Mohon tunggu...
Nurfadhilah
Nurfadhilah Mohon Tunggu... Konsultan - Beramal demi ridha Allah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang ibu rumah tangga dan pemerhati dunia Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerusakan Generasi, Tanggung Jawab Siapa?

8 Mei 2018   18:11 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:17 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedih. Miris. Ingin marah. Berkecamuk rasanya dalam hati ini melihat sebuah video yang menunjukkan aksi tidak terpuji dua bocah SD yang beradegan seperti orang dewasa di depan teman-temannya. Tak kalah mencengangkan adalah perbuatan tersebut yang dilakukan masih di dalam lingkungan dan jam sekolah (Harianriau.co, 27/4/18).

Fakta di atas hanya secuil kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Masih banyak fakta yang lebih mengerikan dari kasus di atas. Lalu, apakah kita hanya akan berdiam diri menyaksikan kerusakan demi kerusakan pada generasi kita? Padahal keberlangsungan negeri ini ada di tangan mereka. Merekalah yang akan menjadi pemimpin masa depan. Tak terbayang akan menjadi seperti apa negeri ini jika memiliki generasi yang rusak.

Tentu harapan kita semua menjadikan negeri ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang subur dan makmur, adil dan aman). Negeri yang diberkahi oleh Allah. Maka dari itu, harus ada upaya untuk memperbaiki kualitas generasi. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan sendiri, karena keberlangsungan generasi adalah tanggungjawab kita bersama.

Lalu upaya apa yang harus kita lakukan? Pertama, mencari tahu apa sebenarnya yang menjadi akar masalah dari rusaknya generasi ini. Setelah itu, mencari solusi hakiki yang akan menyelamatkan generasi.

Jika kita telaah, sebetulnya yang menjadi akar masalah rusaknya generasi adalah karena penerapan sistem Kapitalis-Sekuler. Dimana peran agama dijauhkan dari kehidupan, sehingga menghasilkan remaja yang pola pikir dan pola sikapnya jauh dari Islam. 

Mereka tidak mengetahui serta memahami hakikat dan jalan kehidupan yang benar yang berlandaskan aqidah Islam. Akhirnya, mereka tidak mampu memecahkan problematika/masalah dalam kehidupan yang menimpa mereka. Atas nama HAM -Kebebasan berprilaku- merasa bebas untuk melakukan segala sesuatu.

Dalam sistem sekuler, peran/kontrol masyarakat sangat minim bahkan kosong dari budaya amar ma'ruf nahiy mungkar. Sistem Sekuler telah menjadikan masyarakat individualis. Apatah lagi negara, justru negara menjamin kebebasan tersebut. Maka dari itu, kita tidak bisa berharap pada sistem yang ada saat ini.

Lalu apa solusi hakiki untuk menyelamatkan generasi? Kembali kepada sistem Islam. Generasi shalih dan muslih hanya akan terbentuk dalam sistem Islam. Dalam sistem Islam, terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan generasi unggul, yaitu: pertama keluarga, yang menjadi wadah pertama pembentukan generasi Islam melalui ayah dan ibu. 

Setiap orangtua kaum muslim akan mendorong anak-anaknya untuk selalu bertaqwa kepada Allah Swt. dengan cara menjalankan segala perintah dan menjauhi laranganNya.

Kedua, masyarakat yang menjadi lingkungan tempat generasi Islami itu tumbuh dan hidup bersama anggota masyarakat lainnya. Islam telah mendorong masyarakat untuk melakukan koreksi, muhasabah terhadap individu rakyat, jama'ah, maupun penguasa, misal mereka melakukan tindak kriminal (melanggar hukum Allah Swt.). Masyarakat muslim akan selalu melaksanakan amar ma'ruf nahiy mungkar. 

Dengan hal itu, akan semakin memantapkan individu termasuk generasi muslim untuk selalu berjalan sesuai dengan aturan Islam. Maka, akan menutup celah bagi remaja Muslim yang hendak mencoba keluar dari ketentuan Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun