksi tawuran itu terjadi di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada tanggal 23/3/2020. Setelah kasus itu di susul lagi dengan kasus tawuran yang terjadi di Tol Cisumdawu, Sumedang, Jawa Barat pada hari Kamis, tanggal 26/3/2020. 

Dari kejadian ini kita dapat melihat beberapa nilai pendidikan karakter belum sepenuhnya melekat dalam hati dan pikiran sebagian siswa. Misalnya, nilai kedisplinan, bertanggungjawab, peduli sosial dan cinta tanah air. Dari segi kedisiplinan, siswa masih belum bisa menunjukkan sikap tertib dan taat terhadap imbauan untuk berada di rumah dan melakukan pembatasan sosial.

Dari segi bertanggungjawab dan peduli sosial, sebagian siswa masih belum bisa bertanggungjawab terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain. Siswa juga masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar yang menerapkan pembatasan sosial.

Begitu juga dengan nilai cinta tanah air, siswa yang seharusnya dapat menunjukkan rasa kecintaannya kepada tanah air di tengah pandemi virus corona saat ini malah tidak peduli. Untuk menghadapi virus corona ini dan menjadi pahlawan, siswa tidak perlu memegang senjata dan berada di garda terdepan bersama tenaga medis. Siswa hanya dituntut untuk melakukan pembatasan sosial dan berada di rumah saja.

Permasalahan-permasalahan yang disebutkan di atas masih menjadi pekerjaan rumah bagi orangtua, guru dan institusi pendidikan untuk mengontrol, mendidik dan meningkatkan karakter baik siswa. Adanya siswa yang masih keluyuran, nongkrong, dan bermain di rental game online, serta tawuran menjadi sentilan terhadap penguatan pendidikan karakter yang selama ini digaungkan.

Oleh karenanya, sinergi antara orangtua, sekolah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi hal ini.  Orangtua dan masyarakat dapat mengontrol kegiatan siswa selama berada di rumah dan lingkungan masyarakat. Menegur dan memberi sanksi jika dipandang perlu terhadap siswa yang tidak mengikuti imbauan pemerintah dalam usaha menekan jumlah peningkatan virus corona.

Sementara itu, selama pembelajaran daring guru dapat memastikan pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya dan tidak hanya memberikan setumpukan tugas untuk dikerjakan di rumah. Guru juga dapat melakukan kontrol melalui media sosial yang dimiliki terhadap aktivitas siswa.

Untuk selanjutnya, penguatan pendidikan karakter terus digencarkan melalui sosialisasi dan pelatihan. Sekolah dapat melakukan penguatan pendidikan karakter dengan pembiasaan-pembiasaan seperti mengucapkan salam, mencium tangan guru, peraturan baris-berbaris di sekolah, upacara dan contoh lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun