30 Juli 1961 adalah sebuah tanggal yang mungkin tak sepopuler 14 Agustus yang kita kenal sebagai Hari Pramuka. Namun, justru pada tanggal inilah sejarah besar lahirnya Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dimulai secara resmi. Hari ini kemudian dikenal sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Bertempat di Istora Senayan, Jakarta, seluruh tokoh-tokoh dari berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berkumpul. Mereka bukan hanya datang membawa nama besar organisasinya masing-masing, tapi juga membawa semangat persatuan. Dalam satu momen bersejarah itu, mereka mengikrarkan diri untuk meleburkan seluruh organisasi kepanduan yang ada ke dalam satu wadah baru yakni Gerakan Pramuka.
Satu Tekad, Satu Organisasi
Sebelum 1961, Indonesia memiliki banyak organisasi kepanduan, baik yang berbasis agama, nasionalis, maupun kedaerahan. Kondisi ini membuat gerakan kepanduan terpecah-pecah dan tidak solid. Pemerintah melalui tokoh-tokoh seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, menginisiasi lahirnya satu organisasi nasional yang dapat menaungi seluruh pandu di Indonesia.
Ikrar yang diucapkan pada 30 Juli 1961 menjadi simbol keikhlasan dan kebesaran jiwa para tokoh kepanduan saat itu. Mereka rela melepas ego organisasi masing-masing demi cita-cita bersama, menciptakan generasi muda Indonesia yang tangguh, berjiwa patriotik, dan siap mengabdi untuk bangsa dan negara.
Tidak Populer, Tapi Penuh Makna
Hari Ikrar Gerakan Pramuka memang belum banyak dikenal, bahkan oleh sebagian anggota Pramuka sendiri. Tapi hari ini memuat nilai-nilai luhur yang luar biasa seperti persatuan, pengabdian, dan keikhlasan.
Sebagai generasi muda, terutama yang pernah atau masih aktif dalam Gerakan Pramuka, momen ini seharusnya menjadi bahan renungan. Bahwa apa yang kita nikmati hari ini dalam bentuk kegiatan kepramukaan yang terorganisir dan berkelanjutan adalah hasil dari pengorbanan dan niat mulia para pendahulu kita.