Mohon tunggu...
Luqman Nur Hakim
Luqman Nur Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Nilai Islam terhadap Kisah Yusuf dalam Pengambilan Keputusan Politik

16 Januari 2024   15:25 Diperbarui: 16 Januari 2024   15:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepemimpinan (Sumber: https://pixabay.com/id/images/search/keputusan%20politik/) 

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran surah Yusuf merupakan salah satu kisah yang paling panjang dan rinci dalam Al-Quran. Kisah ini menceritakan kehidupan Nabi Yusuf sejak kecil hingga dewasa. Banyak sekali nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kisah ini, seperti keadilan, kebijaksanaan, dan kejujuran. Nilai-nilai inilah yang membimbing Nabi Yusuf dalam mengambil keputusan-keputusan politik dan dalam memimpin pemerintahannya di Mesir. Meski hidup di tengah suasana istana dan penjara, Nabi Yusuf tetap konsisten menegakkan kebenaran dan keadilan. Ia juga menunjukkan kebijaksanaan dalam mengelola pemerintahan dan berhasil mengatasi krisis ekonomi di Mesir.

Ketika Nabi Yusuf masih kecil, saudara-saudaranya yang iri hati berencana untuk membunuhnya. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk membuang Yusuf ke dalam sumur. Tindakan saudara-saudara Yusuf ini jelas tidak mencerminkan nilai keadilan dan kemanusiaan. Mereka terbawa emosi iri hati sehingga tega menyakiti adik kandung mereka sendiri. Nabi Yusuf yang masih polos tidak bersalah apa-apa, namun justru menjadi korban dari keirian saudara-saudaranya. Ini menunjukkan bahwa keadilan harus ditegakkan, tanpa memandang status atau hubungan kekerabatan seseorang.  

Ketika Nabi Yusuf dijual oleh saudagar ke Mesir dan bekerja di rumah Al-Aziz, ia digoda oleh Zulaikha, istri Al-Aziz. Nabi Yusuf bersikap tegas dan menolak rayuan Zulaikha. Ia bahkan rela dipenjara daripada berbuat dosa dan melanggar syariat Allah. Sikap Nabi Yusuf ini mencerminkan nilai kejujuran dan keteguhan iman, meskipun dalam posisi yang sangat sulit Ia tidak akan goyah meskipun tergoda oleh wanita cantik seperti Zulaikha. Ini menunjukkan integritas moral yang kuat dari seorang figur Nabi Yusuf yang hari ini sangat sulit menjumpai pemimpin-pemimpin yang mempunya integritas yang tinggi. 

Kemudian ketika Nabi Yusuf diberi kedudukan tinggi oleh Raja Mesir, ia menggunakan kekuasaannya dengan bijaksana. Ia mengelola sistem ekonomi Mesir dengan sangat baik sehingga mampu menghadapi masa kelaparan tujuh tahun. Saat diangkat menjadi bendahara oleh Raja Mesir, Nabi Yusuf tidak memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi. Ia justru memikirkan kemaslahatan rakyatnya dengan mengelola cadangan pangan negara untuk menghadapi masa paceklik di masa depan. Langkah strategis ini berhasil mencegah krisis pangan yang dapat mengancam jiwa rakyat Mesir bahkan Mesir pada saat di bawah kepemimpinannya Nabi Yusuf menjadi sebuah negeri yang bisa bertahan di masa-masa sulit, di saat daerah-daerah dan negeri-negeri lain terkena bencana kelaparan yang sangat ekstrim. Dan juga Nabi Yusuf tidak segan membantu orang-orang yang membutuhkannya termasuk dalam hal ini ialah saudara-saudaranya yang dulu pernah berbuat jahat padanya. Ia bahkan memaafkan mereka, bahkan memberi mereka makanan saat kelaparan melanda. 

Sikap bijaksana dan pemaaf Nabi Yusuf ini sangat mulia, tanpa adanya dendam dan kebencian sedikitpun. Ia mampu menempatkan keadilan dan moralitas di atas ego pribadi demi kemaslahatan banyak orang. Nilai-nilai inilah yang seharusnya dijadikan teladan oleh para pemimpin dan pengambil keputusan politik saat ini. Dimana seseorang takkala berkuasa lupa dengan yang namanya tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Bahkan, cenderung ketika sudah berkuasa menggunakan perangkat kekuasaanya untuk balas dendam atas kejahatan orang lain pada dirinya sewaktu dulu. Maka disini Nabi Yusuf memberikan contoh tauladan kepada kita, ketika seseorang pernah berbuat buruk kepada kita, maka balas lah dengan kebaikan. Semoga mereka yang kita maafkan akan sadar atas perbuatannya di masa lampau. 

Dalam konteks kekinian, jabatan adalah amanah yang berat dan bukan demi kepentingan pribadi. Nabi Yusuf meminta jabatan bendahara demi kemaslahatan rakyat, bukan demi kemegahan pribadi. bahwa pemimpin harus dipilih karena kredibilitas dan kemampuannya, bukan karena dekat dengan penguasa ataupun anak penguasa. pemimpin dituntut untuk meneladani politik bijaksana Nabi Yusuf, yaitu dengan menegakkan keadilan, menyejahterakan rakyat, dan tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau balas dendam. Politik yang damai, adil, dan responsif adalah keniscayaan bagi kemajuan suatu bangsa yang dimana hal tersebut tidak akan bisa terwujud kecuali kita mempunyai seorang pemimpin yang berkarakter kuat dan lahir dari proses yang panjang. 

Dengan meneladani akhlak mulia dan kebijaksanaan Nabi Yusuf, para pemimpin diharapkan dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, bermartabat, dan berpihak kepada kepentingan rakyat. Sehingga cita-cita kesejahteraan dan keadilan sosial dapat terwujud di bawah naungan Ridha Ilahi. Dari kisah Nabi Yusuf dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Islam seperti keadilan, kebijaksanaan, dan kejujuran sangat penting untuk dipegang teguh oleh para pemimpin umat di masa yang akan datang. Nilai-nilai inilah yang seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan politik dan kepemimpinan. Dengan menerapkan nilai-nilai Islam ini, kehidupan yang harmonis, makmur dan beradab dapat terwujud menjadi sebuah negeri yang Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghofuur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun