Mohon tunggu...
Lusiana Halim
Lusiana Halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Tradisi Sabung Ayam di Pulau Jawa

23 Juni 2017   08:58 Diperbarui: 23 Juni 2017   16:26 5831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi adu ayam di Pulau Jawa adalah permainan dua ayam di lingkaran tunggal atau peristiwa. Rata-rata ayam yang dipertandingkan sampai baik kabur atau hilang, bahkan sampai mati. Permainan ini umumnya diikuti oleh judi yang berjalan tidak jauh dari adu ayam arena, aspek ini karena dalam satu pertandingan, tampaknya kurang menarik jika tidak terkait dengan taruhan.

Penggemar sabung dan pecinta semacam ini juga sangat banyak. Menurut web yang kami berhasil mengambil data, di Indonesia bahkan hampir 10 juta orang tertarik untuk mengambil bagian dalam jenis permainan taruhan. Karena mudah untuk bermain taruhan ini dan bisa dilihat dengan cara hidup.

Biasanya game ini juga dapat disebut oleh Adu Ayam. Game ini telah dimainkan sejak kerajaan Demak. Dalam satu narasirakyat, seseorang pangeran main-main sabung ayam dan bertemu ayahnya yang telah menyingkirkan ibunya.

Adu Ayam pertandingan sudah dipraktekkan dan dimainkan oleh semua penduduk sejak zaman kuno. Game ini adalah pertarungan dua ayam jantan yang benar-benar telah diperlakukan sangat baik dibuat dapat mengikuti ajang perlombaan. Di Indonesia sendiri, sabung ayam sudah sangat, sangat legendaris bahkan sekali.

Sekarang pada saat ini saya akan berbagi cerita adu ayam tradisional di Jawa. Dimana pada waktu itu ada seorang pria bernama Cindelaras yang mempunyai seekor sihir ayam yang tak terkalahkan oleh yang ayam pula. Pada dasar serta hasil yang ia diundang oleh Raja Jenggala terhadapwaktu ini untuk bergabung kompetisi.

Pada waktu itu ada persaingan antara ayam Cindelaras sihir untuk mengalahkan ayam milik Raden Putra, sehingga ia akan memiliki hak untuk menemukan setengah dari semua properti ketajiran Raja.

Dan sebaliknya jika Cindelaras ayam kehilangan, sehingga Cindelaras dihukum kepalanya dalam hukum kereta oleh putra raja. Cindelaras hasilnya adalah jawaban ke luar sebagai pahlawan dan orang-orang dari waktu itu sangat bersorak Cindelaras & Raden Putra untuk menghasilkan terhadap dikala kekalahan mengakui itu.

Pada saat masa lalu, sabung ayam juga sinyal politik pada saat itu. Kisah kematian Raja Anusapati dari Singosari yang tewas ketika melihat sabung ayam. kematian raja berlangsung terhadap HRI Buddha Anusapati manis atau waktu Rabu Legi di Singosari kerajaan yang terjadi kerumunan di Istana Kekaisaran salah satunya menunjukkan adu ayam. Peraturan yang berlaku bahwa siapa pun yang bisa masuk ke arena adu ayam mengambilsenjata dilarang atau keris.

Pada saat Anuspati're pergi ke Arena, Ken Dedes Anusapati menasehati ibunya biar tidak melepaskan keris yang dia kenakan ketika maumelihat sabung ayam yang diselenggarakan di Istana. Tapi dia tidak mampu menahan peraturan saat ini mengenai diberitahu memperbolehkantiap tidak produktif dan setiap orang yang datang untuk mengambil senjata tajam atau pisau. Aspek ini sehingga membuat keinginan dia tidak mau harus melepaskan belati yang dia kenakan atas desakan Pranajaya & Tohjaya.

Ada keributan besar di tempat di mana pertandingan bahwa faktor ini juga menjadi dikawahtirkan sejarah dibedakan oleh ibu Ken Dedes. anaknya harus rela terbunuh oleh keris sendiri oleh adik Tohjaya.

Setelah tubuh itu dikuburkan di kuil Anusapati yang sudah dipugar dan masih teringat kejadian itu, Anusapati merupakan saudara dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes & Mr. Tunggul Ametung sedangkan Tohjaya adalah anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memang dilaporkan memiliki minat menyabung ayam. Sebenarnya dalam narasi dari orang-orang terutama Ciung Wanara mengatakan keberuntungan itu dan mengubah nasib seseorang yaitu dengan ditentukan oleh kemenangan pertarungan sabung ayam di arena sabung ayam, serta Anusapati tidak kalah dalam adu ayam tetapi dalam game ini ia dibunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun